Akademisi

Christine Wulandari: Mencintai Alam Sepenuh Hati

CHRISTINE Wulandari jatuh cinta pada alam sejak belia. Kecintaannya pada alam berawal dari keikutsertaannya pada kegiatan pramuka yang kerap membuatnya bersentuhan dengan alam. Kegiatan yang berinteraksi dengan alam seperti berkemah dan outbound membuatnya makin tertarik dengan alam dan mendalami ilmu lingkungan.

Saat SMA, pada 1980-an, banyak larangan dari pemerintah terkait sumber daya alam, seperti larangan ekspor kayu dan perdagangan satwa. ?Saya ingin tahu mengapa itu dilarang, maka setelah lulus SMA, saya kuliah di Fakultas Kehutanan UGM,? kata dia.

Ia mengaku beruntung berasal dari keluarga yang demokratis, yang mengizinkannya memilih jurusan sesuai dengan minatnya. ?Orang tua saya mengizinkan, tapi dengan syarat, belajar dan mengerjakannya dengan sepenuh hati,? ujar dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) sejak 1993 itu.

Menjalani kehidupannya semasa kuliah, Christine merasa dirinya telah berada di tempat yang tepat baginya. ?Saya senang melintas alam. Pengalaman yang tidak terlupakan waktu mendaki Gunung Merapi dan menyusuri hutan-hutan di Jawa,? kata dosen yang hobi membaca itu.

Selain pendidikan formal, ia mengikuti berbagai pelatihan terkait pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, baik di dalam maupun luar negeri, antara lain sertifikasi hutan di Swedia dan Guatemala, manajemen hutan berkelanjutan di India, dan kebijakan pengelolaan sumber daya air di Sidney.

Selain itu, ia juga kerap mengikuti seminar nasional dan internasional dengan topik yang relevan dengan pengelolaan hutan berkelanjutan, termasuk pengelolaan jasa lingkungan, misalnya di Thailand, Inggris, Belanda, Tanzania, dan Kamerun.

Tidak hanya itu, Christine berhasil menulis dan memublikasikan buah pikirannya, baik yang disusun secara mandiri maupun bersama koleganya sesama dosen atau aktivis lingkungan hidup.

Bergabung dengan WWF

Pengetahuan dan pengalaman bekerja di kawasan konservasi di seluruh Indonesia ia peroleh ketika bergabung di WWF-Indonesia. Pengetahuan tersebut terus dikembangkannya untuk pengelolaan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dengan dukungan dana dari TFCA-Kehati, United States Agency for International Development (USAID).

Selain aktif sebagai pengajar di Universitas Lampung, Christine Wulandari juga menjadi anggota Working Group Pemberdayaan (WGP) yang didukung Kementerian Kehutanan dan anggota Dewan Pakar Persatuan Sarjana Kehutanan (Persaki) di tingkat nasional.

Tidak sampai disitu, Christine juga menjadi Mitra Bestari pada jurnal Agroforestry dan pernah menjadi reviewer pada Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Hutan yang diterbitkan Litbang Kehutanan Kementerian Kehutanan.

Kecintaannya pada alam terus dituangkannya dalam keikutsertaannya menjadi anggota Board Jaringan Pendidikan Agroforestri Indonesia (INAFE) dan South East Asian Network for Agroforestry Education (SEANAFE) yang berbasis di Filipina.

Kiprahnya untuk lingkungan hidup juga ditandai dengan terpilihnya Christine sebagai koordinator Dewan Pengurus Nasional Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM) dan koordinator Forum Hutan Kemasyarakatan di Provinsi Lampung.

Keluarga Nomor Satu

Christine menjalani tiga peran sekaligus, sebagai ibu dari dua anak, istri sekaligus wanita pekerja yang berprofesi sama seperti sang suami, dosen. Menjalani tiga peran sekaligus merupakan bagian dari hidupnya selama puluhan tahun. Menyadari pentingnya peran tersebut, Christine dituntut arif dan bijaksana dalam membagi waktu dan perhatiannya.

Anak pertamanya kini kuliah di Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Jakarta, dan anak kedua kelas V SD. Menjadi seorang ibu adalah kebanggaan baginya. Terhadap anak-anaknya, ia tidak hanya berperan sebagai ibu, tetapi juga sebagai teman.

