Militer

Ryamizard Ryacudu (1950-…): Militer Profesional yang Bertakwa

DIA adalah prajurit tulen. Sosok tentara yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Tiga bekal utama itu menuntun sang jenderal menjadi militer yang profesional dan bertakwa.

Sulung dari sembilan bersaudara ini mewarisi sikap keras ayahnya, Brigjen Mayjen (Purn.) Ryacudu, yang setia pada pemerintahan sipil Soekarno. Ryacudu tidak bergeser sedikit pun dari tanggung jawabnya sebagai satria negara, kendati pada masa itu banyak rekannya di Angkatan Darat telah bersekutu melakukan pembangkangan untuk mengambil alih kekuasaan.

Dari sosok ayahnya itu pula Ryamizard tertarik jadi tentara. “Aku bangga melihat ayah. Beliau mengabdikan seluruh hidupnya bagi bangsa dan negara.”

Ketika Zar–demikian panggilan Ryamizard di lingkungan keluarga–memilih karier di militer, sang ayah berpesan kepadanya: “Jadilah militer yang profesional.” Pesan lainnya, membuat jarak dengan politik.

Petuah ayahnya begitu melekat di benak Zar. Terbukti memang namanya selalu bersih dari isu dan hiruk-pikuk politik di tanah air. “Tentara memang harus berjarak dengan politik. Saya bukan orang politik, jadi saya tidak mau berpolitik. Saya seorang prajurit,” begitu kata Ryamizard setiap ditanya visi politiknya.

Sikap dan pemikirannya itu jelas bertolak belakang dengan doktrin di TNI pada masa Orde Baru, yakni dwifungsi ABRI. Doktrin ini selama tiga dekade telah mengajarkan militer juga harus berpolitik.

Doktrin itulah yang “digugat” Ryamizard dan kawan-kawannya lulusan Akademi Militer 1973, dipimpin Agus Wirahadikusumah, dan dituangkan dalam buku Indonesia Baru dan Tantangan TNI, Pemikiran Masa Depan. Buku itu secara lugas menyoal doktrin dwifungsi ABRI. Ryamizard dkk. menganjurkan tentara kembali pada tugas profesional sebagai militer.

Sebagaimana ayahnya, Ryamizard yang menyukai tokoh wayang Bima ini sangat loyal kepada pemerintah. Kesetiaannya itu tidak lain karena kecintaan dan kebanggaannya pada profesi militer. Ketika isu kudeta muncul di era pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tahun 2000, Ryamizard yang menjabat pangdam Jaya dengan tegas menyatakan sebagai benteng pertahanan Gus Dur. “Saya akan melawan siapa saja yang mencoba mengudeta Gus Dur,” kata dia.

‘Kiai’ Jenderal

Ryacudu selalu menekankan pentingnya pendidikan agama dalam keluarganya. Ia tidak segan mencambuk anak-anaknya dengan ikat pinggang jika tidak mau mengaji. Maka sejak kecil Ryamizard pun sudah banyak menghafal Hadis Rasulullah saw.

Karena kepandaiannya itu, ia lalu dijuluki “Si Hadis”. Panggilan Ryamizard meningkat menjadi “Pak Kiai” saat ia menjadi taruna militer. Ia selalu taat menjalankan ibadah agama, salat lima waktu, dan puasa sunah Senin-Kamis.

Ryamizard juga gemar membaca buku agama. Pun dia kerap mengikuti berbagai kajian keagamaan, termasuk tasawuf dan tarekat, dengan berpegang pada Alquran dan Hadis Rasul.

Ketaatannya beribadah bukan semata karena mematuhi pesan orang tua. Tetapi, agama memang dirasakan Zar sangat berguna sebagai pegangan hidup dalam segala situasi. “Aku ingin jadi prajurit yang baik dan bertakwa,” ujarnya.

Prajurit Tempur

Lulus STM jurusan mesin, Zar masuk Akabri tahun 1969. Sebenarnya pilihannya mengikuti jejak sang ayah sempat ditentang ibunya. Maka, ketika ia patah kaki saat pelonco di Gunung Tidar, Magelang, orang pun mengaitkan kejadian itu dengan restu ibunya.

Meski sudah merasakan kerasnya mengikuti latihan, keinginan Ryamizard menjadi tentara tidak tergoyahkan. Setahun kemudian (1970) ia diterima lagi di Akabri. Salah satu teman seangkatannya adalah Susilo Bambang Yudhoyono.

