Desainer

Berkat Dimentori Kini Pengusaha Tas Kulit Nasional

Profil Pengusaha Aesta Fajar

pengusaha tas kulit

 
Berkat dimentori Wawan Hermawan pada 2015, Aesta Fajar belajar menjadi pengusaha tas kulit nasional. Perusahaan ekspor impor tas asal Yogyakarta, yang tertarik mengajak empat pemuda ini dalam inkubasi bisnis. Mereka akan bekerja sekaligus diajari cara menjadi pengusaha di masa depan.

Mereka lalu mendirikan Alra Lifestyle berbisnis tas kulit. Mengapa memilih berbisnis tas kulit, ya karena prospek harga jualnya baik di Yogyakarta. Selain bisnis tas kulit mereka juga merambah tas kanvas batik. Nama Alra sendiri merupakan akronim dari ucapanya syukur dalam bahasa Arab.
Perjalan bisnis tas Alra Lifestyle tergolong tidak mudah. Total lima orang bersama dirinya mencoba berbisnis. Mereka berasal dari latar belakang beda, ada yang teknik industri, IT, teknik kulit, dan desain produk. Mereka menjadikan satu pengetahuan masing- masing untuk berbisnis.
Semua bermula ketika pihak kampus mengajukan kerja magang. Ini menjadi salah satu syarat lulus Jurusan Manajemen, Universitas Islam Indonesia (UII). Dia magang ke PT. Harpa Inti Mandiri, yang pemiliknya Pak Wawan, dan bertemu empat orang pemagang lain.
Di perusahaan terdapat 20 orang pekerja tetap. Dengan 10 orang pekerja yang menjadi pengrajin tas kulit. Kenapa Fajar bisa sampai disana karena pernah bertemu Wawan. Saat itu, di Kadin Yogyakarta, sang Wakil Ketua Kadin itu memanggil sang mahasiswa yang tujuh tahun kuliah tidak lulus.

Mencoba Tes Pasar

Dia sempatkan buat meminta jalur buat magang di perusahaan. Ia bertemu empat orang tersebut, dan ternyata berakhir meminta lebih. Mereka sepakat meminta tidak cuma bekerja magang di sana. Minta agar bisa diajari menjadi pengusaha kerajinan seperti dirinya.
Kelima pemuda ini lalu mulai menjalankan bisnis Alfra Lifestyle. Mereka tidak memiliki karyawan satupun. Bisnis dibawah naungan inkubasi milik Herpa Inti. Fajar bersama empat rekannya memilih bisnis tas kulit dan kanvas. Ini sesuai dengan potensi Yogyakarta yang banyak tas kulit dan batik.

Prinsip bisnisnya bahwa tas bukan sekedar fungsional. Ini sudah masuk gaya hidup bukan lagi cuma ketika butuh. Awal bisnis, dia menaruh proses produksi ke pihak ketiga, sementara soal desain dia dan kawan- kawan lakukan sendiri.

Berbisnis bukan hal baru bagi seorang Aesta Fajar. Dia pernah menjadi pemasok bawang ke sejumlah pasar di Bringharjo, Yogyakarta. Maklum dia kelahiran Tegal, yang dikenal sebagai produsen bawang walau akhirnya rugi. Fajar lalu menutup bisnis tersebut memilih membuka usaha baru.

Sebelumnya, Fajar pernah berbisnis ikan bermodal uang dari PT. Pegadaian, dan Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Modal ini kemudian dijadikan modal berbisnis bawang tadi. Pada 10 bulan pertama, Fajar memilih mengetes pasar karena tidak tau model, warna, dan berapa harganya.

Mereka lalu membuat aneka bentuk tas, tetapi tidak terlalu banyak. Tim Alfra kemudian mengikuti pameran dan menawarkan ke teman terdekat. Selama perjalanan, tanpa menghasilkan apapun, hingga mulailah teman- temannya hengkang satu- persatu.

Karena tidak memiliki modal Fajar rela mencari celah. Termasuk mengikuti pameran gratisan demi publisitas. Ia rajin mengikuti pameran Pemerintah Daerah Yogyakarta, atau dari Dinas Perindustrian dan Dinas Kebudayaan. Dia mendapatkan jawaban ketika mengikuti aneka pameran tersebut.