Memosisikan diri sebagai teman, kedua anaknya tidak sungkan bercerita tentang kesulitan atau masalah yang terjadi di sekolah atau kampus, maupun dalam pergaulan dengan teman sebaya. “Anak biasanya menutupi hal-hal buruk yang dilakukan atau dialami, tetapi jika kita bersikap sebagai temannya, anak akan leluasa bercerita pada kita, selayaknya bercerita pada temannya,” kata dia.

Menjadi ibu, istri, dan dosen, Christine sering dihadapkan pada posisi sulit yang menuntutnya harus menentukan prioritas. Tugas dan beban kerjanya sebagai dosen, cukup menyita waktu, tenaga, dan perhatian.

Perjalanan dinas keluar kota, merupakan rutinitas bulanan yang selalu dijalaninya. Ditambah lagi dengan tanggung jawab mendidik mahasiswa Unila yang dipercayakan padanya, membuat Christine ekstra sabar dan bijaksana dalam membagi perhatiannya dengan keluarga tercinta. “Keluarga saya tetap nomor satu.”

Hal tersebut diungkapkannya untuk menggambarkan betapa ia mengutamakan anak dan suaminya, di atas pekerjaannya. Menyadari kodratnya sebagai istri dan ibu, Christine merencanakan segala aktivitasnya dengan matang sejak jauh hari, termasuk perjalanan dinas keluar kota.

“Saya dan suami sama-sama sibuk, kami sama-sama sering mendapat tugas dinas keluar kota,” ujar dia.

Jadwal pekerjaannya dirembukkan bersama sang suami, jika salah satu dari mereka mendapat tugas keluar kota, yang lain harus bersama anak di rumah. Suatu ketika, Christine dijadwalkan menghadiri rapat penting di Malaysia, tetapi terpaksa dibatalkan karena tiba-tiba pembantunya minta izin pulang karena ada yang sakit. “Sebagai seorang ibu dan istri yang baik saya harus membatalkan rapat,” kata Christine.

Ia selalu berusaha hadir saat diperlukan oleh keluarganya, salah satu konsekuensinya ia banyak mengeluarkan biaya pulsa agar tetap bisa menjalin komunikasi dengan baik. Ia juga mendidik anak-anaknya menjadi pribadi yang mandiri.

“Anak-anak sudah terbiasa menyelesaikan pekerjaan rumah sendiri, tidak bergantung pada saya,” ujar dia. Christine mengaku hal ini sudah menjadi komitmen dalam hidupnya, boleh bekerja, keluarga tetap nomor satu. (DELIMA NATALIA NAPITUPULU/S-2)

BIODATA

Nama : Christine Wulandari

Tempat/tanggal lahir : Madiun, 26 Desember 1964

Nama suami : Pitojo Budiono

Pekerjaan suami : dosen di FISIP Unila

Nama anak : Budiasti Wulansari dan Budicahya Rama Bagaskara

Nama orang tua : H. Soegandari dan Ibu Hj. Sri Suparmi

Pendidikan : – SD Negeri Lempuyang Wangi II, Yogyakarta
– SMP Negeri V Yogyakarta
– SMA Negeri I Teladan, Yogyakarta
– S-1 Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta tahun 1988
– S-2 Manajemen Hutan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta lulus tahun 1993
– S-3 Manajemen Sumber Daya Hutan University of the Philippine Los Banos tahun 1999

Penghargaan :
– 1987 1 st Best Performance of Student in Faculty of Forestry, Gadjah Mada University (Mahasiswa Teladan I)
– 1988 Student representative of Gadjah Mada University for Partnership Program for 21st Century in Japan
– 1990 3 rd Performance for ?Lomba Minat Baca? (Environment Topic Book) Summarized) in D.I. Yogyakarta Province
– 1998 Member of Alpha Gamma Sigma of UPLB Charter – Philippines
– 2001 1 st Best Performance of Lecturer in Lampung University (Dosen Teladan I)
– 2010 SFRT Research Grants from SEAMEO – SEARCA

Sumber:
Inspirasi, Lampung Post, Jumat, 21 Desember 2012


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top