Profil Pengusaha Pierre Sanjaya
Patut dicontoh pendiri sekolah Setella Maris, atau STEMA yang mengajarkan berwirausaha. Bahwa apapun bisnis kamu lakukan benar. Bisnis pendidikan masuk dari satu kategori yang menjanjikan di Indonesia, salah satu pengusaha muda yang berhasil adalah Pierre Sanjaya.
Memulai bisnis pendidikan bukan tanpa ilmu bisnis. Dia bukanlah jago sampai mendirikan sekolah bertaraf internasional. Semuanya berawal keprihatinan ibunya, yang prihatin akan pendidikan anak- anak yatim, ibu Pierre lah yang membuka sekolah cikal- bakal STEMA itu.
Cita- cita mulia ibunya berhasil membawa nama Stella Maris bersinar. Apa itu sekolah Stella Maris? Stella Maris merupakan jaringan sekolah yang mengelola TK (taman kanak- kanak) hingga sekolah menengah atas (SMA).
Cikal bakal Stella Maris bermula lembaga yatim piatu, Padang Gembala. Sekarang, Stella Maris dibawah kepemimpinan Pierre, telah memiliki dua sekolah sendiri hingga dua sekolah waralaba. Di tahun 2010 saja, sekolah yang dikembangkan Pierre menghasilkan omset hingga Rp.100 miliar.
Bisnis pendidikan
Alam yang mengajarkan dan menempa bakat Pierre. Dia diharuskan tetap fokus di pendidikan tetap melakukan bisnis di sela- sela kesehariannya. Ayah dan ibu Pierre adalah orang yang mementingkan pendidikan, terutama ibunya pelopor Stella Maris.
Jadi ibu selalu mengingatkan Pierre untuk pendidikan dulu. Biar urusan mengelola sekolah menjadi urusannya. Tetapi Pierre tak mau tinggal diam dan berpangku tangan. Dari panti asuhan yang bernama Anak Gembala, sang ibu membangun Stella Maris di
kawasan Serpong sekitar tahun 1995.
Ibu Pierre mulai dengan dua ruko; yang satu
untuk umum, satu untuk anak yatim. Fokusnya kala itu hanya pendidikan TK
dan SD belum menyangkup tingkatan lain. Tahun itu Pierre masih bersekolah SMA, dan berniat untuk membantu Ibunya.
Dia pun diserahi tanggung jawab membagi- bagikan brosur. Pierre juga memasangkan spanduk Stella Maris di pasar sampai pusat perbelanjaan.
“Selama enam bulan kami berpromosi secara tradisional. Syukur, responnya
cukup bagus. Kami mendapatkan 200 murid,” kenang pengusaha muda ini.
Setelah itu, dua
ruko berkembang menjadi empat ruko, bahkan sampai delapan ruko di 1999. Sekolah Stelle Maris lalu merambah SMA dan SMP. Disaat kuliah akuntansi di
Universitas Bina Nusantara mengambil jurusan akuntansi, Pierre diserahi
tanggung jawab keuangan dan administrasi di Stella Maris.
“Saya padatkan kulai menjadi empat hari seminggu supaya bisa mengurus Stella Maris,”ujarnya.
Anak kedua dari dua bersaudara ini ditugaskan membenahi sistem informasi
agar lebih mudah dan cepat pelaporannya. Lulus kuliah di 2001, ia
memilih bekerja menjadi programer sekaligus pengurus Stella Maris.
Dia melanjutkan kuliah S-2 di Universitas Pelita Harapan
mengambil jurusan Teknologi Pendidikan. Di bank Lippo, Pierre hanya
bertahan satu tahun saja, kemudian pindah di PT. Rimba Dana sebagai
pegawai system analysis selama satu tahun. Setelah itu sisinya ia
konsentrai ke Stella Maris total.
Fokus Berwirausaha Sendiri
Selain sekolah formal di Stella Maris, ia juga punya bisnis pendidikan karakter, pendidikan karir, dan bisnis konsultan pendidikan. Namanya Asia One Consulting dan Success Academy Indonesia, yang telah telah membantu 20 sekolah di 2010 -an, yang diluar pengelolaan Stellah Maris.
Pierre pendiri Stella Maris terus berjuang. Di tahun 2004, sekolah Stella menggunakan sertifikat ISO 90001:2000. Ia melakukan studi banding hingga Singapura dan Australia. Pierre menggunakan sistem International Baccalaureate (IB) serta kurikulum Cambridge yang menitik beratkan kemampuan akademik.
Sekolah Stella sudah memiliki sekitar lebih dari 2.500 siswa. Pierre sukses dengan sekolahnya siap melakukan ekspansi. Dia mencoba masuk ke raah sekolah internasional. Bukan perkara mudah, ada dua hal mengganjal bisnisnya, pertama adalah mutu pengajar serta kurikulum.
Pierre melakukan perjalanan studi ke luar negeri sebagai solusi. Selain itu, ia mencoba mengajukan kredit pengembangan. Bukan pengusaha kalau tanpa masalah, inilah ujian lain yang dihadapi Pierre ketika telah berkembang pesat/
“Untuk membangun sekolah ini, kami membutuhkan modal puluhan miliar, aliran pendapatan tentunya tidak akan mencukupi,” ujarnya, menceritakan proses panjang bisnis miliaran rupiah. Dia mencoba pinjam ke bank tapi ditolak.
Dua bank yang ditemuinya menolak proposal Pierre. Dia mulai belajar lagi, mencoba mengajukan kedua kalinya. Pierre belajar macam bisnis diminati oleh bank. Hasilnya, dia mendapatkan modal dari bank swasta, itu berkat melihat arus kas lancar dan jumlah murid terus bertambah.
Ia juga menemukan kendala lagi, setelah uang masuk, dia harus menghadapi warga karena lahan yang dibangun di kawasan Summarcon Serpong.
“Hanya karena kesalah pahaman, mereka mendemo. Tapi syukur, bisa diatasi.” ucap Pierre.
Kesuksesan membuat beberapa berharap mewaralaba sekolah Stella Maris. Di 2004, pendiri Stella Maris merasa siap menerima resiko waralaba. Dia menargetkan 5 cabang dari waralaba. Salain pendidikan, dia juga memiliki bisnis jasa leasing sepeda motor besar, dan penjualan villa di Bali.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.