Agrobisnis

Anak Tukang Bangungan Sukses Berbisnis Jamur

Biografi Pengusaha Taufik Hidayat

pengusaha muda jamur

Taufik Hidayat selalu bekerja keras dan pantang menyerah. Anak tukang bangunan sukses berbisnis jamur. Sadar terlahir dari keluarga kekurangan, Taufik bersemangat mengejar pendidikan, hingga dia diterima bekerja di perusahaan swasta di Jakarta.

Orang tuanya bekerja sebagai tukang bangunan sampai keluar Jawa. Sementara kedua kakaknya jadi tukang ojek di jalan. Berkat kerja keras ayah tersebut membuat Taufik bisa kuliah. Lulusan Politeknik Negeri Bandung ini sadar, bahwa jenjang karir di perusahaan mulai tidak berkembang.
“Sampai kapan melihat bapak saya jadi tukang bangunan, bahkan rela keluar Jawa ketika saya kuliah untuk membiayai saya,” Taufik menjelaskan.
Inilah cikal bakal dia nekat resign untuk membuka usaha sendiri. Satu bulan dia tidak bekerja sampai teringat satu pristiwa. Ia mengenang pernah diajak seorang senior ke kebun jamur. Usaha milik senior di kampus itu begitu menarik perhatian Taufik.

Memulai Budidaya Jamur

Tidak puas akan karirnya hingga memilih membuka usaha. Anak tukang bangunan sukses berbisnis jamur. Ide berbisnis jamur muncul ketika dia mengenang seorang senior kampus. Dia ingin memulai usaha tersebut, hingga dia teringat seorang teman di sekolah menengah.

Pria bernama Aep tinggal di Cinangsi, Pengalengan. Teman SMA yang sekarang budidaya tomat di samping rumah. Taufik menganggap Aep mungkin tahu soal perkebunan. Dia bertemu Aep sampai terlibat pembicaraan serius.

Aep berkata bahwa tetangganya membudidaya jamur di rumah. Dia pun mengajak Taufik datang ke tempat sang tetangga. Sembari mengobrol ditemukan fakta, bahwa media tanam didapat dari Ciwidey dan berupa bantuan pemerintah, untuk meningkatkan ekonomi masyarakat lewat budidaya jamur.

Si tetangga bercerita mengenai kemudahan menanam jamur. Perawatan tidak cepak dan panen bisa setiap hari jadi dapat uang setiap hari. Hanya karena jumlah jamur sedikit, si tetangga cuma menjual ke tetangga lain dan pedagang sayur. Dia mengatakan paling susah mendapatkan media tanam di sini.

Ide berbisnis jamur semakin optimis dilaksanakan. Apalagi Taufik tertempat tinggal di Pengalengan jadi cocok secara suhu. Tingkat kelembapan cocok tinggal menyiapkan tempat. Dia pulang kerumah dan memilih menyewa rumah milik tetangga.

Rumah tersebut disulap sampai menampung 20 ribu media tanam. Sembari mengerjakan ia mulai mengenang susahanya keluarga. Sang ayah bekerja sebagai tukang bangunan sampai keluar Jawa. Sementara kakak- kakaknya, hanya bekerja menjadi tukang ojek berkeliling mencari penumpang.

Bisnis Budidaya Jamur

Dia ingin merubah nasib keluarga lebih baik. Taufik ingin mengajak kakak- kakaknya berusaha bersama. Tidak lagi panas- panasan mencari penumpang di jalanan. Dia juga tak tega melihat desa tempatnya lahir kebanyakan bekerja menjadi buruh tani.

“…tetapi mereka (penduduk desanya) tidak mendapatka apa- apa,” ia menjelaskan.

Optimis dibangunlah tempat tanam yang sesuai tingkat kelembapan. Total modal awal dia keluarkan 100 juta rupiah. Modal itu dipinjam dari teman kuliah dan teman kantornya dulu. Jujur ekspetasi seorang Taufik begitu besar akan bisnis jamur ini.

Singkat cerita dia berhasil panen pertama sekali budidaya. Walau nampak berjalan mulus, dia kesulitan untuk menawarkan hasil panen ke pedagang pasar. Baru sekali panen itu malah disambut hujan besar dan banjir.

Sore itu dia dan kakak barus saja memanem jamur. Diluar sudah hujan besar sampai air menggenang. Tampak air hujan mulai memasuki gubuk bambu tersebut. Hujan begitu besar sampai dinding bambu miri dan rak- rak mulai bergoyang.

Ini pertanda hingga keduanya melompat keluar dan rubuhlah rumah jamur tersebut. “Alhamdulillah, selamat hampir tertimpa bangunan di dalam, yang tidak selamat bangunan dan 20.000 media tanam di dalam,” kenangnya.

