Akademisi

Sitanala Arsyad (1934-…): Mengayuh Dua Biduk Universitas

SELESAIKAN yang harus tuntas hari ini, jangan tunda esok. Moto tersebut berpuluh tahun digenggam Prof. Dr. Ir. H. Sitanala Arsyad. Mantan Rektor Unila dan Rektor IPB ini lahir 21 Maret 1934 di Gunungsugih, Lampung Tengah. Ibunya, Hj. Zaidah dan bapak, H. Muchtar. Kampung halaman orang tuanya di Negarabumi Ilir, Kecamatan Anak Tuha, Lampung Tengah. Ia dilahirkan di Gunungsugih ketika orang tuanya menjadi guru di sana.

Sitanala menyelesaikan pendidikan dasar di Kotabumi, Lampung Utara (1947), SMP di Taman Dewasa Telukbetung (1951), SMA-B Taman Madya Malang (1954). Kemudian, ia melanjutkan studi ke Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, Bogor (kini Institut Pertanian Bogor). Gelar sarjana pertanian diraihnya pada 1961.

Menjadi pendidik memang cita-cita tunggalnya. Bukan semata-mara karena orang tuanya guru. Dia yakin guru profesi terhormat. Lampu hijau terbuka. Apalagi masa itu, 1959, Indonesia membutuhkan banyak dosen.

Kecintaannya pada konservasi tanah membawanya melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2 (master of science) di Graduate School University of Georgia, Athens-Georgia, Amerika Serikat; dituntaskan 1963. Masih di universitas sama, ia ke jenjang S-3 dan merengkuh philosophiae doctor (Ph.D.) 1965 dengan spesialisasi konservasi tanah.

Selain menulis lebih 20 artikel ilmu tanah yang diterbitkan di jurnal dalam dan luar negeri, sebagai ahli konservasi tanah ia telah menulis buku Konservasi Tanah dan Air (diterbitkan IPB 1989 dan 2000), dan edisi kedua terbit 2006.

Inilah rujukan utama di banyak perguruan tinggi. Bersama rekannya dari Amerika Serikat (El-Swaify) dan Sri Lanka (Krisnarajah), Sitanala menulis bab “Soil Erosion by Water” dalam buku Natural System for Development-What Planners Need to Know (R.A. Carpenter, Ed.) terbitan MacMillan Publ. Co., New York, USA, 1983. Ia juga jadi editor kepala buku Conservation Policies for Sustainable Hillslope Farming yang diterbitkan Soil and Water Conservation Society, Ankeny, Iowa, Amerika Serikat, 1992.

Karier ayah empat putri dan kakek lima cucu ini sebagai pendidik diawali 1959. Saat itu dia menjabat asisten dosen (asisten tingkat II) dalam ilmu tanah di Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor. Sepulang studi di AS 1965, ia kembali ke alamaternya dan menjadi dosen konservasi tanah dan air.

Jenjang akademiknya meningkat. Tahun 1975, Sitanala menjadi guru besar. Berbagai jabatan di dalam dan di luar lingkungan perguruan tinggi pernah disandangnya. Sepanjang 1968–1969 ia menjadi pembantu dekan (PD) III Fakultas Pertanian IPB, dan ketua Jurusan Ilmu Tanah di almamater sama (1970–1973). Sitanala lalu menjadi rektor Universitas Lampung (Unila) dengan masa jabatan yang merentang 1973–1981.

Dia pun merintis dan meletakkan landasan pembangunan kampus Unila di Gedungmeneng. Selama itu pula (1976–1977), Sitanala ditugasi Gubernur Lampung menjadi pejabat Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lampung; dan sempat menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) sebagai wakil Lampung (1978–1983).

Selesai jabatan rektor Unila, ia kembali ke almamater Bogor dan ditugasi menjadi pembantu rektor I IPB (1985–1987), dan kemudian diangkat menjadi rektor IPB selama dua masa jabatan (1987–1996). Sewaktu menjadi rektor IPB, ia memindahkan rektorat IPB dan beberapa fakultas dari Baranangsiang dan Gunung Gede (Bogor) ke kampus Darmaga. Usai tugasnya menakhodai IPB, selama dua masa jabatan 1998–2003 ia diangkat menjadi direktur SEAMEO-Biotrop (South East Asia Ministers of Education–Center for Tropical Biology), lembaga penelitian dan pendidikan yang dibentuk Organisasi Menteri-Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara. Lokasinya di Bogor.