Ryamizard memulai karier militer sebagai komandan peleton di Kodam XII Tanjungpura. Selanjutnya ia menjadi komandan kompi, lalu komandan batalion. Setelah mengikuti pendidikan Suscapa (1985-1986), ia menjadi perwira operasi di Brigade Lintas Udara 17/Kujang I Kostrad, Jakarta, salah satu pasukan elite yang mempunyai reputasi tempur legendaris. Lulusan pendidikan Seskoad tahun 1991 ini sempat menjadi kepala staf Brigif Linud 17/ Kujang I, Kostrad, Jakarta (1993).

Di antara teman-teman seangkatannya, Ryamizard tergolong telat menikah. Ia mempersunting drg. Nora Tristiana (putri mantan Wapres Try Sutrisno) saat usianya 38 tahun dan dikaruania tiga anak.
Ryamizard pernah bertugas sebagai komandan Kontingen Indonesia Garuda XII di Kamboja. Salah satu prestasinya kala itu adalah keberhasilannya membebaskan enam perwira dari berbagai negara dari penyanderaan kelompok Khmer Merah. Padahal, sebelumnya para diplomat di Washington dan New York telah turun tangan, tetapi tidak berhasil.

Pulang dari Kamboja, ia dipercaya menjabat asisten operasi Pangdam Wirabuana. Kemudian ia ditunjuk sebagai danrem 044 Garuda Dempo di wilayah Kodam II Sriwijaya.

Karier militer Ryamizard terus menanjak. Ia dipercaya menjadi kepala staf Divisi Infanteri II Kostrad di Malang. Tahun 1997, ia kembali ke Kodam II Sriwijaya menjadi kepala staf mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono.

Dari Kodam II, ia kembali ke Kostrad menjadi panglima Divisi II Kostrad. Ryamizard dua kali memegang jabatan panglima kodam (pangdam), yakni pangdam V Brawijaya dan Kodam Jaya (November 1999). Lalu ia menjabat pangkostrad selama dua tahun (Agustus 2000 hingga 2002). Kariernya di TNI Angkatan Darat mencapai puncak ketika ia dilantik sebagai kepala staf TNI AD (KSAD) tahun 2002.

Sebagai komandan, Ryamizard dikenal keras dalam mendidik pasukannya. Ia selalu menekankan pentingnya berlatih dengan sungguh-sungguh. Latihan keras itu berlaku tanpa kecuali, dari perwira tinggi sampai prajurit berpangkat rendah. Sebab, kualitas tempur di lapangan bukan cuma untuk prajurit, melainkan juga perwira tinggi. “Mengapa Alexander Agung selalu menang? Kuncinya, semua panglima dilatih dan berlatih terus,” kata Ryamizard.

Karena itulah ia tidak bisa menoleransi tentara yang bandel saat latihan. Karena tujuan latihan bukan semata agar menang bertempur, melainkan juga untuk menyelamatkan nyawa prajurit. Ryamizard sangat sedih dan merasa paling bersalah jika prajuritnya tewas di medan perang gara-gara kurang disiplin tempur.

Di akhir masa jabatan Presiden Megawati Soekarnoputri, Ryamizard sempat direkomendasikan menjadi panglima TNI setelah surat pengunduran diri Jenderal Endriartono Sutarto disetujui. Namun, proses pergantian panglima TNI menimbulkan kemelut antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan DPR. Kemelut berlanjut hingga Ryamizard memasuki usia pensiun. n

BIODATA

Nama: Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu
Lahir: Palembang, 21 April 1950
Agama: Islam
Jabatan terakhir: Kepala Staf TNI Angkatan Darat

Istri: drg. Nora Trystiana
Anak-anak: Ryano Patriot, Dwinanda Patriot, dan Tryananda Patriot
Ayah: Brigjen TNI (Purn.) Ryacudu (Alm.)

Pendidikan:
– STM Jurusan Mesin
– Akabri Darat, lulus 1973
– Suscapa (1985–1986)
– Seskoad, 1991

Karier militer:
– Komandan Peleton di Kodam XII Tanjungpura
– Komandan Kompi di Kodam XII Tanjungpura
– Komandan Batalion di Kodam XII Tanjungpura
– Komandan Brigade Infanteri 17 Kostrad
– Asops Kasdam VII/Wirabuana
– Kepala Staf Divif 2/Kostrad
– Kasdam II/Sriwijaya
– Pangdif 2/Kostrad
– Kepala Staf Kostrad
– Panglima Kodam V/Brawijaya (1999)
– Pangdam Jaya (1999–2000)
– Pangkostrad (Agustus 2000–2002)
– Kepala Staf TNI Angkatan Darat (2002–2005)

Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 233-236.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top