Agrobisnis

Pengusaha Mery Yani Bisnis Telur Asin Bisa Berkembang

Profil Pengusaha Mery Yani

pengusaha talur asin mery yani

Menjadi pengusaha Mary Yani berbisnis telur asin. Pertanyaannya apakah bisnis telur asin akan bisa berkembang. Kecintaan akan sang ibu mendorongnya pulang kampung ke Karawang di tahun 2005 silam. Padahal, kala itu, karir Mery Yani tengah bagus- bagusnya ketika dalam perantauan.

Bekerja menjadi akuntan di perusahaan importir besar dilepaskan. Tak lagi bekerja, Mery ingin fokus merawat sang ibu. Hingga pada 2007, sang ibu menghembuskan nafas terakhir, ini sangat mebawa duka untuk wanita 29 tahun ini. Dia tak bersemangat untuk jadi perantau lagi tetapi mau makan apa.

Apakah tidak rugi jika ia memilih mentap di desa. Tidak, nyatanya pilihan untuk mentap di kampung, justru membuatnya menjadi pengusaha sukses. Tak terpikirkan sebelumnya dia akan menjadi juragan telur asin. Sungguh Yani tak memiliki bakat untuk menjadi pengusaha telur asin.

“Saya ketika itu pulang untuk merawat ibu yang tengah menderita sakit kanker stadium 4,” ujarnya.

Meneruskan Bisnis keluarga

Sambil merawat ibu, Yani membantu- bantu ayahnya membuat pakan ternak dari dedek padi. Disisi lain ada kakaknya yang mengerjakan usaha telur asin rumahan. Usaha yang sudah ada sejak lama ada, jauh sebelum Mery merantau.

Dia ingat betul, dari usaha itulah ia bisa menjadi sarjana akuntanis. “Telur asin merupakan penyokong hidup saya sejak masih sekolah dulu,” kenangnya. Telur asin yang memberikan sokongan di keluarga kecil itu.

Dan, ketika sang ibu meninggal, tepat setelah itu usaha kakaknya kian memburuk. Mery tidak mau tinggal diam. Memang Mary merupakan sosok yang peduli akan keluarga. Sambil merawat sang Ibu, ia ikut membantu kakaknya berjualan telur di pasar, sekaligus membantu sang ayah.

Ayahnya memiliki usaha pabrik pakan ikan dan unggas di Karawang, Jawa Barat. Meskipun masih terpukul, lajang kelahiran Karawang tahun 1983 itu, tidak ingin terus tenggelam dalam kesedihan. Ia tetap bekerja membantu. Lambat laun dia justru kian tertarik pada usaha talur asin kakaknya.

Ketika itu kakaknya memproduksi telur, sekaligus berjualan berbagai jenis telur. Dia fokus menjual telur asin. Bisnis telur asin kakak Yani tengah stagnan. Sulit percaya memang bisnis telur ini punya masa depan yang baik. Ini nampaknya yang membuat sang kakak sulit mengembangkan diri.

Tetapi Mery percaya bahwa ada ini bisa sukses besar kok. Bisnis telur asin bisa berkembang pesat ke depan. Dia pun memberanikan diri mengambil alih untuk mengelolanya. Pucuk dicita, ulam pun tiba, sang kakak malah menghibahkan bisnisnya.

Kebetulan ada bisnis lain yang mau kaka Yani urus. Kalender waktu itu menunjukkan tahun 2009, dan Yani mulai bersiap dengan bisnis telur asinnya. Bukan perkara mudah meskipun ini sudah berjalan. Saat dialihkan, bisnis telur ini stagnan, dan tidak berkembang baik jumlah ataupun untung.

Tercatat kakaknya memiliki empat karyawan. Mereka menghasilkan 1.000-1.500 butir per- hari dijual di pasar. Modal toko kecil yang modalnya diambil dari klaim asuransi ibu. Yani mulai mencari- cari tau bagaimana bisnis ini dijalankan.

Mery mulai membaca- baca buku tentang telur asin. Dia juga tak malu untuk bertanya kepada mereka yang sudah punya pengalaman. Mery sendiri pernah berjualan telur asin ketika sekolah menengah, dimana dia berjualan dari satu toko ke toko di pasar tradisional.

Rencana Bisnis Telur Asin

Dia mulai menggabungkan dengan ilmu akuntansi. Pengusaha Mary Yani juga mengeluarkan semua pengalaman bekerja di perusahaan. Dia punya dasar tetapi belum teruji ketika di usaha sendiri. Anak ketiga dari empat bersaudara mulai menyusun sebuah peta perencanaan usaha lengkap.

Dia menciptakan standar kualitas telur, cara pemasaran, dan sistem manajerial karyawan. Di bagian produksi, Mery menjalin mitra dengan peternak telur bebek di sekitar Karawang untuk pasokan telur asinnya.

Yani bahkan menggelontorkan modal, baik berupa bibit bebek atau uang untuk membeli pakan. Tentu saja, para mitra itu nanti harus menyetor telur bebek ke usaha telur asin milik Mery. Ia juga menyoroti soal kebersihan telur- telurnya. 

Jika sebelumnya telur akan direndam agar bersih, ternyata, dalam riset yang dilakukannya sendiri, itu satulah kesalahan. Mery menemukan bahwa perlakuan demikian justru membuat kotoran meresap, bahkan sampai ke dalam telur melalui pori- pori kulitnya.