Selain di IPB, profesor asli Gunungsugih ini pernah menjadi anggota Dewan Riset Nasional (DRN) 1988–1998, anggota Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) 1994–2002, dan anggota Dewan Penasihat Yayasan Keragaman Hayati Indonesia (Kehati) sejak 1999 sampai sekarang.

Ketika IPB menjadi badan hukum milik negara (BHMN), ia dipilih menjadi ketua Senat Akademik IPB peralihan dari 2001–2003. Tugasnya menyiapkan pembentukan Majelis Wali Amanat dan Dewan Audit IPB yang pertama beserta perangkat ketentuan pelaksanaannya. Selesai tugas sebagai ketua Senat Akademik peralihan ia dipilih menjadi ketua Dewan Guru Besar. Inilah perangkat baru dalam sistem tata pamong (governance) IPB-BHMN.

Tahun 2004 ia memasuki masa pensiun dari pegawai negeri sipil dan diangkat menjadi guru besar emeritus pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian IPB.

Sebagai pendidik, Sitanala prihatin dengan pendidikan di Indonesia kini. Kalau dilihat dari waktu permulaan bangsa Indonesia, dunia pendidikan kita mestinya jauh lebih baik. Kemampuan secara individu memang membaik, tapi secara menyeluruh masih banyak lini yang harus ditingkatkan.

Dan jika dibanding dengan perkembangan di luar negeri, masih sangat jauh ketinggalan baik dalam mutu maupun kemampuan. Semua itu sangat berkaitan dengan sarana dan prasarana yang masih jauh dari memuaskan. Walaupun ada beberapa universitas yang relatif lebih baik, secara umum masih sangat kurang.
Masalahnya, biaya pendidikan kita masih rendah. Sehingga, untuk mencukupi prasarana dan sarana yang lebih baik, masih sulit. Semua berujung pada masih rendahnya hasil didik. Sitanala berharap pemerintah meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dunia pendidikan.

Pendidikan yang baik, yang tercukupi sarana dan prasananya dengan pendidik yang berdedikasi tinggi, bakal menciptakan manusia dari segi kemampuan ilmu pengetahuan yang tinggi, bertakwa, dan perilaku yang mempunyai empati terhadap masalah masyarakat. Jadi, bukan hanya iptek-nya yang dikuasai, melainkan juga punya empati terhadap sekitarnya.

Dengan bekal pendidikan yang baik itu mereka mampu menangani masalah masa depan bangsa, sigap menghadapi tantangan dunia, menyejahterakan masyarakat, tetap memelihara lingkungan hidup yang nyaman demi terjaminnya kehidupan yang lebih baik bagi generasi datang. n

BIODATA:

Nama: Prof. Dr. Ir. Sitanala Arsyad
Lahir: Gunungsugih, Lampung Tengah, 21 Maret 1934
Bapak: H. Muchtar
Ibu: Hj. Zaidah

Pendidikan:
– SD di KOtabumi, Lampung Utara (1947)
– SMP di Taman Dewasa Telukbetung (1951)
– SMA-B Taman Madya Malang (1954)
– Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, Bogor (Kini, Institut Pertanian Bogor), 1961
– S-2 (master of Science) di Graduate School University of Georgia, Athen-Georgia, Amerika Serikat, 1963
– S-3 (philosophiae doctor-Ph.D.) di Graduate School University of Georgia, Athen-Georgia, Amerika Serikat, 1965, dengan spesialisasi konservasi tanah

Pekerjaan:
– Asisten dosen (asisten tingkat II) dalam ilmu tanah di Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor, 1959
– Dosen konservasi tanah dan air Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, 1965
– Guru besar, 1975
– Pembantu Dekan (PD) III Fakultas Pertanian IPB, 1968-1969
– Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB, 1970-1973
– Rektor Universitas Lampung (Unila), 1973-1981
– Pembantu Rektor I IPB, 1985-1987
– Rektor IPB selama dua masa jabatan, 1987-1996
– Direktur SEAMEO-Biotrop (South East Asia Ministers Education-Center for Tropical Biology)

Karya:
Menulis lebih dari 20 artikel ilmu tanah yang diterbitkan di jurnal dalam dan luar negeri. Menulis buku Konservasi Tanah dan Air (diterbitkan IPB 1989 dan 2000) dan edisi kedua terbit 2006.

Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 120-123.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top