Militer

Namuri Anoem Sebiay (1943-…): Jenderal Ingin Pulang Kampung

ADA yang unik dari H. Namuri Anoem Sebiay. Sejak lulus dari Akademi Militer Nasional (AMN) tahun 1965 hingga pensiun dari dinas militer dengan pangkat mayor jenderal, dia ingin sekali bertugas dan mengabdi di tanah kelahirannya, Lampung.

“Sebetulnya sejak berpangkat letnan saya ingin bertugas di Lampung, tetapi keinginan itu tidak pernah kesampaian,” kata Namuri. Tokoh satu ini mencatatkan namanya sebagai salah satu calon gubernur Lampung pada pemilihan kepala daerah, 30 Desember 2002. Namun, kemenangan tidak berpihak kepada jenderal bintang dua itu. Di masa pensiunnya, Namuri memilih terjun ke dunia politik praktis. Dia aktif di Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), partai besutan Jenderal R. Hartono.

Namuri mengawali karier di dinas kemiliterannya di Sulawesi Selatan. Selama tujuh tahun, dia bertugas di Brigade Infanteri 11/Anoa hingga dia menemukan pendamping hidupnya, Ny. Hj. Hafsah yang kini memberikannya empat purri.

Dari Sulawesi, Namuri melanjutkan pengabdian tugas ke Salatiga, Jawa Tengah, selama empat tahun, lalu di Jakarta dan di Bandung sebagai dosen Seskoad. Dan tahun 1987 bertugas di Bali sebagai asisten teritorial Kodam IX/Udayana.

Sebetulnya pada 1988, Namuri sudah begitu dekat dengan tanah kelahirannya, saat dia ditugaskan menjadi Komandan Komando Resor Militer (Korem) 044/Garuda Dempo Kodam II/Sriwijaya di Palembang.

“Sebetulnya secara pribadi ketika itu saya ingin kalau bisa menjadi komandan Korem Garuda Hitam di Lampung. Tetapi sebagai prajurit, kita tidak boleh meminta dan tidak bisa memilih jabatan,” kata dia.

Seperti dia duga, dari Palembang, Namuri tidak dipindah ke Lampung melainkan ke Malang menjadi Komandan Korem 083 Kodam V/Brawijaya di tahun 1991–hingga pada karir militernya sebagai Panglima Kodam VI/Tanjungpura pada 1997.

Ketika menjadi pangdam Tanjungpura, dia berhasil menangani kasus antaretnis di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat, tahun 1996 dan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan 1997. Perwira tinggi terkenal religius ini bisa mengajak pihak-pihak yang bertikai duduk di satu meja untuk berdamai.

Pendorong utama niat Namuri kembali ke Lampung adalah rasa cintanya yang tinggi pada tanah kelahiran. “Terkadang saya sedih melihat Lampung. Pendapatan rakyatnya adalah yang terendah di Sumatera, padahal Lampung adalah daerah kaya dan memiliki posisi strategis,” tuturnya dalam suatu kesempatan.

Terjun ke Politik

Nama purnawiranan perwira tinggi angkatan darat ini terus mengisi ruang publik di Lampung sejak Pemilihan Gubernur (Pilgub) tahun 2002 yang diselenggarakan DPRD Lampung. Jenderal yang menetap di kawasan Hajimena, Natar, Lampung selatan ini tercatat sebagai salah satu tokoh yang berusaha mempertemukan kekuatan-kekuatan yang berseberangan pada pemilihan gubernur waktu itu.

Kini, Namuri aktif di PKPB tercatat sebagai salah satu ketua sekaligus koordinator wilayah di Sumatera. Sebagai prajurit, dunia politik praktis pernah digelutinya ketika ditugaskan sebagai salah anggota DPR di Fraksi ABRI. Di fraksi itu, dia menjabat wakil ketua.

Sebagai purnawirawan jenderal, Namuri menilai bukan masanya lagi orang berpikiran hitam-putih atau melihat militer berhadap-hadapan dengan sipil. Pada era reformasi kini, ketika orang sudah bisa berpikir dengan bebas seharusnya bisa melihat persoalan dari banyak perspektif.

