Cerita inspirasi

Pengusaha Sepatu Agit Sudah Usaha Sejak Sekolah

Profil Pengusaha Agit Bambang Suswanto

pengusaha sepatu kulit

Membuka usaha sejak sekolah merupakan pilihan terbaik anak. Pengusaha sepatu Agit telah mantab mengekspor sepatu sampai keluar negeri. Siapa sangka, dulu, dia harus meniti jalan naik- turun jadi wirausaha muda. Dua kali gagal membangun bisnis tidak membuatnya jera.

Agit Bambang Suswanto sudah menjajal wirausaha sejak sekolah menengah. Ia belajar dari dua kali kegagalan. Aneka strategi bisnis diterapkan Agit guna bangkit. Dia tidak malu menyebut dua bisnis gagal tersebut walau sungguh berantakan.
Dia tidak pernah lupa mereka yang setia mendukung. Berkat dorongan mereka, Agit bangkit menjajal usaha sepatu kulit buatan sendiri. Agit bercerita semasa SMA dulu, bisnisnya sederhana yakni jasa membuat pin. Dia juga nyambi jaga warnet.

Bisnis Pertama

Ketika Kota Bandung ramai bisnis distro, Adit seolah tidak mau ketinggalan trend, maka dia menjajal bisnis kaos distro. Adit mendesain kaos lantas dijual- jualkan ke distro Bandung. Empat bulan jalan, usahanya tutup, Adit menyadari bahwa dirinya pengetahuan manajemen dan pemasaran.
Soal desain sendiri memang belum hebat. Namun Adit nampak kurang puas maka belajar kembali. Di masa kuliah, ia memperdalam dunia desain otodidak dan membuka bisnis sampingan. Adit berbisnis sampingan menjadi desainer website dan desain grafis sebuah majalan di Bandung.
Uang hasil bisnis sambilan bisa dipakai menambah biaya kuliah. Itu juga bisa dipakai modal usaha berikutnya. Semangat Adit berwirausaha memang tidak pernah padam. Buktinya dia langsung tancap gas membuka usaha. 
Dia mengajak dua temannya berbisnis wafel. Namun hanya bertahan enam bulan, pasalnya kedua teman Adit memilih berhenti. Dia menyebut kedua temannya itu tidak berniat berwirausaha. “Mereka tidak serius,” tuturnya.
Agit meyakini kegagal merupakan pengalaman berharga. Dari sanalah, pengalaman berharga tersebut mengajarkan cara membuka usaha. Pengalaman juga mengajari Adit kapan bekerja sama atau tidak membangun usaha.

Ketika berbisnis wafel, dia sangat rajin datang wara- wiri pertemuan komunitas dan pameran. Tujuan Adit hanya satu memperkenalkan produk bikinannya. Dimanapun dia akan membuka stand baik di acara musik maupun seni budaya.

Namun berbeda, ketika dia menjalankan usaha sepatu sekarang, maka lebih pilih- pilih tema pameran dan acara. Dia pernah diundang ikut acara fashion di Jakarta; Adit menolak. Itu lantaran tema acara dan penonton tidak sesuai citra produk ekslusif dan mahal.

Dia memang sekarang sukses berjualan sepatu. Namun, awal Agit memasarkan sepatu tidak mudah, bingung merupakan kata kunci pertama. Dia bingung mau diapakan tiga pasang sepatu pertama. Di Bandung, concept store yang menjual khusus sepatu kulit memang telah menjamur.

Uniknya, mereka hanya memajang sepatu kulit impor, belum sepatu lokal dan apalagi sepatu kulitnya belum tenar. Dia lalu mencoba berjualan melalui situs jual- beli Kaskus. Tak disangka, tiga pasang laku terjual, sepatu kulitnya diminati hanya dalam waktu sehari.

