Profil Pengusaha Roby Manoh
Pengusaha madu Amfoang bermula mantan kontraktor. Siapa sangka potensi sumber daya alam kita begitu kaya. Pria ini sukses melihat hal tersebut di Kota Kupang khususnya, dan juga Nusa Tenggara Timur umumnya.
Pengusaha Madu
“Saat itu nama madu Amfoang sedang meledak. Saya pikir mengapa saya tidak kembangkan anugrah Tuhan ini,” tuturnya.
Roby Manoh melihat potensi besar sumber daya alam untuk Indonesia Timur. Sumber daya yang menurutnya terabaikan selama ini. Mereka para wisatawan disuguhkan madu tetapi dengan konsep tak profesional.
Ia tercatat pernah menjadi karyawan sebuah perusahaan kontraktor di Kupang dari 1990- 2002. Sampai persaingan antar kontraktor semakin ketat, yang membawanya memilih menjadi pengusaha.
Sejumlah kawasan di Amfoang dan daratan Timor Barat dikunjunginya. Tahun 2003, Roby mulai membentuk kelompok pengumpul madu. Pertama kalinya cuma ada 10 orang yang bersedia bergabung. Satu kelompok yang diberinya nama Kelompok Amfoang.
Nama Amfoang sendiri terinspirasi atas nama sebuah daerah meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Kupang. Sampai tahun 1990 -an, penyebutan nama Amfoang, maka akan identik akan madu hutan asli khas Nusa Tenggara Timur.
Mantan Kontraktor Sukses
Amfoang merupakan kawasan hutan seluas 1.000 hektar. Hutan yang didukung beragam kekayaan hayati berkualitas seperti cendana, kayu putih, dan kenari. Bunga- bunga aneka ragam yang dihinggapi lebah hutan pencari makan.
Madu standar ekspor memiliki kadar air 18 persen, panasnya 40- 60 derajat celcius, kadar air maksimal di 21 persen, dan debu atau abu 1 persen. Madu Amfoang memiliki kadar air 16- 17 persen, panas 50- 60 derajat dalam kandungan madu, dan debunya cuma 0,6 persen.
Madu biasanya bersumber dari madu gantung di pohon. Tetapi tidak ada perbedaan antara madu gantung atau batu. Kualitas bukan ditentukan tempat tetapi kualitas serbuk bunga. Pengambilan madu dilakukan berdasarkan kearifan lokal, tidak menebang pohon, ataupun merusak hutan.
Kelompok binaan menghasilkan 40- 250 liter madu per- bulan. Tidak mencolok kecuali kelompok tersebut rajin mengamati ke hutan. Proses standarisasi dijalankan lewat showroom.
“Permintaan dari Jakarta 12.000 botol, tetapi kami hanya mampu 5.000 botol per bulan,” jelas Roby lagi.
Semua unsur sudah dibuang terlebih dahulu dalam proses deteksi. Kepercayaan akan kebersihan memang sangat dijaga CV. Amfoang Jaya. “Madu tidak boleh disimpan di dalam bahan plastik berupa jeriken dan
bekas botol air mineral seperti kebanyakan dilakukan masyarakat,” jelas Roby.
“Madu di dalam jeriken atau botol plastik sering meledak bukan karena panas, melainkan karena wadah itu kotor,” imbuhnya.
Madu baiknya disimpan di wadah tabung gelas atau bekas botol minuman dan sejenisnya. Kelompok binaan tidak cuma diajarkan bagaimana mencari madu tetapi juga menjaga hutan.

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.