Dalam melihat sejarah misalnya, apalagi mengaitkan militer, Namuri pernah berucap masyarakat harus juga melihat bahwa paradigma yang berkembang di zaman Presiden Soeharto adalah paradigma yang berlaku kini. UUD 1945 menyebutkan presiden Republik Indonesia adalah panglima tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

Dengan begitu, kata dia, otomatis “kiblat” ABRI adalah panglima tertinggi. Ketika panglima tertinggi memerintahkan militer yang memang berlaku sistem komando, sudah otomatis mereka tidak bisa membantah.
Sekarang, di era reformasi ini, paradigma itu sudah bergeser. “Kita tidak bisa lagi melihat militer hari ini seperti militer di zaman Orde Baru. Bahwa dahulu militer pernah “menyakiti” rakyat, kita tidak mengabaikannya. Tapi kita tidak bisa menjalankan kehidupan ini dengan cuma melihat ke belakang. Kita harus melihat jauh ke depan, sehingga masa depan yang kita cita-citakan bisa diwujudkan,” kata Namuri.

Konsep Jadi Gubernur

Ketika mencalonkan menjadi gubernur pada tahun 2002, Namuri menjelaskan Lampung ini pintu gerbang Sumatera. Di timur ada Selat Malaka, yang merupakan perairan internasional. Di selat ini berlayar kapal-kapal internasional.

Di barat, ada Selat Sunda. Di selat ini ini berlayar kapal-kapal internasional. “Itu sebabnya mengapa di Padangcermin dibangun markas TNI AL. Tujuannya memantau lalu lintas kapal-kapal internasional di Selat Sunda, apalagi di Tanggamus ada pelabuhan minyak yang diharapkan bisa menjadi persinggahan kapal-kapal minyak dunia,” kata dia.

Sedangkan posisi Lampung yang berada di posisi paling selatan di Pulau Sumatera, otomatis semua persoalan dari Aceh sampai ke Lampung akan bermuara di selatan. Begitu juga dengan ekonomi. Suatu saat nanti, pertumbuhan perekonomian di Pulau Sumatera akan merata di setiap provinsi.

Belum lagi kalau kita melihat Lampung sebagai “Indonesia mini”. Banyaknya suku yang hidup di Lampung mengharuskan pemimpin meningkatkan kewaspadaan nasional, karena keanekaragaman itu suatu saat bisa menimbulkan persoalan jika tidak diwaspadai.

Itulah alasan mengapa DKI Jakarta dipegang militer. Sebab, perkembangan Jakarta suatu saat sebagai metropolitan, mengharuskan pemimpinya meningkatkan kewaspadaan terhadap kemunculan tingkat-tingkat kejahatan yang metropolis.

Pemimpin semacam itu adalah orang yang terbiasa dengan kegiatan menjaga keamanan dan stabilitas. Lampung juga akan begitu. Makin modern zaman, makin modern pula tingkat kejahatan. Itu harus diwaspadai. n

BIODATA

Nama: Mayjen (Purn.) H. Namuri Anoem Sebiay
Tempat, tanggal lahir: Tanjungkarang, 8 Desember 1943
Agama: Islam
Istri: Hj. Hafsah
Anak: Empat orang

Pendidikan
– SD Tahun 1956
– SMP Tahun 1959
– SMA B Tahun 1962
– AMN Tahun 1965

Riwayat Jabatan
– Pama Brigif-II/Anoa Tahun 1966
– Komandan Yonif 411 Tahun 1976
– Komandan Korem 044/Gapo Kodam II Sriwijaya Tahun 1988
– Komandan Korem 083 Kodam V Brawijaya Tahun 1991
– Kasdam VI/Tanjungpura Tahun 1993
– Pangdam VI/Tanjungpura Tahun 1997
– Wakil Ketua Fraksi ABRI DPR Tahun 1997–1999

Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 179-181.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top