Pengusaha Afrika

Kisah Pengusaha Startup Listrik Uncharted Play

Profil Pengusaha Jessica O. Metthews

startuplistrik.png
 
Kisah pengusaha startup listrik Uncharted Play. Taukah kamu, sifat yang perlu dimiliki untuk menjadi pengusaha adalah sifat acuh. Menjadi acuh merupakan berkah bagi Jessica O. Matthews dalam sebuah artikel. 
 
Baginya acuh berarti tak sekedar berpikir tentang diluar kotak, ketika tak tau batasannya. Kita tak pernah tau parameter kota itu sendiri. Apakah yang anda kerjakan benar- benar ide segar. Atau, itu pernah dilakukan orang lain, lalu gagal.
“Itu sangat mudah untuk berpikir di luar kotak ketika anda tidak tahu apa parameter kotak itu apa,” katanya.
 

Pengusaha Sosial

Jessica dikenal sebagai seorang CEO sekaligus salah satu pendiri sebuah perusahaan. Nama start- up -nya Uncharted Play, uniknya perusahaan ini hanya punya tujuh pegawai, termasuk dirinya. Sebuah perusahaan berbasis di New York City, yang menjual penemuan bernama Soccket. 
 
Apa itu? Hanya bola sepak yang mampu menghasilkan energi listrik. Itu dihasilkan, disimpan, lalu digunakan oleh satu buah bolam lampu.
Lampu LED yang terpasang pada Soccket mampu menyala tiga jam. Semua pengisian hanya membutuhkan si pengguna menggunakannya bermain. Meski terlihat sepele atau anda akan berpikir buat apa, usahanya ini sangat membantu bagi meraka yang tertinggal. 
 
Khususnya bagi anak- anak di negara tertinggal tanpa listrik. Sejak didirikan Mei 2011, Uncharted Play telah membagikan sekitar 10.000 bola Soccket di Amerika Serikat, Meksiko, dan sebagian Afrika. 
 
Untuk menghasilkan keuntungan, Uncharted Bermitra dengan perusahaan sponsor seperti Western Union dan State Farm, yang membayar untuk mendistribusikan bola sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial mereka. Perusahaan ini menghasilkan sekitar $ 2 juta dalam pendapatan.

Jessica, 26 tahun, memang memiliki kelebihan sejak kecil. Keberanian telah tertanam dalam banaknya. Putri dari dua orang anak pasangan imigran asal Nigeria yang tinggal di sebuah wilayah Poughkeepsie, M.Y. Dia sangat mencolok dimasa remajanya. 

 
Bayangkan saja beberapa pelajaran tambahan untuk science dan untuk olah raga, lari menjadi salah satu pelajaran tambahan. Dia bisa berlari 400 meter dalam 52 detik.

“Saya sangat cepat,” ungkapnya bangga. “Orang tua saya selalu mendorong kita dalam segala sesuatu dalam hidup. Filosofi mereka adalah, jika anda ingin berlari secepat anda bisa, anda harus menjadi yang memimpin di jalan.”

Setelah kakaknya Tiana, 27, mengundurkan diri untuk Harvard, karena kecelakaan. Di Harvard, di kampus yang sama, Jessica mengambil kuliah psikologi dan ekonomi. 

 
Hingga ada satu waktu para mahasiswa diajak berdiskusi tentang tugas science untuk sesuatu yang artistik dan punya nilai sosial. Inilah yang membuka jalan terciptanya Soccket sekarang.

“Saat itulah saya pertama kali datang dengan ide untuk Soccket, “katanya menganang.” Itu hanya fisika SMA, menggunakan senter kocok- nyala dan sebuah roda hamster.”

Ia yang baru saja menyelesaikan MBA di Harvard, ketika menjalankan proyek Uncharted Play. Sekarang, prototipenya telah tak terhitung jumlahnya sejak yang pertama. Dia ingin membuat sebuah dorongan besar dengan Soccket di sepak melalui Piala Dunia di Brasil. 

