Agrobisnis

Petani Kakao Kisah Sukses Wirausaha Suprapno

Profil Pengusaha Suprapno

rahasia sukses petani kakao

Suprapno memilih wirausaha berbeda dibanding petani lain. Petani kakao ini bercerita mengenai apa pilihannya. Pria tua yang ramah menyapa siapa orang disekitar. Wajahnya berkerut, kulit coklat yang menampakan kerja keras semasa muda. 

Suprapno tidak mau berhenti malah menemukan kakao. Alih- alih dia menekuni bertani, kini sukses mengembangkan budidaya pohon kakao. Beberapa pohon ditanamnya menghasilkan ratusan buah. Ia mengatakan satu pohon bisa hasilkan 300- 400 buah.

Petani Sukses

Dia memiliki perkebunan kakao sepanjang Jalan Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Lampung Selatan. Buah merah hati yang bila diolah dicintai semua wanita. Ini lebih banyak apabila dibandingkan petani sejenis.
“Kok bisa begini banyak Pak? Diapakan?,” tanya sang pewarta. Suprapno lantas mengajak pewarta berjalan menyusuri pohon- pohonnya. Tidak berselang lama, Suprapno berhenti, mulai menjelaskan kapada pewarta mengenai kenapa hasilnya banyak.

“Kamu lihat kan? Banyak semut hitam di pohon?” tunjuk Suprapno. Tampak semut berjejer banyak bukan sedikit. Rasa ingin membersihkan tetapi Suprapno malah melarang. Inilah rahasia Suprapno bahwa semut hitam tersebut tidak membuat penyakit dan tidak menganggu.

Justru inilah rahasianya dimana mereka penangkal penyakit. Taukah kamu menyemprot pestisida menggugurkan bunga. Padahal semut hitam tidak merusak tanaman. Pewarta pun setuju karena sudah menjadi anjuran tidak memakai pestisida buat kakao.

Tidak menggunakan kimia pestisida atau fungisida untuk penyakit dan hama. Namun petani sejenis di sepanjang Sungai Langka antipati. Suprapno tidak bergeming. Inilah rahasia sukses wirausahanya bukan lain. Suprapno sendiri memiliki alergi terhadap zat kimia maka kebetulan.

“Soalnya unsur kimia itu berdampak buruk bagi kakao. Tanamannya bisa jadi kerdil dan tak sehat,” tuturnya. Ia membiarkan semut hitam (Dolichoderus bituberculatus) hidup di pohon.

Ia melanjutkan tenang semut tidak merusak daun atau batang. Suprapno diusianya yang tidak muda malah rajin membaca. Pengetahuan tersebut berasal dari membaca dan ditambah pengalaman praktik langsung. Dia malah tidak merogoh kantong terlalu banyak.

Bayangkan, hampir 0 persen biaya perawatan, setiap tahun dia mendapatkan 20 ton biji perhektar biji basah atau 1,7 ton biji perbulan. Harga kakao basah minimal Rp.5000 perkilogram, maka perbulan bisa mendapatkan Rp.8,5 juta perbulan.

Kini dia merupakan ketua koordinator induk Kelompok Tani Satria Desa Sungai Langka. Sosok yang lahir 78 tahun lalu, 10 Mei, dulunya merupakan pensiunan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 1974.

Petani Kakao

Meskipun sempat ditawari terus melanjutkan karir, Suprapno memilih pensiun dan memilih menjadi petani. Veteran tentara lebih memilih hidup nyaman di Sungai Langka. Dia memilih untuk hidup bersama keluarga.

Bertani merupakan cara terbaik menghabiskan masa tua. Sebelum menanam pohon kakao, petani sukses ini menanam kopi dan cengkeh. Dia mengambil alih perkebunan milik Belanda sejalan Sungai Langka.

Semua berubah, pada 1988, dia mengikuti pelatihan bidang pertanian dan perkebunan tingka nasional di Simalungan Sumatra Utara. Sepulang pelatihan membuat Suprapno tertarik tanaman kakao. Sang wirausaha lantas menjajal praktik menanam kakao.

Pengetahuan dari Simalungan kemudian dipraktikan. Dia menanam kakao di perkebunan miliknya. Ia memilih bibit F 1 (filial pertama untuk turunan satu) sebanyak 15 peti. Bersama rekan- rekannya di Sungai Langka, ditanamlah bibit tersebut ke 75 hektar lahan.

Bibit tersebut tumbuh dan berkembang. Empa tahun, tanaman bibit kakao sudah dapat dipanen. Dari sana menghasilkan 1,5 ton biji kakao kering. Panen pertama memberikan semangat mengembangkan usaha ini. Hingga Sungai Langka menjadi penyuplai kakao terbesar di Lampung.

Panen asal Sungai Langka tidak pernah menurun. Pada 1997 ketika krisis moneter, malahan warga asli Singai Langka kebanjiran rupiah karena harga kakao relatif tinggi. Saat itu harganya menyentuh Rp. 18 ribu pertahun.

Berkat kakao, masyarakat mendapatkan tambahan uang Rp. 3 juta sampai Rp. 10 juta. “Siapa lagi, kalau bukan karena Suprapno,” ujar Mulyano, seorang petani di sana.

Warga Sungai Langka sangat berterima kasih atas sumbangsihnya. Berkat Suprapno akhirnya desa itu berubah dari desa miskin menjadi maju. Desa seluas 900 hektar, 750 hektarnya dijadikan kebun kakao dan menghasilkan 1500 kakao kering pertahun.

Kini masyarakat mengikuti jejak Suprapno berkebun. Ekonomi warga di Sungai Langka membaik semua berkat mengikuti metode Suprapno. Desa tersebut sebagian besar sudah dibangun berbata, tak lagi nampak rumah bergeribik ataupun berbata tidak disemen.

Wirausaha Suprapno diusia sudah senja namun masih nampak bugar. Pria kelahiran Gandu Sarkak Gunung Kelud, Blitar, Jawa Timur, nampak masih lugas menjelaskan kinerja petani sini. Dia masih memiliki daya ingat kuat dan berpenampilan bersahaja.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top