Pengusaha muda

Mimpi Pengusaha Sosial M. Alfatih Timur Kitabisa

Biografi Pengusaha M. Alfatih Timur

 

alfatihtimur.png

 

M. Alfatih Timur Kitabisa, memang nama menyatu yang tidak bisa dilepaskan. Mimpi pengusaha sosial ini berhasil terwujudkan. Berkat teknologi mempermudahkan manusia saling membantu. M. Alfatih atau Timmy dikenal sebagai mantan aktivis sosial.

Situs Kitabisa.com adalah platform pengumpulan dana sosial. Aspek yang dicapainya meliputi dana buat bantuan sosial dan ekonomi kerakyatan. Pemuda asli Bukittinggi, Sumatra Barat, 27 Desember 1991, ini ingin semua masyarakat saling tolong menolong.

Timmy pernah menjadi asisten Prof. Rhenald Khasali di Rumah Perubahan. Ia juga aktif di organisasi Asosiasi Wirausaha Sosial. Situs buatannya berkonsep crowd sourching masyarakat. Dimana total sudah lebih dari 2000 penggalangan dana tayang.

Membangun Kitabisa.com

Kitabisa digunakan individu, komunitas, dan yayasan. Total donasi terkumpul mencapai 30 miliar dari donasi online 20 ribu sampai jutaan rupiah. Timmy menjelaskan hidupnya sebelum merintis platform donasi ini.

Dia sudah menjadi aktivis semenjak bangku kuliah. “Saya itu waktu SMA nerd orangnya,” kenangnya. Ia mengatakan mungkin karena statusnya siswa akselerasi. Usianya masih 12 tahun dan harus sekolah bersama anak- anak berusia 2 tahun diatasnya.

Karakter “cupu” mulai berubah ketika dirinya masuk kuliah. Dia masuk kuliah Fakultas Ekonomi di Universitas Indonesia. Ketika berkulaih aktif mengikuti aneka organisasi kampus, dan mampu masuk ke Badan Eksekutif Mahasiswa.

“Pesan orang tua saya perbanyak teman dan aktif berorganisasi,” kenangnya, ucapan orang tua sangat membantu mimpi pengusaha sosial ini.

Keseharian Timmy membahas mengenai sosial dan politik. Pengusaha muda yang keluarganya ternyata banyak diisi profesi dokter. Timmy senang mengikuti demo mengkritisi sesuatu. Aksi demonstrasi jadi ruang mencari makna kehidupan.

Ia sadar bahwa masyarakat banyak mengalami tekanan hidup. Masalah ekonomi sangat mempengaruhi kehidupan sosial mereka. Mereka tidak memiliki wadah menyuarakan nasib mereka. Mahasiswa banyak orang skeptis bahwa mereka sok tau.

Kenapa sih mahasiswa berdemo menyerukan masalah kemiskinan. Justru ini merupakan wadah bagi mahasiswa menciptakan perubahan. “Mereka punya hati nurani. Melihat kemiskinan, mereka langsung demo,” tegas Timmy.

Sosok Rhenald Khasali memberi pandangan lebih meluas. Timmy tidak sekedar berdemo melainkan aktif membantu. Timmy pun tertarik akan dunia social entrepreneurship. Dari bimbingan sang Profesor, maka Timmy mulai merintis berbekal pengetahuan entrepreneurship dan ilmu bisnis.

Timmy raji mendengar podcast atau menonton video Youtube. Dia tertarik akan program penggalangan dana. Inilah awal ide membangun situs penggalangan dana. “Aksi crowdfunding banyak di luar, tetapi di Indonesia belum ada,” jelasnya kepada ANTARA News.

Membangun Kitabisa.com dibutuhkan perjuangan tidak mudah. Timmy keluar masuk kampus buat mensosialisasikan. Ia sih berharap situsnya cepat membesar. Cepat dikenal publik dan dimanfaatkan buat menggalangan dana.

Dua tahun pertama usahanya mengalami stagnasi bertumbuhan. Bahkan tidak menghasilkan donasi sama sekali. Tidak patah semangat malah menjual cincin buat modal. Dijualnya cincin pernikahan buat menambahi modal situs.

Situs meningkat tidak sia- sia menjual cincin pernikahan. Aneka perbaikan dilakukan. Kemudian dia menggaet investor masuk. Hingga Kitabisa.com menjadi situs utama penggalangan dana masyarakat Indonesia. 

