Novita Wella Sari

Novita Wella Sari: Bangga Menjadi Barabah

Oleh Rudiyansyah

Gemuruh tepuk tangan ratusan penonton sontak menyadarkan Novita Wella Sari. Sosok Barabah adalah lakon yang ia perankan dengan apik dari atas panggung hari itu.

 Novita Wella Sari

GEDUNG Teater Tertutup Taman Budaya Lampung (TBL), Selasa (10/12). Perempuan dengan rambut digelung (konde) itu duduk seperti menunggu seseorang di ruang tamu. Dengan pakaian motif bunga dan dandanan yang tidak berlebihan, Barabah, begitu perempuan berkulit putih itu biasa dipanggil, terlihat cantik. Barabah adalah perempuan berusia 28 tahun.

Selang beberapa waktu, seorang lelaki tua datang dan langsung duduk di samping perempuan itu. Sosok pria botak yang dipanggil bapak oleh Barabah. Pria berusia 70 tahun itu adalah Banio. Meskipun terpaut usia yang sangat jauh, Barabah adalah istri ke-12 dari Banio.

“Tangan Bapak luka?” seru si perempuan.

“Biar,” sahut si pria tua.

“Ohh…”

“Ya, tangan Bapak luka.”

Masih berada di ruang tamu, Banio memberikan isyarat dengan memperagakan gerakan orang merokok di depan Barabah. Dengan sigap Barabah menghidupkan api dari korek untuk membakar gulungan tembakau yang Banio pegang. Dengan sedikit tersenyum, kemudian Barabah memainkan korek yang ia pegang.

Terlihat pasangan suami-istri ini begitu romantis. Namun, tidak berselang lama sosok perempuan bahenol bernama Zaitun datang hingga akhirnya mengganggu hubungan Barabah dan Banio. Layaknya istri yang cemburu, Barabah menangis karena takut sang suami kawin lagi.

Cerita berlanjut. Ketika Banio ke stasiun mencari perempuan yang membuat Barabah cemburu, datang pula seorang laki-laki bernama Adibul. Giliran Banio yang naik pitam mengira Barabah selingkuh.

Pada segmen berikutnya, Zaitun kembali datang dan terungkaplah semuanya. Bahwa Zaitun adalah anak dari mantan istri keenam Banio yang meminta restu kepada ayahnya untuk menikah dengan Adibul.

“Hari sudah sore, Barabah. Dari dua belas istriku, cuma kau Barabah yang menghiburku dengan menghidupkan korek api. Aku takkan pernah kawin lagi,” demikian Banio. Pementasan pun berakhir.

Gemuruh tepuk tangan ratusan penonton sontak menyadarkan Novita Wella Sari. Sosok Barabah adalah lakon yang ia perankan dengan apik dari atas panggung hari itu. Novita adalah gadis yang umurnya baru genap 21 tahun. Sebaya dengan usia Barabah yang baru 20 tahun.

Usai lakon Barabah karya Motinggo Busye itu berakhir, air mata yang sebelumnya jatuh dari kedua bola mata Barabah lantaran takut ditinggal suami kembali menggenang di kedua bola matanya. Wella, sapaan akrab gadis berambut hitam lurus, itu terharu atas apresiasi luar biasa para penonton yang hadir. “Saya bangga menjadi Barabah,” ujarnya dengan senyuman mengembang.

Saat ditemui di lamban lunik di belakang sekretariat KSS Unila. Di tempat yang menyerupai panggung di tengah sawah itu, Wella berbagi kisah tentang pengalamannya menjadi sosok Barabah. “Ini adalah pengalaman pertamaku bermain teater dan aku menjadi pemeran utama,” kata dia.

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bimbingan Konseling (BK) ini memang sudah menjadi anggota Kelompok Studi Seni (KSS) FKIP Universitas Lampung sejak awal dirinya masuk kuliah. Dunia seni memang sudah bukan dunia baru bagi putri pasangan Suhari dan Anarita ini.

Namun, tantangan baru ia dapatkan. Pada September tahun lalu, Wella bersama empat temannya di KSS dikumpulkan oleh pria yang sering ia sapa Bang Ahmad Tohamudin. Saat itu sang senior menjelaskan tentang garapan teater yang disutradarai oleh Anida Masyla, salah satu anggota KSS.

Dari pertemuan itu, Wella mendapatkan gambaran tentang teater yang mengisahkan seorang wanita muda dengan kesetiaan yang penuh kepada sang suami yang jauh lebih tua dari dirinya. Tokoh itu disebutkan oleh Ahmad adalah Barabah. Wella mengaku terkejut saat Ahmad menunjuknya sebagai pemeran Barabah.

Beberapa kali Wella menanyakan keseriusan seniornya itu telah menunjuknya memerankan tokoh utama, sedangkan dirinya belum pernah bermain teater.

Ia juga mengajukan agar si Anida yang memerankan Barabah, tetapi permintaannya tersebut ditolak. Sebab, Anida adalah sutradara, meskipun dirinya juga menjadi salah satu tokoh, tidak sebagai tokoh utama. Namun, akhirnya Wella mengiyakan tawaran itu, dia menganggap tawaran tersebut adalah tantangan. “Sejak saat itu saya adalah Barabah,” ujar Wella.