Total kerugian mencapai Rp.80 juta sampai mengelus dada. Baru kali ini dia merasakan kehilangan uang sebesar itu. Apalagi dia sadar uang tersebut merupakan hasil pinjaman teman- teman. Dia tidak patah semangat. Taufik mencoba meminjam kembali ke teman- temannya tersebut.

Kali ini Taufik akan mencoba membuat media tanam sendiri. Berulang kali dia meminjam, tetapi itu berkali- kali gagal juga, sampai memiliki hutang menggunung Rp.500 juta. Taufik tidak patah arah untuk terus mencoba membuat kembali.

“Saya sadar saya terlalu egois dan terlalu idealis, merasa paling bisa dan tidak butuh masukan orang lain,” ia menerima nasib.

Pengusaha muda ini mengevaluasi kehidupan dengan kepala jernih. Dia mulai mempelajari dari awal semua. Begitu dipelajari ternyata tidak terlalu sulit membuat media tanam. Bagian terpenting ialah proses sterilisasi. Penggunaan drum secara menual tidak akan dapat dihitung panas api.

Suhu dan tekanan terkadang berbeda tergantung api kayu. Nyala api tidak selalu sama, sehingga bisa berhasil atau tidak. Dia lalu berdiskusi mengajak Pak Yunus (Dosen) untuk membuat alat. Mereka membuat mesin mengontorol suhu dan tekanan panas.

Mereka lalu membuat media tanam dan kegagalan ditekan. Begitu mahir membuat media tanam, dia melihat bisnis semakin membaik dan mencoba ikut perlombaan. Taufik mengikuti ajang wirausaha dari Bank Mandiri, hasilnya mengejutkan dia menang dan mendapatkan modal Rp.40 juta.

Dana tersebut dipakai mengembangkan bisnis jamur. Nama usahanya Villa Mushroom Agrifarm, dan terus berkembang untuk mengajak masyarakat ikut bergabung. Dia membuka usaha kebun jamur bagi masyarakat desa. Mereka akan mendapatkan penghasilan tambahan dan berkebun di rumah sendiri.

Rejeki Pengusaha Jamur

Taufik dibantu 15 petani sampai panen 6 ton atau senilai Rp.75 juta. Dia juga memproduksi media tanam sendiri 1.5000 pilobag. Petani seban bulan mendapatkan 30.000 atau senilai Rp.90 juta. Dia menyebut total penjualan Rp.165 juta dari panen jamur dan menjual baglog.

Laba bersih usaha mencapai 30%- 40% dari penjualan semua usaha. Taufik memiliki aset sampai senilai Rp.600 juta dari tanah, bangunan, dan mesin.

Pemuda kelahiran Bandung, 1 Juni 1992, yang bekerja keras dan belajar otodidak. Dia meminjam uang dari teman banyak. Juga mendapatkan sokongan investor sampai ratusan juta rupiah. Taufik pakai uang itu untuk membiayai operasional, sewa lahan, membuat rumah jamur dari bambu, dll.

Uang pribadi hanya Rp.10 juta dari tabungan bekerja di PT. Toyota Manufacturing. Dia juga pernah bekerja di PT. Samsung Indonesia. Berlatar belakang pegawai kantoran, Taufik meriset sendiri cara bercocok tanam jamur, dan langsung mengaplikasikan.

“Saya tergolong nekat,” ujarnya.

Dia mengajak dua kakaknya untuk mengolah baglog. Mereka menanam bibit jamur di dalam rumah kumbung. Ditunggu selama dua minggu sampai bibit jamur tumbuh. Awal panen dia menghasilkan 5 kg hingga 10 kg. Sekarang dia memproduksi 2 ton per- pekan, yang dijual di pasar Pengalengan.

Ia rutin menjual jamur ke pedagang sayuran. Taufik memiliki empat pelanggan. Namun dia harus berhadapan dengan senior pasar. Sosoknya ini menjadi penentu siapa saja yang boleh berdagang di sana. Tata niaga jamur dikontrol sosok tersebut, maka dia segera mendekati sosok tersebut langsung.

Tidak mendekati melalui pasar tetapi dia datangi rumahnya langsung. Dia membangun komunikasi dengan pedagang jamur di sana. Termasuk ketika dia masuk ke pasar daerah Bandung, maka harus mendekati suplier jamur yang terlebih dahulu ada.

Jamur yang dipasok Taufik adalah tiram putih dan jamur cokelat. Sementara orang yang didekatinya menjual jamur kancing. Omzetnya melambung dua kali lipat berkat selalu bekerja sama. Konsumen yang membeli bisa menjadi penjual. Permintaan jamur miliknya meningkat sampai dua kali lipat.

Target produksi perhari 1 ton sehingga menjadi 30 ton perbulan. Dia membidik pasar di Jawa Barat sebagai awalan. Serta ia mulai masuk ke pasar swalayan dan hotel. Agar bisa memenuhi target itu, dia mendirikan CV. sebagai entitas, dan telah memiliki 10 orang karyawan yang dulunya 1- 2.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top