Profil Pengusaha Syahrizal Fadillah
Ada berita menarik, berjudul “Anak 11 Tahun Jadi Pengusaha Beromzet 6 Juta Perbulan. Menarik karena si bocah ternyata bukan bocah biasa. Pasalnya dia sudah mepunyai jiwa entrepreneurship sejak dini. Ia bahkan sudah punya ambisi “mengalahkan” McDonald.
Ketika ditanya oleh orang yang melihatnya berjual dari sepedanya. Syahrizal Fadillah umur 11 tahun entengnya menjawab hobi berbisnis.
Kisah Anak Jadi Pengusaha
Yah, selain membantu ekonomi keluarga, juga karena jiwa entrepreneurshipnya. Kalau anak sebayanya di kampung tengah asik dengan gadgetnya. Begitu pula dia, cuma bedanya dia membeli gadget dari jerih payah dia sendiri.
Bayangkan dalam sebulan sudah mengantongi omzet Rp.6 juta. Gajinya lebih banyak dari upah yang dihasilkan oleh buruh kita. Miris, tapi menginspirasi sekali. terutama buat penulis membacanya.
Rizal begitu sapaan akrabnya. Tidak pernah sekalipun ibu Rizal dilarang ibunya. Karena berdagang juga hasilnya tidak diambil semua. Bahkan dia bisa membeli sendiri sepeda BMX -nya tersebut seharga Rp.700 ribu, lewat apa yang disebutnya hobi ini.
Berbekal sepeda itulah dia berjualan aneka jajanan, seperti jus buah, roti coklat, dan cemilan kering. Dijualnya itu keliling daerah Minomartani Sleman, Yogyakarta. Bahkan sudah menghasilkan tablet sendiri seharga Rp.1 juta.
“Saya bercita- cita menjadi pengusaha. Mau ngalahin pemilik McDonald,” ujarnya kepada keluarganya terus terang.
Teringat kisah Warren Buffett penulis ingin kembali lagi. Perlu kamu tau, diumur 11 tahun, seusia Riza sosok investor sepanjang masa ini sudah membeli sahamnya sendiri. Bukan dari mana, tapi dari aneka usaha, sejak kecil sudah bekerja seperti Rizal berjualan aneka jajan.
Buffett juga pernah menjadi loper koran loh. Ada lagi kisah pengusaha seumuran Rizal sekarang. Cory Nieves baru berumur saja 11 tahun. Memulai usaha lewat berjualan aneka kue kering buatan sendiri. Tujuan si bocah ini yakni agar bisa membelikan ibunya sebuah mobil.
Beda Rizal anak Amerika ini berjualan didepan pasar swalayan. Kamudian ada Bridges-Mo yang sudah memulai sejak 9 tahun. Ia memulai lewat dasi kupu- kupu rajutan sang nenek. Adalagi Madison Robinson yang memulai sejak 8 tahun lewat sandal warna- warni.
Mengajari Anak Wirausaha
Mengajari anak wirausaha memang sulit. Ada orang berpendapat anak bekerja berarti eksploitasi. Tapi, ketika anak sudah punya passion sejak kecil, dalam pendidikan manapun kami yakin harus mengakomodir. Bedanya ada di perlakuan kedua orang tua.
Termasuk orang tua Rizal bocah asal Sleman ini. Anak kedua dari tiga bersaudara ini punya satu semangat perlu kita acungi jempol. Sekali lagi ia mengakui bahwa, “Saya jualan memang karena hobby”, juga membantu keluarga.
Kepada pewarta dia bercerita bahwa keinginan itu timbul sendiri. Kedua orang tuanya tidak pernah meminta dirinya bekerja. Ia mulai berjualan bahkan sejak kelas 2 SD. “Saya jualan pulang sekolah. Lalu sore ngaji dulu. Lalu lanjut jualan sampai maghrib,” ujar Rizal polos.
Meski berdagang satu hal, dia tidak pernah tinggal soal sholat lima waktu. Bocah chubby berkulit sawo ini akan bermain ketika di sekolah dan di tempat ngaji.
Jualannya dari sandwich, nugget, jus buah, sampai juga coklat pisang. Rizal rata- rata menjualnya Rp.2.500 sampai Rp.3000. Untuk jus buah dibandrol seharga Rp.1.500, yang dibawanya lewat kota merah diikat di belakang sepedanya. Omzet per- harinya Rp.150.000 sampai Rp.200.000.
Hasil jualan akan diberikan ke ibu. Lalu uang tersebut akan ditabungkan oleh ibunya Rp.50.000. Sang ibu juga tidak melarang ketika Rizal memakai uangnya. “Kadang saya pakai beli jajan buat adik,” katanya lagi.
Dia pandai membaca Al- Quran di kampung. Ketika pertama kali meminta berjualan. Ibu sudah mewanti- wantinya agar nilainya tidak turun. Rizal penuh semangat bahkan dia ingin mengalahkan pemilik McDonald.
Anak kedua dari tiga bersaudar ini nila ujiannya tidak pernah jeblok. Bahkan bisa masuk sepuluh besar, ” Dia rajin belajar dan rajin ngaji sama enggak pernah bolong salat juga,” kata Ibu.
Sudah tertarik jualan sejak SD. Ketika itu ibunya langsung mengamini keinginan tersebut. Syarat nilai tidak boleh jeblok dipegang Rizal. Ibu pun mendukung lewat aneka kue bikinan sendiri. “Saya buatkan roti, pisang coklat, dan jus buah buat jualan,” tambahnya.
Mulai kelas IV SD berjualan lah si Rizal, yang pertama- tama jualan di kantin sekolah. Padahal ibu dan ayahnya tidak pernah memintanya berjualan. Kedang ibu meras kasihan meminta agar tidak jualan. Cuma ia sendiri yang mau berjualan.
Kalau dilihat dari kacamata awam, beberap ibu- ibu pembeli, melihat si Rizal sangat kasihan awalnya. Masih kecil kok sudah dipaksa jualan tutur seorang pelanggan Rizal. Namun, ketika perbincangan terjadi, sosok Rizal bukan lah anak kecil biasa.
Rizal bahkan membuat anak pelanggan itu terinspirasi. Anak si ibu itu malah ikutan jualan di sekolah.
“Tapi begitu ngobrol-ngobrol saya jadi salut dan respek sama Rizal. Dia jualan karena kemauannya sendiri. Dia menginspirasi Sandy (anaknya),” ujar Santi.
Kegigihan bocah kelahiran 12 Februari 2002 ini juga menular ke kakanya. Dia yang sudah SMK sekarang ikutan berjualan di sekolah. Sejak dulu, ia memang sudah bercita- cita menjadi pengusaha. Meski harus mengayuh sepeda tiap hari dibawah teriknya matahari.
Dia melakoni semuanya demi nama passion. Ketika ditanya siapa inspirasi maka jawabanya salah satu pengusaha Indonesia; bukan pengusaha McDonald.