Profil Pengusaha Miming Pangarah
Taukah kamu bahwa perusahaan besar pasti memiliki hutang. Miming Pangarah mencoba memberi penjelasan manfaat hutang usaha. Ini terlepas kepercayaan agama mengenai hutang. Menekankan ke hutang produktif demi keberjalanan usaha, bukan buat kosumtif ya apalagi buat gaya hidup.
Dipaksa Berhutang
Lingkaran kehidupannya cuma berputar memenuhi kebutuhan. Serba mepet dia bahkan tidak punya sisa buat menyenangkan diri. Inilah cikal bakalnya berjuang keras bewirausaha. Kesempatan datang ketika dia ditawari cicilan ruko.
Ada relasi menawarkan ruko di kawasan Jl. Ahmad Yani, Kota Bandung. Itu “durian runtuh” karena meski enak tetapi kena kepala sakit berdarah. Cicilannya mencapai Rp.2,3 juta, mau dapat dari mana uang segitu sementara gajinya hanya Rp.300.000 itupun dibantu hutang.
Tetapi kalau dipikir ruko tersebut terletak di tengah kota. Tempatnya strategis dianggapa akan lebih mahal bila disewakan ulang. Beberapa minggu berelalu, nampaknya Miming berhenti memikirkan kesempatan tersebut, kehidupannya kembali berjalan normal hingga sang teman mengkonfirmasi.
Dengan enteng si relasi menawarkan Miming kembali. Dia percaya bahwa dirinya ulet dan memiliki komitmen. Ya dia memang selalu membayar hutang- hutangnya. Teman tersebut merayu, Miming cuma diam, tidak ada pandangan buat membuka usaha di tempat tersebut.
“…lagipula gila apa??? duit dari mana sebesar itu,” ia berpikir keras. Kemudian dia menjawab, “nanti aja ya masih mikir- mikir.”
Dalam perjalanan dia kepikiran akan ruko strategis tersebut. Temannya memanas- manasi dengan menujukan promo bank. Mereka memberikan uang KPR tanpa uang muka. Tidak ada kesempatan seperti ini dua kali, ucapnya. Ini sangat menganggu benak Miming karena kepikiran terus.
“otak saya sudah terganggu dengan ruko … ruko … ruko. Hingga diperjalanan pun terus pemikiran kepemilikan ruko, semakin mengganggu saya.”
Miming mencoba menghubing teman yang paham properti. Kebetulan dia bekerja di properti tentu paham mengenai ini. Ia ingin menanyakan beberapa hal. Pertama, apa konsekuensinya bila dia telat bayar cicilan KPR satu bulan, lalu sang teman menjawab, “ya paling didenda”.
Dia bertanya kedua apa konsekuensi bila telat tiga bulan. Temannya menjawab kembali bahwa dia akan mendapat denda lagi. Jawaban ini belum memuaskan karena tidak menyangkut hukum. Apakah dia akan diperkarakan bila telat membayar pada waktu tertentu.
Sang teman berkat kemungkinan paling buruk cuma disita ruko. Mendengar jawaban inilah Miming bertekad. Dia akan mengambil cicilan KPR tanpa bunga tersebut. Bergegas Miming membawa semua ke kantor si relasi. Dia kaget karena melihat Miming cepat memutuskan, dan kembali meyakinkan Miming.
Dia bertanya apakah Miming yakin mengambil ruko tersebut. Ia yakin bahkan langsung meminta kunci tanpa melihat dulu. Bahkan Miming cepat- cepat menandatangi semua dokumen persyarakat administari. Begitu selesai ditunjukanlah tempat dimana ruko tersebut berada.
Ternyata tidak seperti bayangan, karena walau bertempat di kawasan strategis, ternyata ruko yang dia beli dibagian dalam. Posisinya agak kedalam bahkan lahannya berbentu U. Dimana juga deretan ruko lainnya nampak kosong tanpa pembeli.
Ruko tersebut ternyata berderet, alias dia bagian deret berbeda dari depan. Miming bertanya kepada satpam disana. Ternyata jawabannya bahwa deretan belakang memang belum laku. Bahkan sudah 3 tahun kosong tidak laku. “Ada sih 1 atau 2 tetapi mereka cuma bertahan 3 bulan,” jawab si satpam.