“Lebih senang yang minimalis. Untuk warna, babay pink atau kuning,” jelasnya.

Walau demikian dia tetap memproduksi aneka warna. Inilah kunci sukses Alra Lifestyle dimana dia punya banyak warna. Sistem kemitraan juga dirasakan cocok memasarkan produk. “Selama pameran, banyak yang tanya, kalau beli lebih dari satu dapat diskon berapa,” tuturnya.

Mereka ternyata tanya karena ingin menjual kembali. Sekarang, Alra Lifestyle memiliki lebih dari 20 reseller tersebar di Jawa dan Sumatera. Keputusan lain datang ketika dia menghentikan penjualan tas kanvas. Semua itu karena harga jual tas kanvas menjadi lebih murah, dibanding tas kulit miliknya.

Ternyata semua keputusan karena dia mengetest pasar dahulu. Fajar mengatakan, dua produk dalam satu wadah bisnis fashion, justru akan menghabat satu sama lain. Sebab pengembangan produk- produk fashion itu bersifat terus menerus, dan pengusaha membutuhkan modal yang besar.

“Kami kan baru mulai usaha, maka memutuskan untuk stop dulu yang kanvas,” jelas Fajar.

Strategi Bisnis

Tahun 2016, dia menjajal mengikuti ajang Innovating Jogja, kompetisi berbasis inovasi industri batik, kulit, dan kerajinan. Ajang kerja sama antar negara Europen Union- Indonesia Trade Cooperation Industry. Alra masuk 12 pemenang dan ikut program akselerasi, dan mendapatkan modal Rp.30 juta.

Ia kemudian mendapat masukan soal legalitas hak kekayaan intelektual dan badan hukum. Fajar juga pemenang dari Wirausaha Muda Mandiri 2016, Kategori Industri Perdagangan dan Jasa Kelompok Mahasiswa Sarjana dan Diploma.

Berkat dimentori Fajar mendirikan PT. Alra Makmur Cahaya Selaras. Pengusaha tas kulit yang kini mempunya banyak karyawan. Ia mulai membagi tugas perusahaan ke beberapa orang lain. Bila kamu ingin punya usaha besar maka kerjakan dalam tim.

Dia membangun standar operasional agar tidak keroyokan. Tiap orang akan memiliki fungsi masing- masing. “…sifatnya saya sebagai kontrol,” tuturnya.

Ia lalu membuka bengkel pembuatan tas sendiri di Bantul. D isini dikenal sebagai sentra kerajinan, alhasil memiliki sumber daya manusia dan bahan baku cukup. Fajar pernah punya pengalaman pahit soal kongsi pihak ketiga.

Dia mengatakan mereka terkadang membuang- buang bahan baku. Ambil contoh, satu bahan kulit yang harusnya menjadi dua tas, malah cuma jadi satu tas oleh sang penjahit. Dengan membuka satu bengkel sendiri, dia kini memiliki pegawai di bagian penjahitan yang lebih efektif.

Fajar menjual melalui media online sejak 2017, dari Facebook, Instagram, dan juga toko online. Dia menjelaskan bukan cuma mengurangi biaya. Tetapi juga agar mendapatkan sorotan sehingga naiklah penjualan. Cara konvensional memang membuat penjualan naik, tetapi biaya dikeluarkan ikutan naik.

Awal 2018, dia fokus mengerjakan pasar online secara konsisten dan komprehensif. Fajar merekrut orang khusus mengurusi digital marketing. Penjualan produk meningkat, satu tas seharga Rp.500 ribu sampai Rp.1 jutaan, dan setiap bulan dia mampu menghasilkan Rp.200- Rp.450 juta.

Ini hanya bermula dari ketika dia mengikuti ajang Inacraft. Fajar yang niatnya mau membawa tas berwarna camel, eh malah membawa tas berwarna kuning. Dari situ, fungsi tes pasar menghasilkan sesuatu, ia menyadari bahwa orang menyukai warna cerah terutama ketika diaplikasikan di tas kulit.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top