Agit makin percaya diri memproduksi beberapa pasang lagi. Semua terjual habis dalam tempo waktu sekejab. Pada masa itu, Adit mengenang melakukan semua sendiri, mulai dari pemasaran, produksi serta pemotretan produk.

“Saya mengambil foto sepatu yang akan dijual di belakang rumah,” tuturnya.

Agit menjual produknya melalui website www.amblefootware.com. Dia dibantu dua pegawai sewaan bagian produksi. Adit berhasil memasarkan melalui dunia maya. Berikutnya, Adit menawarkan brand Amble kepada toko- toko sepatu di Bandung.

Karena memang produk sepatunya telah laku di pasaran online. Mereka toko- toko sepatu di Bandung setuju. Dalam sepekan, toko- toko yang dititipi meminta dipasok kembali sepatu. Untuk mendukung manajerial, Adit mengajak dua temannya yang memiliki latar belakang ini.

Berkembang, bulan berikutnya toko -toko Jakarta tertarik menjual. Permintaan dari toko toko lainnya masuk mulai dari Surabaya, Yogyakarta, dan Balikpapan. Walaupun dia telah berhasil menjual lewat beraneka macam jalan. Adit pun tidak pernah melupakan forum tercinta Kaskus kita.

Dia masih berjualan melalui di Kaskus. Ia masih berjualan sepatu kulit produksinya di sana. Adit pun masih menjalin komunikasi dengan sesama anggota forum.

Bangga Menjadi Pengusaha

Umurnya masih muda tetapi sudah berhasil berbisnis sepatu. Tidak terbayangkan membuat sepatu yang tak kalah dari merek luar. Agit memang memiliki jiwa wirausaha kuat. Usia 21 tahun sudah memiliki omzet ratusan juta.

“Selain ulet, untuk menjadi seorang yang sukses berwirausaha juga membutuhkan pendidikan dan kreativitas,” ia melanjutkan.

Mengapa dia memilih sepatu padahal sempat berbisnis kuliner. Ia mengenang sempat kesulitan cari sepatu lokal pada 2009 silam. Bukan karena tidak ada produksi luar negeri. Adit yang hobi koleksi sepatu, menganggap harga sepatu kulit luar negeri terlalu tinggi.

Adit berpikir bahwa kita bisa memproduksi produk berkualitas. Bahwa kita mampu bersaing dalam hal sepatu kulit. Pengusaha 21 tahun ini mulai mendesain sepatu sendiri. Kecil- kecilan ia produksi tiga pasang yang dijual di komunitas Kaskus.

Tetapi itu dulu, sekarang sang mahasiswa manajemen bisnis Universitas Widyatama Bandung ini, telah memproduksi tidak kurang 300 pasang sepatu. Total omzetnya mencapai Rp.60 juta sampai Rp. 85 juta.

Pada Desember 2010, dia mengekspor 200 pasang sepatu kulit buatannya ke Eropa, Jerman, dan juga Perancis. Pendapatan dari ekspor sepatu mencapai Rp.20 juta sampai Rp.60 juta. Omzet yang dapat dicetak Agit mencapai Rp.100- 145 juta.

Agit sangat serius menggarap pasar ekspor. Pasalnya pembeli diluar membayar kontan bukan tunggu laku. Dikisahkan si eksportir merupakan asli Eropa yang tengah kebingungan. Ia tengah mencari sepatu kulit buatan Asia dan Amerika Latin.

Kebetulan dia menemukan website milik perusahaan Agit. Kebetulan sang eksportir tengah bingung, mencari produsen yang memproduksi produk berkualitas berstandar internasional. Agit sendiri telah menjual ke negara tetangga dari Malaysia, Singapura, dan Australia.

Sayangnya, penjualan di sana melalui penjualan ritel, kadang laku banyak atau sekedar mendapatkan Rp.6 juta. Amble memiliki dua lini produk antara lain Premium dan Seasonal. Seasonal merupakan produk yang akan berganti musiman atau enam bulan sekali.