Karena sudah mantap berwirausaha semua dianggap berlalu. Dia nekat menjalankan usaha dan resiko apapun akan dia hadapi. Awal usaha, Mimingh menjalankan penjualan jual beli cat sablon, padahal dia tidak pernah memiliki pengalaman.
Itupun ternyata barang titipan milik orang tua temannya. Mereka menjual konyasi, jadi bila Miming berhasil menjual barulah mendapatkan uang. Itupun dia harus membayarkan dahulu ke pihak pemilik barang atau suplier. Uniknya Miming masih menjalankan pekerjaan sebagai salesman di perusahaan.
Menjalankan Usaha
Tentu dia tidak akan langsung sukses menjual semuanya. Hari kedua setelah membeli ruko, Miming absen dari perusahaan dan berangkat ke toko buat berjualan. Menunggu dari jam 9 sampai 11 belum satupun pembeli. Jam berganti jam tidak mengerjakan apapun, sampai jam 5 ya masih kosong tidak ada pembeli.
Dia tidak putus asa karena sudah terbiasa hidup susah. Tiga hari kemudian, senjak membelian ruko tersebut dan belum ada pembeli. Pikirannya sekarang adalah membuat promosi penjualan. “Saya lalu membuat brosur fotokopian dengan kata- kata bombastis,” ia menjelaskan.
Miming menyebar brosur ke tempat- tempat membuat spanduk, vandel, plang nama. dll, yang tidak jauh dari tempatnya. Selesai dia akan menunggu hasil pembagian brosur tersebut. Kemudian datang seorang anak hendak membeli cat sablon dan pigmen pewarna.
Dia akan membeli pigmen warna biru. Namun Miming tidak paham mengenai dunia percatan dan sablon. Ia pun menyuruh si anak mengambil sendiri ke belakang. Dia ambil sendiri, diberikan ke Miming, ditimbang dan membayar.
Keesokan harinya muncul anak tersebut mengajak dua orang anak sebayanya. Mereka lalu memilih sendiri, ditimbang, dan membayar. Miming tinggal membungkuskan dan urusan selesai. “Wihh enak kan disini bisa ngambil bahan sendiri bahan yang diperlukan,” seloroh sang anak.
Maka ramailah tempat jualannta silih berganti pembeli masuk. Anak- anak tersebut ternyata adalah suruhan orang tua. Mereka disuruh pembuat sablon untuk membeli cat pewarna. Anak- anak tersebut akan diberikan imbalan. Tempat ini menjadi rujukan anak- anak lain yang biasa membeli jauh.
Ternyata ada tempat jualan cat sablon lain tetapi jauh. Dulu anak- anak harus naik angkot selama 3 jam buat membeli cat. Bila membeli ke tempat Miming tinggal berjalan 10 menit, jadi anak- anak ini bisa menyimpan uang ongkos angkot mereka.
Lumayan Miming mampu mengantungi kurang lebih 100 ribu perhari. Namun disaat bersamaan, dia telah jatuh tempo pembayaran cicilan sebesar 2,3 juta. Omzet sudah lumayan namun belum mampu mencukupi pembayaran segitu. Dia pun membayar saja sejumlah uang walau kurang.
Dia menerapkan prinsip pembukuan profesional. Neraca jual beli juga berjalan baik, alhasil dirinya berhasil meyakinkan pemberi hutang. Prinsip Miming adalah mengelola hutang tersebut bukan buat konsumsi. Dia mampu mendapatkan hutang lebih besar buat mengembangkan usaha.
“Resiko tidak ada paling- paling ruko saya diambil,” jelas Miming. Total ia mampu memgembangkan uang berbasis hutang. Menghasilkan lima ruko dan membangun usaha percetakan mandiri. Miming juga memiliki usaha waralaba salon.
Total aset dimiliknya Rp.7 miliar dengan kredit berjalan Rp.3,5 miliar. Takut menggunakan hutang bank dirinya cuma hasilkan omzet Rp.150 juta. Begitu dia berhutang menghasilkan omzet sampai 10 miliar. Bertahap dia menaikan hutang sejalan kenaikan omzet dan peningkatan aset.
![](https://biografi.aopok.com/wp-content/uploads/2024/09/Aokpok_Logo.png)
Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.