Desainer

Pengusaha Alat Musik Cajon Ryan Ade Pratama

Profil Pengusaha Ryan Ade Pratama

 

pengusahaalatmusik.png

Alat musik berikut bisa dibilang baru tetapi sudah diakui. Pengusaha alat musik Cajon ini, Ryan Ade Pratama, melihat peluang usaha dengan menjadi pelopor. Dia sadar bahwa meski sudah mulai dikenal para pecinta musik. Faktanya Cajon belum banyak dijual di penjuru Indonesia pada masa itu.

Nah, Ryan menjadi satu diantara pelopor alat musik berbentuk kotak ini. Cajon impor harganya mahal yakni Rp. 2 juat sampai Rp. 4 juta perunit. Pemuda lulusan Sastra Belanda di Universitas Indonesia, yang menjajal berwirausaha.

Bertalar belakang musik, Ryan memang menyukai dunia musik, termasuk keluar masuk tempat kursus musik. Dia pun mulai membuat Cajon pada 2011 silam. Kebetulan Ryan dikenal di kalangan komunitas pemain drum. 

 

Pria yang akrab dipanggil Makkie, mulai membuat 4 buah Cajon percobaan pertama kali Tanggapan teman- temannya sangat baik, dan membawa semangat memproduksi kembali. Makkie lebih bersemangat memasarkan lebih luas.

 

Prospek Bisnis

 

Makkei pun berinisiasi membeli lebih banyak bahan baku. Dari triplek selembar besar kemudian dia potong. Bartahap dia memproduksi kemudian dipakai sendiri dan buat temannya. Makkie sendiri mulai berpikir tidak cuma pengrajin tetapi indutsri menengah.

 

Ia menyadari banyak bermunculan pesain Cajon. Namun tidak banyak bertahan berbisnis alat musik baru ini. Jenis Cajon dikembangkan mengikuti genre musik yang sudah eksis. Di tahun 2011, Makkie mengusung brand Koning Precussion untuk produknya. 

 

Keputusan Makkie menjadi pengusaha alat musik sangat memuaskan. Dia memasarkan produk Cajon sampai 9 kota, dengan 97 outlet sendiri. Mitra bisnisnya banyak seperti PT. HLS Musik, PT. Sincere Musik, PT. Premier Musik, Chic’s Music, Queen Musik Solo, dan Istana Musik Medan. 

 

“Saya memutuskan untuk berbisnis karena dorongan sebagai musisi yang terpacu untuk membuat karya yang bukan hanya lagu, tetapi alat musik itu sendiri,” ujar Ryan kepada SWA.co.id.

Koning Precussion mampu memproduksi 200 buah unit dalam sebulan. Target pasarnya sangat luas mulai dari B+ sampai kelas A. Brand yang mayoritas produknya dipakai laki- laki. Omzet perusahaan Mekkie berkisar Rp. 80 juta perbulan.

Produk Cajon nya dibagi menjadi 3 jenis: Wilhelmus, Vanperu dan Beatrix. Di dalam Cajon terdapat namanya snare ware pengatur bunyi. Pembeli tinggal memilih jenis mana sesuai aliran musik mereka. Koning Precussion juga menghadirkan tas khusus biar mudah dibawa kemana- mana.

 

Produk tas bernama gig bag atau softcase tersebut dikembangkan. Mulai dari buat Cajon berkembang buat dipakai semua jenis alat musik. “Saat pertama kali produksi, banyak orang tanya, ‘Mas, bikin salon (speaker) ya mas?” candanya.

Memang disisi Cajon terdapat lubang yang dikira sebagai speaker. Disisi lain, pemain drum juga tak begitu paham memainkan alat musik ritmik. Pemasaran melalui online terbukti lebih efektif buat produk Cajon. Pasalnya dia bisa sembari mengedukasi mengenai kegunaan sampai cara pemakaian.

Kedapan Makkie akan memproduksi lebih banyak pilihan warna dan bahan baku. Ia menginginkan agar pembeli selalu memiliki pilihan.

Latar belakang menekuni bisnis alat musik karena kecintaan akan musik. Hobi Makkie adalah bermain alat musik drum. Dia sering keluar masuk tempat kursus musik. Akhirnya Makkie masuk ke lingkaran anak- anak pecinta musik, pemain band, terutama pecinta alat musik drum di Jakarta.

Disaat itu, di tahun 2010, nama Cajon masih dikenal terbatas diantara pemain drum. Orang awam masih belum kenal alat musik tabuh tersebut. Harga impornya masih mahal, sementara belum ada pengusaha bermain karena memang belum terkenal.

Tahun 2010 produknya dibuat  untuk dipakai buat keperluan dipakai pribadi. Ia lantas menjajal menjual ke teman- teman komunitas. Sambutan ternyata sangat bagus sampai layak buat dipasarkan luas. Inilah cikal beberapa unit yang kemudian dipasarkan umum.

Bertahap nama Cajon diakui sebagai alat musik baru tersebut. Makkie sendiri berprinsip pemusik tak cuma hasilkan lagu. Kita bisa menambah khasanah melalui alat musik baru, atau pengembangan produk lama.

Bahan baku kayu memang menjadi kendala utama. Tetapi pengusaha alat musik ini tetap membuat dan mencoba mengeksplor bahan baku. Nama “Koning” sendiri bukanlah sembarangan, karena namanya berarti “Raja” dalam bahasa Belanda.

Bermula promosi mulut ke mulut kemudian dipasarkan melalui online. Ia memanfaatkan banyak lini dari Twitter, Facebook, Instagram, dan memasarkan lewat iklan. Dia pun mulai mengendorse artis dari drumer Deni Hijau Daun dan Andi Seventeen.

Ia juga membuka kerja sama reseller. Ada total 15 titik penjualan di Jabodetabek, Bandung, dan juga Surabaya. Makkie kemudian mulai merambah Jawa dan Bali. Buat promosi, Makkie menyediakan diskon buat pembeli dalam jangkauan.

Dia pun menerima sistem Delivery Order (COD). Makkie memiliki empat karyawan, memproduksi 50 sampai 60 unit seharga Rp.600.000 hingga Rp.1,2 juta. Dia menjual 30 sampai 35 unit perbulan.

“Memulai usaha itu susah-susah gampang. Susah kalau kita kebanyakan mikir, gampang kalau kita enggak pakai mikir dan langsung mulai. Sekarang banyak pengusaha muda, tapi mau enaknya saja, mau langsung sukses,” tutupnya kepada Kompas.com


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top