Darius Silitonga

Darius Silitonga: Benteng Terakhir di Lor Kali

DALAM perjuangan melawan agresi militer Belanda, Darius Silitonga masuk kesatuan pasukan Kapten Abdul Haq. Perjuangan heroik yang dilakukan Darius Silitonga saat melawan pesawat tempur milik pasukan Belanda di Bukit Silitonga, Pekon Sukoharjo II, Kecamatan Sukoharjo, Tanggamus.

Untuk menghadapi serangan pasawat Belanda, Silitonga dan pasukannya membuat jinji-jinji, loggraf untuk pertahanan meriam 12,7 mm (kikangho) di bukit sebelah utara Pringsewu (Lor Kali).

Pertahanan tersebut dibuat agar mampu menahan serangan lawan dan untuk menembaki lawan. Upaya yang dilakukan Silitonga ternyata membuahkan hasil. Akhirnya pesawat Belanda hanya mampu melakukan 11 kali penembakan, sedangkan pasukan Silitonga membalas dengan 13 kali penembakan. Pesawat Belanda rusak dan harus mendarat darurat di Bandara Branti, Natar, Lampung Selatan.

Pertahanan yang dibuat Silitonga di bukit tersebut ternyata sempat merepotkan tentara Belanda. Betapa tidak, Silitonga dan pasukannnya berada di bukit, di seberang Sungai Way Sekampung, Sukahorjo II, yang sulit dijangkau lawan, lantaran harus menyeberangi rawa (kini sawah) dan sungai yang cukup lebar.

Silitonga juga terlibat perebutan kembali daerah Prabumulih. Tanggal 1 Agustus 1949, pukul 01.00, direncanakan penyerangan yang dipimpin Letkol Dany Effendy. Sebagai seorang komandan yang berpengalaman, Silitonga diberi tugas merebut kantor Brigade Garuda Merah.

Kantor itu pun berhasil diduduki selama 10 jam. Atas perintah Dany Effendi, pasukan Silitonga meninggalkan kantor karena bantuan pasukan Belanda datang dengan jumlah besar.

Perang, luka, dan kematian bagai bayang-bayang yang siap menimpa para pejuang. Tanggal 10 Januari 1949 Tanjungkarang telah jatuh ke tangan Belanda. TNI dan pemerintahan Keresidenan Lampung pun memerintahkan untuk menyingkir ke luar kota dan melakukan perang gerilya.

TNI mengadakan konsolidasi di Kemiling. Pasukan Brigade Garuda Merah yang dipimpin Kapten Alamsyah Ratu Prawiranegara berkumpul dengan pasukan Brigade Garuda Hitam pimpinan Kapten Abdul Haq.
Untuk menghadapi tentara Belanda, kedua pasukan dipisah. Pasukan Alamsyah bertugas di jalan raya yang medannya cenderung datar. Pasukan Abdul Haq bergerak di medan bertebing.

Pasukan Belanda dengan senjata lengkap dan lebih modern, mampu mengungguli pertempuran. Hujan peluru tidak dapat dihindari. Silitonga yang masuk pasukan Abdul Haq, terkena tembakan di tangan dan paha kiri.
Melihat Silitonga tertembak, Alamsyah langsung mengobati sahabat seperjuangannya itu. Luka Silitongan ditaburi dengan dagenan dan ditutup dengan spalk dari bambu.

Belanda berusaha menduduki Pringsewu dengan menurunkan pasukan di Kotaagung, Tanggamus. Silitonga yang baru sembuh dari luka tembak, memilih memenuhi panggilan negeri yang membutuhkan tenaganya. Dia langsung mengangkat meriam 12,7 mm untuk melawan serangan udara Belanda.

Kehebatan meriam mini 12,7 mm milik pasukan Abdul Haq membuat ngeri tentara Belanda. Kengerian itu membuat tentara Belanda ingin merebut meriam tersebut.

Tentara negeri Kincir Angin itu menyerang daerah Fajarbaru, tempat pasukan Abdul Haq, untuk merebut meriam. Tembak-menembak pun terjadi. Meriam mini berhasil dipertahankan, tapi harus dibayar dengan kematian empat pejuang.

Pertempuran heroik lain terjadi di Modong yang terletak di antara Dusun Payakabung dan Prabumulih. Tanggal 21 Juli 1947 pasukan Kapten Abdul Haq mendapat perintah dari Kolonel Bambang dan Kepala Staf Kapten Alamsyah untuk menyerang dan menghancurkan kapal-kapal Belanda yang akan menyerang kedudukan TNI AL di Modong Jambu Karang Endah.

Pertempuran pun terjadi di dalam kapal milik Belanda hingga pukul 02.00. Pasukan TRI yang dipimpin Kapten Abdul Haq dan Sersan Mayor Silitonga serta Laskar Napindo yang dipimpin Roni Hamid dan Abdul Hamid.

TRI dan Laskar Napindo bersenjatakan senapan kecepek, senapan mesin buatan Jepang, dan penyembur api. Penyembur api ini menyambar peluru-peluru yang mengakibatkan terjadinya kebakaran dahsyat di kapal. Dua motor boat dan satu kapal roda lambung dapat ditenggelamkan TRI. Banyak tentara Belanda yang tewas dan membuat sungai manjadi genangan mayat.

Kemenangan TRI ini membuat Belanda menarik mundur pasukannya. Namun, Belanda akhirnya mampu menorobos pertahanan TRI di Modong, 22 Juli sekitar pukul 06.00.

Kini bukit pertahanan Silitonga menjadi salah satu tempat bersejarah bahkan pemerintah memberi tanda dengan penanaman pohon beringin. Dan bagi warga Tanggamus, khususnya Pringsewu bukit tersebut kerap menjadi tempat berbagai kegiatan termasuk pramuka dan tujuan wisata.

Namun, sejak beberapa tahun silam, tempat pertahanan pasukan Silitonga berupa gua sudah tidak tampak lantaran tertimbun tanah. Bukit Silitonga kini berupa semak belukar, sedangkan bagian bawah bukit dimanfaatkan warga sekitar untuk menanam singkong dan sayuran. n

BIODATA

Nama: Darius Silitonga
Istri: Baenna R simanjuntak
Anak:
– Roisel Maryati
– Slamet Mangerbang
– Rijoice Bolnaise
– Abida Hamuel
– Besar Doharta
– Bayasni Verta
– Joro Tumpal
– S. Parligoman

Bintang jasa:
– Bintang Gerilya
– Bintang Kartika Eka Paksi Naraya
– Bintang Kartika Eka Paksi Kelas III
– Bintang Sewindu
Pangkat: Kolonel CAJ NRP 270823
Kesatuan: Denmabesad

Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post.Hlm. 72-74.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top