Mengaku Lemah Menghafal Naskah

Tiga bulan lamanya Wella bersama Arief, pemeran Banio suami Barabah, Anida pemeran Zaitun, dan Edi, pemeran Adibul calon suami Zaitun, mempersiapkan teater itu. Sebagai awalan, Wella mendapatkan tugas menghafal teks percakapan sebanyak 30 halaman. Saat itu Wella sedikit stres karena Wella mengaku sangat lemah untuk menghafal.

Waktu satu minggu yang diberikan kepada semua pemain tak cukup bagi Wella. Hingga saat semua temannya sudah hafal, Wella mengaku dirinya masih belum hafal. Namun, Wella mengaku tidak menyerah, ia selalu membawa teks itu ke mana pun, termasuk ketika sedang kuliah di kelas. Alhasil, hambatan itu hilang.

Wella juga mengaku berbagai latihan dilakukan, seperti saat ia harus latihan fisik dengan berlari mengelilingi FKIP Unila hingga beberapa putaran setiap sore. Latihan menjadi rutinitas Wella sejak September hingga akhir November. Pulang hingga larut malam dia lakukan.

Kesulitan lain yang ditemuinya adalah ketika adegan menangis yang harus ia buat. Wella mengaku sulit untuk menangis, dan beberapa kali mencoba, tetapi tangisan yang ia buat dianggap tidak natural. Wella sempat pasrah.

Hingga saat pementasan semakin dekat, Wella mengaku sempat hampir putus asa. Dia mengaku perannya selama latihan dinilai oleh beberapa orang masih belum juga pas untuk sosok Barabah. Bahkan Wella juga pernah mendapat celetukan bahwa sebenarnya dirinya tidak cocok menjadi Barabah dari beberapa orang. “Namun, bukan Wella kalau menyerah begitu saja,” ujarnya. Dia mengaku lebih semangat untuk belajar.

Sebagai pendalaman karakter Barabah, Wella mengaku harus belajar membuat kopi untuk Arief, temannya, karena dalam sebuah set memang ada adegan Barabah membuatkan kopi sang suami.

Tak hanya itu, usianya yang memang tak sama dengan si Barabah membuat dirinya harus belajar menjadi sosok yang lebih tua dari usianya. Wella mengaku untuk hal itu sampai harus belajar dan mengobrol langsung dengan orang-orang berusia 28 tahun yang ditemuinya di mana pun, termasuk di bus ketika hendak pulang ke Way Kanan, kampung halamannya.

Hari pementasan semakin dekat. Saat itu sebagai simulasi pementasan dilakukan di gedung PKM Unila. Pementasan memang tak terlalu ramai dihadiri penonton. ?Namun, penonton yang hadir adalah sastrawan dan pemain-pemain teater kondang sekelas Iswandi Pratama dan kawan-kawan,? ujar Wella.

Sempat Dikritik Lebay

Sempat simulasi pementasan dilakukan di gedung PKM Unila, dirinya mengaku mendapatkan komentar kurang maksimal dari Isandi Pratama, tetapi masukan itu ia jadikan semangat untuk memperbaiki. “Saat itu, Iswadi mengatakan akting saya masih kurang natural dan seperti membaca puisi yang kelihatan lebay,” ujar Wella.

Akhirnya, pementasan itu digelar. Bersama, sepanggung dengan teater-teater perwakilan seluruh Sumatera, KSS Unila mempersembahkan tontonan Barabah. Tak banyak yang bisa diungkapkan Wella seusai pementasan itu. Rasa tak percaya bercampur haru dirinya rasakan.

Wella merasa kerja kerasnya selama ini sangat terbayar saat ratusan penonton bertepuk tangan tanda keberhasilan perannya sebagai Barabah. Akting menangis yang selama ini sulit dirinya lakukan, malam itu dirinya berhasil membuat beberapa penonton sampai menangis.

Wella mengaku bangga dengan Barabah karena dari sosok istri setia itu dirinya mendapatkan kesempatan dan banyak pelajaran, terutama tentang kesetiaan seorang istri meski dirinya mengaku tak mau jika dijadikan istri ke-12. “Tetapi sejak pementasan itu aku lebih dikenal sebagai Barabah, bukan Wella,” kata dia, dengan mengumbar senyum. (S1)

BIODATA
Nama : Novita Wella SariKelahiran : Way Kanan, 5 November 1992
Agama : Islam
Ayah : Suhari
Ibu : Anarita
Pendidikan:
1. SDN Bumiratu, Way Kanan
2. SMPN 6 Kotabumi, Lampung Utara
3. SMAN 2 Kotabumi, Lampung Utara
4. Mahasiswa S-1 Pendidikan Bimbingan dan Konseling FKIP Unila
Prestasi:
1. Juara I Lomba Tari dalam Festival Radin Jambat
2. Juara I Lomba Kaligrafi Jutalara 2011
3. Juara II Lomba Baca Puisi Jutalara 2013
4. Juara I Karnaval Hari Pahlawan FKIP Unila

Sumber: Inspirasi, Lampung Post, Kamis, 6 Maret 2014


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top