Agrobisnis

Sahril Berbisnis Mangga Ekspor Keluar Negeri

Profil Pengusaha Sahril Sidik

 
pebisnismangga.png

Sahril Sidik usianya 28 tahun memutuskan bekerja saja. Dia berbisnis mangga ekspor keluar negeri. Mangga yang bernama gedong gincu memang digandrungi. Berawal dia yang bekerja menjadi pegawai kapal kargo. Dia berlanjut menjajal menjual produk ekspor sendiri.
Dikisahkan pengusaha muda ini pernah berniat menjadi abdi negara. Ia sempat masuk Sekolah Tinggi Pemerintah Dalam Negeri (IPDN) di Sumedang, Jawa Barat. Merasa tidak betah, Sahril bersama teman- teman memilih kabur dari sekolahnya ke Sumedang.
Ia melanjutkan pendidikan di Akademis Maritim Cirebon sampai tamat. Ijasah dan pengetahuan cuma dia pakai 11 bulan. Dia bekerja di perusahaan kargo. Alih- alih lanjut melaut, malahan dia berjualan mangga gedong gincu.
 

Ekspor Mangga

Tidak sekedar petani melainkan pengusaha muda. Sahril lantas berbisnis mangga ekspor keluar negeri. Dirinya tidak cuma menanam tetapi memasarkan. Usaha Sahril bermula ketika mendekati wanita bernama Cucu Sumiyanti, istrinya kelak.
Dimana dia sering berkunjung ketika masa pendekatan. “Pada masa- masa pendekatannya, saya sering berkunjung ke rumahnya dan disuguhi mangga gedong gincu. Karena enak, saya habis banyak,” ujar ayah dari Rizki dan Mila.
Buah mangga jenis Indramayu cengkir. Bedanya di buah terdapat semburat merah di pangkal buah, bentuk membulat, rasa daginya manis, dan serat halus. Mangga jenis gedong gincu banyak ditanam di kawasan Majalengka, Cirebon, dan Jawa Barat.
Pengalaman tersebut membawanya menjajal bisnis buah. Berbekal menyewa dua batang pohon asal daerah Desa Pasirmuncang, Kec. Penyingkiran, Kab. Majalengka seharga Rp.1,6 juta. Ditambah dia menggelontorkan biaya pemeliharaan total Rp.2, 3 juta.
Harga perkilogramnya Rp.15.000 dan ambil untung 200 persen. Keuntungan sebesar tersebut belum ia bayangkan bila diekspor kelak. “Itu baru saya jual ke saudara. Pikir saya, apalagi kalau saya jual keluar negeri,” tuturnya.
Pasar Singapura ditembuh berkat memiliki teman. Kebetulan temannya sering sekali melakukan lelang lukisan ke Singapura. Sahril suka bantu- bantu temannya itu. Nah, dia lantas meminta bantuan buat membawa beberapa sampel mangganya.
Lelaki berdarah Aceh tersebut sangat mengutamakan kualitas. Alhasil dia memberikan produk paling bagus hingga menarik. Permintaan skala besar berupa sampel di tahun 2004, ia diminta mengirim sampai 15 ton dan berlanjut di 2005, dan 2006 ekspornya mencapai 113 ton.
Keberhasilan masuk ke pasar Singapura membuatnya bersemangat. Khususnya buat dia memperluas lahan tanam. Di tahun 2004, dia menyewa lahan seluas enam hektar milik beberapa petani. Di tahun 2006, sang pengusaha muda menyewa kebun mangga seluas 30 hektar di Majalengka dan Cirebon.

Rahasia Pengusaha

Sahril tampil lebih percaya diri. Berkat banyak teman dirinya mudah mengembangkan bisnis. Semua itu berkat pengalamannya berorganisasi, ia pernah ikut Forum Komunitas Taruna Maritim Indonesia (Forkatami) dan juga Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Dia bahkan telah memasuki pasar Amerika Serikat. Berkat bantuan seorang teman membawa mangga sampai ke sana. Koneksi pertemanan Sahril meluputi alumni dan berbagai profesi. Mereka biasanya sesama anggota organisasi dan alumni lain dari daerah lain.
Ia terhubung melalui ikatan persamaan visi. Sahril termasuk orang yang mudah berteman. Berkat ikatan teman, katanya mangga gedong gincu sudah masuk Gedung Putih, dinikmati sebagai camilan buat staf kepresidenan Amerika.
Persyaratan mangga masuk ke Amerika terbilang ketat. “Berat minimalnya 2,5 ons, penampakan bersih, bebas residu pestisida,” jelasnya kepada Kompas.
Mengapa Sahril cepat mengembangkan bisnisnya. Ternyata berkat bantuan rekanan Singapura. Yang ia rela mengeluarkan pinjaman usaha buat Sahril. Dia bahkan mendorongnya untuk mengikuti pelatihan agrobisnis.
Ia memperkaya diri pengetahuan akan mangga. Sahril juga diajak menjadi pembicara mengenai buah mangga. Sahril tak ragu membagikan pengetahuannya. Disaat ini, ia telah melakukan pembinaan ke 50 petani. Sahril menegaskan, bahwa peluang berbisnis mangga ekspor keluar negeri masih luas.
Dia menyebutkan permintaan datang meluas dari China dan Turki. Kesulitan terbesar membina petani buah adalah pola pikir. Mereka berpikir kalau pohon mangga merupakan warisan. Prinsipnya pohon itu akan berbuaha walau tanpa dipelihara.
Pemeliharaan wajib karena mengikuti standar ekspor. Buat non- standar maka Sahril akan menjual ke pasar lokal. Adapula pasar lokal menghendaki mangga kualitas ekspor. Khusus swalayan yang mana targetnya menengah atas. 
 
Kualitas mangga non- ekspor sangat melimpah. Sahril memutar otak menciptakan bisnis jus buah. Dia menggandeng pabrikan di daerah Surabaya. Sahril tetap berpatokan standar ekspor Singapura. Kalau di Indonesia asal ada uang pasti bisa diekspor, tetapi ya resiko dikembalikan.

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top