Cerita inspirasi

Sepatu Batik Bisnis Unik Tyas Ajeng Nastiti

Profil Pengusaha Tyas Ajeng Nastiti

pengusaha sepatu batik

 
Sempat sepatu batik miliknya ditolak Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas). Tyas Ajeng Nastiti memilih untuk melanjutkan sampai jauh. Dia memilih berbisnis dengan hasil penemuan tersebut. Bahkan ia sempat ikut ajang Wirausaha Muda Mandiri 2012, yang pada akhirnya mengakui hasil karya Tyas.

Bisnis yang cuma berjalan setahun berhasil menang lomba. Sempat kecewa karena gagal di Pimnas ternyata harus diambil hikmah. Dia memenangkan hadiah Rp.50 juta untuk suntikan modal. Tyas semakin bersemangat berkreasi menjadikan ini bisnis serius.
Tyas berkarya sepatu etnik berbahan batik khas. Ia pun menamai bisnisnya sebagai Klasik Footware, yang menghasilkan aneka sepatu bermotif batik. Dia bersama beberapa teman menarget kalangan anak muda. Aneka produk footware memang tengah digandrungi anak- anak muda kita.

Pengusaha Muda Sepatu Unik

Produk Klasik Footware mengusu teman tradional lekat. Ambil contoh produk sepatu anjani tenun, telaga tenun, janita dan kiara. Mahasiswi Semester awal yang mengambil Desain Produk Industri, di Institute Teknologi Sepuluh November. 
Dia mengatakan semua bermula dari bisnis sebelumnya, Meralodist. Beda dengan Klasik Footware, bisnis yang ini berhasil memenangkan ajang Pimnas kampus. Tyas membuat aneka aksesoris dari bahan bekas. Gagal masuk Pimnas ini dimaknai sebagai pembelajaran sekaligus keberuntungan.

Hobi mengoleksi sepatu sedikit banyak menginspirasi dirinya. Sebulan dia bisa membeli 1- 2 pasang. Dia lalu berpikir apa banyak orang seperti dirinya. Apakah benar berbisnis seperti ini menghasilkan keuntungan.

“Berarti bisnis ini (sepatu) sangat menjanjikan,” tuturnya.

Pemikiran tersebut yang membawa dia berbisnis sepatu. Akhir tahun 2011, bermodal uang Rp.6,7 juta,  maka dia mulai membangun bisnis sepatu Klasik Footware. Otak bisnis Tyas memang telah terlatih sejak dahulu.

Dia sudah mulai berbisnis semenjak kuliah. Ketika di Desain Komunikasi Visual, Tyas mulai fokus mengerjakan beberapa usaha yang cukup bagus. Semenjak Semester 4, dia telah mencoba berbisnis padahal kesibukan kuliah makin mencekik.

“Waktu itu saya membuat aksesoris dari barang daur ulang,” imbuhnya.

Bisnis aksesoris ternyata tidak bertahan lama. Ia mengalami tidak keberkembangan atau stuck. Ini bukanlah karena bisnisnya gagal ya. Dia merasakan bisnis ini susah dikerjakan sendiri, dari produksi sampai marketing. Tyas menyadari tidak sanggup lagi karena cuma dia yang mampu.

Sepatu lah yang memberinya inspirasi berbisnis kembali. Kali ini beda, ia mau menggandeng rekan bisnis, dan mewujudkan semua gagasa dalam bisnis plan. Ia menggandeng rekan dan mulai merekrut tim marketing.

Usaha Tak Boleh Minder

Melalui kampus turunlah dana Rp.6,7 juta untuk modal usaha. Ini bukan cuma- cuma tetapi bentuk kepercayaan dari Dikti Departemen Pendidikan Nasional. “Ketika saya meriset tentang batik, saya menemukan bahwa motif batik di Indonesia jumlahnya ribuan,” ia menjelaskan.

Itulah landasan membuat footware bertema batik. Desainnya akan tidak monoton karena selalu ada motif baru. Ia tinggal mengembangkan jenis sepatu. Tyas juga menambahkan batik telah ada di hati masyarakat. Warna- warna yang digunakan “ngejreng”, yang sangat cocok digunakan kamu hawa.

Inilah keunggulan berbisnis sepatu Klasik Footware. Untuk mengatur modal yang minim dibutuhkan cara unik. Ia mengakali produksi lewat sistem kimtraan. Tyas mendapatkan info mengenai tukang sepatu di Sidoarjo, Jawa Timur. Mereka diajak kerja sama dalam produksi dan juga pemasaran.

Ia tak minder walaupun modal sedikit. Meskipun dipasaran sepatu batik telah banyak dijumpai. Tyas tak gentar sedikitpun. Kepercayaan dirinya tetap menggelora, yakin bahwa produk Klasik Footware akan berada di tahu masyarakat. Ia mengatakan memiliki desain sendiri sehingga dijamin berbeda.

Tyas mengatakan mereka hanya mengaplikasikan kain. Bukan keseluruhan produk dibuat dari bahan kain batik. Adapula strategis bisnis lain yang ia kembangkan dalam marketing. Pokoknya dia selalu memiliki strategis bisnis dan bekerja keras untuk berhasil.

Dia mulai membangun relasi baik dengan para tukang. Ini terbukti mempermudah lahirnya workshop sendiri. Pola kemitraan baik membuat pesanan puluhan pasang terpenuhi. Tyas juga bisa menjadi sosok desainer sekaligus. Perlakukan baiknya membuat para tukang mudah diajak bekerja sama.

Produksi lancar membuat value dibanding produk sejenis. Alhasil Tyas mampu menaikan pendapatan penjualan. Kini Klasik miliknya telah menjual tidak hanya di offline. Lewat toko online yang dapat dikunjungi www.klasikfootware.com, Tyas memajang aneka jenis produk yang menarik mata kita.

Dia memanfaatkan toko online untuk menjangkau lebih luas. Tetapi Tyas tidak melupakan marketing offline. Perpadua keduanya membuat bisnis Klasik tak sebatas Jakarta. Ia bisa merambah kota- kota lain diseluruh penjuru Indonesia.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top