Profil Pengusaha Jayadi Keripik
Seperti judul lagu dangdut “Jatuh Bangun” hingga sukses. Bayangkan Jayadi pengusaha gagal 200 kali berusaha. Dari 199 kali usahanya baru menghasilkan sekali ini. Dia merupakan golongan yang ngotot pekerja keras.
Bila di Amerika mengenal nama Coloner Sanders, maka di Indonesia, ya ada sosok Jayadi ini pemilik usaha keripik. Pak Jayadi merupakan warga asal Kelurahan Temas, Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur, yang tidak pernah menyangkan akan menjadi pengusaha.
Jayadi hanya bekerja tukang bengkel mesin bubut. Suatu hari ada pengusaha berkunjung ke tempatnya. Pengusaha itu meminta dibuatan mesin produksi. Pria 56 tahun ini pun mulai berpikir out of the box. Dia yang setiap hari cuma berkutat dengan mesin las, bubut, dan sejenisnya.
Gagal Berbisnis
Tiba- tiba harus membuat mesin produksi makanan. Sejak itu pula, lewat tangan kreatifnya, banyak pengusaha datang ke tempatnya.
“Dari tahun ke tahun banyak orang memesan mesin produksi,” tutur Jayadi.
Bisa membuat mesin produksi membuat Jayadi berpikir. Kenapa tidak membuat mesin sendiri untuk dipakai sendiri. Ia melihat pengusaha cemilan itu enak. Mereka tampak lebih menjajikan dan jarang merugi. Itulah awal cerita pengusaha berkacamata satu ini.
Ada bayang kegagalan dibenak Jayadi saat itu. Hanya saja perasaan penasaran lebih besar dari takut gagal. Dia memang tidak punya pengalaman bisnis kuliner. Ditambah latar belakang pendidikan yang sarjana teknik.
Kalau membuat mesin mudah baginya. Tapi membuat cemilan dari mesin tersebut memang lain soal. “Bagaimana dengan pemasarannya nanti,” ada keraguan dibenak Jayadi.
Percobaan demi percobaan dilalui Jayadi. Hingga jadilah mesin tersebut. Cuma, jadi mesin bukan berarti dia bisa langsung berproduksi. Dia berpikir mau membuat apa. Jadilah rencana membuat kripik buah, alasannya karena tempat tinggal Jayadi mudah mendapat buah.
Mesin itu akan membuat buah tanpa kadar air. Sebuah mesin penggoreng berbentuk tabung yang memiliki penyaring uap. Itu mampu membuat kripik menjadi lebih renyah.
Ketika pertama kali mesin tersebut dicoba hasilnya tidak sempurna. Kripik tersebut tidak terasa renyah betul dibanding harapan. Jayadi tidak patah arang. Bahkan aneka percobaan terus dilakukan lagi. Dia menghitung setidaknya ada 199 kali percobaan.
Baru percobaan yang ke 200 -an menghasilkan kepuasan. “Saya puas dengan hasilnya,” ujarnya. Ini layak dikonsumsi masyarakat. Dan, hasil mesin tersebut bisa dipertanggung jawabkan.
Usaha kripik yang dimulai sejak tahun 2005 silam. Babak baru bagi seorang Jayadi, seorang tukang bengkel mesin bubut. Sebagai tahap pertama dibuatlah dua varian kripik; kripik nangka dan kripik nanas.
Lantas ia namai kripik Vigour. Tampak akan sukses bukan? Tapi tidak, dia sempat merasa modal Rp.54 juta itu telah melayang jauh.
Berusaha menjual terus tapi selalu merugi. Meski awal- awal berhasil memproduksi bentuk dan rasa sempurna. Diperjalanan mesin buatan Jayadi tidak sempurna. Dia mengaku rugi besar karena kripiknya tak lagi sempurna.
Sial buat Jayadi lantaran jenis kripik tersebut sudah marak. Pendek kata, kripik Vigour belum jadi, sebata khayalan Jayadi saja. Sampai dia memutuskan harus berhenti berproduksi. Segela celah dicari olehnya agar si mesin membaik.