Produk premium berharga Rp.1 juta sampai Rp.1,5 juta per- pasang. Produk seasonal harganya dari Rp.450 ribu- Rp.600 ribu. Pasar ekspor dia mematok harga $135- $170 untuk premium dan seasonal $65- $85.

Perdesain diproduksi hanya 200 pasang sekali produksi. Ia menjaga agar produknya tetap ekslusif. Sampai sekarang dia telah memproduksi 400- 500 pasang perbulan, meskipun maksimal 700 pasang sepatu. Pembatasan dilakukan agar tidak over stock atau membanjiri pasar.

Agit menjelaskan karena dijual mahal perlu menjaga kualitas. “Karena dijual dengan harga mahal, jadi kita tidak perlu mengejar kuantitas untuk mencari untung,” tuturnya.

Dia memiliki 12 keryawan bagian produksi dan empat manajemen. Bengkel kerjanya terletak di Kota Bandung, Jawa Barat. Harga sepatu Amble mahal sebanding dengan kualitas yang unggul. Bahan bakunya 100% kulit asli.

Bagian dalam sepatu Ambel menggunakan kulit kambing. Desain dibuat maksimal dengan 70%  nya produksi tangan. Agit memasok bahan kulit dari pengrajin Tangerang, Bogor, dan Surabaya. Ia cukup selektif soal bahan baku. Ia menuntut bahan baku dengan mutu dan warna tertentu.

Agit tidak pernah mencontoh desain lain. Ini karena tujuannya menjadikan Ambel brand trend setter sepatu. Dia rajin membaca majalah fashion dan terinspirasi. Produk sepatu Ambel bikinannya sudah 100% bahan baku asli Indonesia.

“Jadi, memang 100% Indonesia, dari bahan bakunya sampai proses pembuatannya,” ujarnya kepada Kontan.co.id, bangga.

Koleksi sepatunya coba meruntuhkan bayangan bahwa sepatu luar lebih berkualitas. Agit bercerita, bahwa dulu orang senang sepatu impor, tetapi aslinya bahan baku kulit didatangkan dari Indonesia sendiri. Orang Indonesia bangga pakai sepatu impor padahal kulit asli Indonesia.

Agit tidak berasumsi loh. Dia kenal sendiri para pengusaha pemilik pabrik pengolahan kulit. Sepatu Ambel memiliki semangat cinta Indonesia. Terbukti setiap sepatunya, akan nampak tulisan “Made with Produk in Indonesia”.

Jujur Agit memang sangat sibuk bahkan pendidikannya tersendat. Namun, ia memastikan bahwa soal pendidikan berjalan semua, dan sangat penting. Di kuliah, memberikan dasar yang baik, karena Agit mengambil jurusan bisnis sesuai apa diaplikasikan.

Namun tidak bisa dipungkiri, Agit merasa beberapa ilmu diberikan tidak bisa teraplikasikan di dunia nyata. “Seharusnya, setiap pelajaran dapat diaplikasikan di dunia nyata,” jelasnya. Baginya namanya mahasiswa harus mampu mengaplikasikan ilmu, bukan cuma hadir dan mengikuti ujian saja.

Ketika mempelajari manajemen pemasaran Agit begitu mendalami. Ia langsung aplikasikan pelajaran ke bisnis- bisnisnya. “Dengan begitu, ilmunya tidak sia- sia,” ujar Agit. Selain ilmu bisnis, Agit juga mendalami desain, dimana kratifitas merupakah hal mutlak dalam berbisnis sepatu ini.

Kreativitas diperlukan guna menambah produk baru. Selain memproduksi sepatu, ke depan Agit akan menjajal produksi dompet dan sabuk kulit. Kedua produk tersebut diproduksi sebagai tambahan agar mensuport penjualan. Alasan lain, karena produk sabuk dan dompet kulit lebih mudah diproduksi.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top