 

Ini sekaligus mengungkap fakta mengejutkan. Menurut riset: Indonesia negara paling dermawan no. 1 dunia, disusul Myanmar, dan Kenya.

Bisnis Sosial

Ide murah tetapi eksekusi mahal. Tahun 2011, Timmy mengambil keputusan besar untuk keluar dari Rumah Perubahan. Dua tahun berjalan, semenjak keluar, ia telah memiliki platform bernama Kitabisa tersebut. Belum menghasilkan apa- apa tetapi terus dikerjakan.

Ia lebih fokus mengerjakan aneka donasi sosial. Mulai dari membeli obat atau perawatan rumah sakit untuk orang tidak mampu. Mimpi pengusaha sosial M. Alfatih Timur sederhana. Dia ingin menjadikan ini seolah kotak amal.

Alasan dia keluar karena berbisnis harus dikerjakan full time. Sejak awal masyarakat Indonesia gemar menyumbang. Banyak broadcast membutuhkan bantuan dana. Walau tidak jelas tetap masyarakat datang menyumbang. Mau benar atau tidak sudah bukan menjadi masalah.

Timmy menangkap kebutuhan tersebut. Ia menciptakan pola memfasilitasi kegemaran mereka. Dari sini nanti akan jelas ke mana, transparan siapa penerimanya, dan dapat dievaluasi ketika disalurkan. Butuh wadah jelas seperti Kitabisa.com buat menangangi masalah.

Timmy tidak mau sekedar membuat. Riset dilakukan termasuk mempelajari situs crowd funding di luar negeri. Ini termotivasi pula semangat Bapak Proklamator Moh. Hatta. Bahwa jiwa masyarakat kita adalah Gotong Royong. 

 

Kitabisa.com merupakan program gotong royong jaman now. Awal Timmy dibantu satu orang admin, lantas temannya datang. Rekannya asal New Zeland bernama Vikra Ijas membantu. Lantas dia menjadi co- founder Kitabisa.com.

Susah memang membangun kepercayaan. Wadah sudah dibuat sebagus mungkin masih, eh dipandang sinis beberapa orang. Biar mereka mampu menyakinkan maka berdirilahj perusahaan. Berdirilah PT. Kita Bisa Indonesia demi transprasi masyarakat.

“Kita menjadi wadah untuk orang berdonasi. Menitipkan uanngnya beramal… Maka sekarang sudah berbadan hukum resmi terdaftar Kemensos dan dapat diaudit kantor akuntan publik,” terang Timmy kepada Jawapos.com

Tahun 2015, titik balik bagi Kitabisa.com, dimana mereka mampu mengumpulkan donasi Rp.7,5 miliar. Angka tersebut melonjak dibanding 2014 cuma Rp.840 juta. Hingga nama Kitabisa menjadi rujukan utama berdonasi atau beramal online.

Banyak masyarakat mengajukan penggalangan untuk pengobatan dan lain- lain. Berawal dari sebuah kampanye memohon bantuan pengobatan: Nama Kitabisa viral sampai dibicarakan dimana- mana. Tak terbatas buat mereka yang tua dan butuh uang.

Banyak ibu muda yang membutuhkan biaya melahirkan, anaknya sakit, dll. Ini menjadi pembuktian bahwa tingkat ekonomi kita masih timpang. Kitabisa membuatkan mereka wadah yang bisa dibaca, diklik donasi, dan dishare mengajak lebih banyak penyumbang.

Timmy sadar bahwa perusahaan butuh nafas panjang. Tidak mungkin berhenti ditengah jalan sehingga membutuhkan pendapatan. Ia pun terpaksa mengabil biaya administrasi 5% dari donasi masuk. Namun ia akan membaskan administrasi bila menyangkut bencana alam.

“Itu biasa dilakukan diluar negeri juga. Kecuali bencana alam, itu nol persen,” ucap sang pengusaha muda.

Kepercayaan akan Kitabisa didukung publik figur yang ikut memakai. Mereka menggalang dana lewat Kitabisa. Tokoh publik termasuk ditingkat pemerintahan. Ridwan Kamil, Walikota Bandung, memakai platform tersebut buat berdonasi.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top