Dia membenahi si mesin sampai benar- benar. Agar kualitas kripik Vigour selalu gurih dan renyah tanpa berubah rasa. Nah, dikala suntuk karena stress datang, harapan Jayadi bangkit ketika mendengar lagu yang berjudul “Jatuh Bangun” itu.
Tidak ada kata mundur bagi pria 56 tahun ini. Lagu dangdut yang dipopulerkan Krisitina dan Magy Z terus mengalun indah. Memenuhi semangat dia agar tetap bangun ketika jatuh. “Intinya jangan cepat menyerah,” ucap Jayadi.
Bekerja Keras
Dia tidak ragu belajar dengan mereka yang telah sukses. Sedikit- demi sedikit usahanya bangkit telah nampak hasilnya. Sebagai pemula melihat pasar kripik sulit ditembus. Jika pertama kali susah menembus pasar. Berkat kerja keras diubahnya 19 jenis buah dan sayur jadi kripik.
Apa pencapaian terbesar seorang Jayadi adalah mampu menaklukan semangka. Membuat semangka menjadi kripik manis. Jika teman- teman pengusaha kripik gagal mengolahnya. Jayadi sanggup menaklukan tantangan.
“Salah satu keunggulan Vigour memang bisa mengubah buah kaya air menjadi kripik,” bangga Jayadi. Dia pun menjamin baru mesinnya yang bisa membuat.
Kecanggihan mesin menjadi kunci fital bisnis Jayadi. Berkat mesin tersebut produksi Vigour melimpah karena sudah bisa otomatis. Tinggal menjaga kebersihan mesin dan produksi. Berkat usaha kripik buah bisa menjadi modal bisnis lain. Menjadi subsidi bisnis lain yang dijalankan Jayadi.
Sebut saja bisnis bengkel yang pernah ia geluti. Sekarang kan masih sepi, karena punya bisnis kripik aneka buah ya bisa mencukupi. Ia tidak bekerja sendiri. Diangkat beberapa karyawan membantu urusan administrasi.
Sementara dirinya bisa fokus di proses produksi. Bahkan karena permintaan meningkat. Dia bisa sampai mempekerjakan 45 orang karyawan. Sebagian besar tetangganya yang membutuhkan pekerjaan.
Hitung- hitung membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran. Mereka punya aneka keahlian diluar apa yang bisa dilakukan oleh Jayadi.
“Kita beri tugas sesuai kemampuannya masing-masing. Ada yang bertugas di bidang pemasaran, produksi, accounting, dan pemasaran produk di dua outlet yang kami miliki,” jelasnya.
Berkat kerja kerasnya sudah ada dua outlate sendiri. Yakni di Kota Batu, beralamat di Komplek Ruko Batu Galleria, Jalan Dipenogoro dan Jalan Raya Mojoerjo No. 35B, Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo. Sukses kripik Vigour tidak cuma terbatas di Kota Malang.
Bahkan sudah masuk Jayapura, Aceh, Medan, Riau, Bangka Belitung, kemudian sebagian Pulau Kalimantan juga.
“Untuk wilayah Kalimantan, ada di Samarinda, Balikpapan,Tarakan, dan Banjarmasin,” sebutnya.
Khusus Sulawesi, ia mencatat seluruh Kebupaten dan Ibu Kota Provinsi sudah ada kripik Vigour. Untuk memenuhi kebutuhan total ada empat mesin penggoreng. Dimana Jayadi sudah bisa memenuhi 120kg kripik buah.
Omzetnya mencapai Rp.252 juta. Ini termasuk produk lain seperti sari buah dan berbagai kue buah yang ada di outlate. Meski sukses masih ada saja hambatan dilalui. Dimana ia harus mencari buah sampai ke luar kota.
Harus mencari ke Semarang bahkan Lampung pungkasnya. Untuk kripik buah jambu, dari Kota Batu sudah cukup memenuhi kebutuhan. Agar meningkatkan penjualan dilakukan aneka kerja sama. Termasuk kerja sama dengan agen pariwisata.
Istilahnya, kalau ada yang ke Kota Batu, maka pulangnya langsung mampir ke Vigour. Kalau rejekinya sedang bagus. Maka akan ada 5-7 bus pariwisata mampir ke outlate milik Jayadi tersebut.