Akhirnya proses pencucian diubah total, menggunakan air mengalir dan kemudian diberi disinfektan untuk membunuh kuman serta bakteri yang menempel. Tapi dia mengingatkan sebelum telur dicuci perlu diperiksa keretakannya, sebanyak dua kali ya.

Mery kembali memeriksa telur setelah dicuci untuk kemudian diasinkan. Dia menggunakan air isian ulang ke dalam proses produksi. Ini bisa meningkatkan kualitas produk sekaligus cara mengurangi tingkat kecacatan produk akhir.

Tak ketinggalan, Yeni rutin menguji kualitas telur hasil produksi ke laboratorium Cikolay, Bandung, setiap bulan. Kemudian soal proses produksi, bahan yang digunakan diubah semuanya bahan- bahan pilihan.

Abu yang akan digunakan adalah abu hitam yang berasal dari sekam padi yang telah dibakar dan sudah terlebih dijamin kebersihannya. Abu itu yang berasal lahan pertanian di sekitar Karawang. Dan terakhir, untuk bagian pengemasan, ia merubah cara pengemasan tradisional.

Satu per- satu telur dikemas dan dibungkus kardus secara rapi. Dengan demikian, tingkat kerusakan produk saat pengantaran bisa dikurangi.


“Kalau membeli telur asin produksi orang lain, kerusakannya bisa sekitar 25%, tetapi kalau beli dari saya hanya 5%, bahkan bisa nol. Hal ini bisa menekan kerugian agen dan distributor,” dia mengklaim.

Kemudian ia terjun langsung ke pasar menjajakan produknya. Pada saat itulah, dia belajar kesalahan pertamanya, dimana dia masuk di waktu yang salah. Produknya masuk justru ketika pasar dibanjiri pasokan telur asin.

“Jadi, orang mau menerima produk saya susah.” Ia mencatat bulan Desember- Februari sebagai bulan telur langka.

Nah, di saat pasar sedang sepi, lantaran pasokan telur asin berkurang, Mery segera memasok telur asin buatannya dalam jumlah besar. Mery pun menggelontorkan sejumlah uang lagi. Dia punya tekat untuk membangun bisnisnya lebih besar.

Prospek Bisnis Telur Asin

Dia mau tak mau meminjam modal Rp.160 juta dari ayahnya, dan sebagian pekerangan rumah untuk tempat produksi. “Pabrik pakan ternak ayah saya cukup luas, jadi saya pakai separuhnya,” ujarnya, dan PT. Sumber Telur Kilau, perusahaan yang menaungi bisnis ini, pun dikibarkan.

Sayang, dikala penjualan meningkat, ia kembali berhadapan dengan masalah. Ia mendapati beberapa mitra yang ingkar menjual telur bebek untuk pabriknya. “Saya harus sabar mencari mitra lain,” ujar Mery.

Untuk menjaga agar pasokan telur bebek tetap stabil, Mery pun membangun peternakan sendiri. Di peternakan tersebut, dia memiliki 1.500 ekor bebek yang diangon di sekitar Karawang dan Garut. Dia yakin bahwa telur asin punya masa depan.

Di tahun 2012 saja, atau tiga tahun setelah memutuskan berbisnis, ini berkembang baik dan terasa manis. Dia sekarang dibantu 15 karyawan inti dan ibu- ibu sekitar pabrik, serta 20 peternak telur bebek, Merry mampu menjual 10-15 ribu butir telur per- hari, atau meningkat 10 kali lipat.

Agar lebih bisa masuk ke pasar yang lebih luar, Mery pun mengajukan sertifikasi telurnya. Di tahun 2010, ia sudah mengajukan sertifikasi untuk telur produksi peternakan miliknya dan mitra. Mery mendaftarkan telur produksinya ke Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Telur- telur miliknya sudah memperoleh sertifikasi kualitas gizi.  Setiap produksi, telur- telur hasil peternakan Mery dan mitranya harus melalui tahap pengujian. Tahapan itu meliputi pencucian telur, pengujian dari bentuk dan tingkat keretakan, penyemprotan cairan antibakteri, serta uji laboratorium.

Kini, penjualan telur asin cap Sumber Telur sudah meluas, menjangkau ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di Jabodetabek, Kalimantan, Bangka Belitung, dan Lampung. Di kegiatan pemasaran, Mery mendapat dukungan lebih dari 50 distributor sesuai standar distributor perusahaan.

“Mereka harus tahu kemauan konsumen, yang asin banget atau enggak terlalu asin. Distributor harus kenal betul dulu produknya,” terangnya

Yang membuat Mery bertambah bangga, tiada diduga, pihak lain mengapresiasi kiprahnya. Awal tahun ini dia menjadi salah satu pemenang terbaik nasional untuk kategori Alumni dan Mahasiswa Pascasarjana dalam ajang Wirausaha Muda Mandiri.

Sebagai ganjarannya, Mery mendapatkan penghargaan serta uang senilai Rp 50 juta sebagai dana pembinaan. Jika melihat perkembangan bisnisnya, tak mengherankan, perempuan bertubuh mungil ini sudah punya mimpi besar.

Dia berharap terus menambah agen penjualan hingga 100 dan merambah sampai kawasan Indonesia timur. Ambisi besar lainnya? “Membuat pabrik telur asin terbesar di Indonesia, juga membuat telur saya eksis di ASEAN,” tutupnya.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top