 
Dia berharap menjual bola di sana, yang saat itu dihargai $.99 sekaligus mempromosikan produknya. Ini diharapkan membangkitkan minat organisasi- organisasi non-pemerintah, yang kemudian mempromosikan Soccket baik sebagai perangkat praktis dan alat pengajaran ilmiah. 
 
Penemuan Jessica memiliki potensi, baik untuk membantu anak- anak mengerjakan PR, sekaligus untuk memupuk rasa ingin tahu mereka. Penemuan Soccket membawa energi ke dalam permainan menyenangkan. Membantu anak- anak mengerjakan tugas.

Soccket akan membantu mereka terutama untuk mereka yang ada di negara dunia ketiga, seperti negara- negara Afrika.

Mainan hemat energi

Cerita favorit Jessica tentang Soccket adalah tentang seorang anak Nigeria pemalu yang bukanlah siswa yang baik. Tapi setelah ia mencoba Soccket, beberapa hari kemudian, ia menemukan bagaimana benda itu bekerja. 

 
Dia membuka kulitnya, belajar mengenainya, lalu berpikir tentang menggunakanya untuk mengisi listrik DVD player.

“Pada akhirnya, saya ingin membantu orang menjadi penemu sendiri sehingga mereka tidak merasa mereka telah menemui jalan buntu setelah mereka sudah tak punya ide,” kata Jessica, yang menjelaskan bahwa Uncharted Play akhirnya bisa menjadi inkubator bagi pencipta lain. 

 
“Tapi pertama- tama, kami ingin membangun merek ini dan mendapatkan jalan kami di luar sana,” ia lanjut.

Perusahaan ini telah menghasilkan sumber energi lain. Mainan kedua dan berpotensi, yang lebih universal dan serbaguna bernama Pulse ($129, jika membeli satu, mensponsori satu, di unchartedplay.org). 

 
Tim tujuh orang, yang mencakup kakak Jessica, yang ketika artikel ini dimuat di usatoday.com, tengah membuat Pulse (tali lompat elektrik) di rumahnya. Ia menggunakan serangkaian printer tiga dimensi bertengger di meja.

“Anda dapat melakukan perjalanan dengan mudah dengan Pulse, dan setelah 15 menit melakukan lompat tali, yang baik untuk anda, itu akan memberikan enam jam cahaya LED atau mengisi baterai iPhone50%,” katanya. 

 
“Di banyak (negara-negara berkembang), sering hanya anak laki- laki yang diperbolehkan untuk bermain sepak bola. Jadi ini adalah sesuatu yang anak perempuan bisa menggunakan.”

Jessica mengatakan Uncharted Play tengah mengarahkan pandanganya ke skateboard pembangkit listrik dan bola basket sebelum “menangani isu-isu sosial lainnya segera, seperti makanan dan air.”

Semua apa yang dihasilakan Jessica bukanlah kejutan bagi ibunya.

“Ketika Jessica masih TK, dia mengatakan kepada gurunya dia ingin tumbuh untuk membantu orang,” kata Florence Matthews, yang membantu suaminya, Idoni, menjalankan bisnis perangkat lunak milik keluarga, Decision Technologies International.

“Dia memiliki begitu banyak ide, ketika ia membahas ide- ide itu dengan saya, saya langsung sakit kepala,”

Matthews mengatakan dia tak terkejut bahwa ide besar pertama putrinya ialah Soccket, mengingat bahwa keluarganya sering berkunjung ke desa kecil di Nigeria dimana selalu ada bau busuk lampu minyak tanah. Tidak ada listrik di sana. 

 
“Untuk melihatnya membantu orang-orang yang membuat saya sangat bahagia,” katanya lagi.

Tapi Jessica tak lengah akan pujian. Jika tidak, ide- ide besar di luar sana tidak akan menjadi miliknya, dia menegaskan.

“Masalah terbesar yang kita miliki di dunia adalah masalah pasokan akan ide,” kata Jessica. Dan kisah pengusaha startup listik ini memberi pandangan kita.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top