Birokrasi

Sudarmono

Oleh Sudjarwo

Sudarmono

MEMBACA Lampung Post, 2 Desember 2013, saya terkejut sekaligus terperangah. Ada kolom yang ditulis wartawan kawentar harian ini dengan judul nama seorang tokoh Lampung.

Judulnya Subki. Yang dia maksud adalah Subki Elyas Harun, mantan wakil gubernur Lampung. Walaupun serbaterbatas, buku autobiografi yang ditulis sang tokoh dikomentari oleh Mas Dar (begitu saya panggil).

Keterkejutan saya tokoh sebesar beliau, yang terkenal pada zamannya orang yang sangat peduli Lampung, memiliki sejumlah informasi luar biasa untuk Lampung ini, tetap arif seperti sifat beliau saat memimpin Lampung. Di usianya yang senja, tokoh ini masih mau berbagi dengan kita sebagai generasi penerus dengan tidak mau menimbulkan gejolak. Tetapi juga tidak mau membawa terus ?dosa birokrasi? pada zamannya.

Tidak banyak tokoh yang seperti ini pada zaman yang cenderung cepat berubah seperti sekarang. Justru kecenderungannya saling sandera sehingga satu dengan yang lain menjadi saling terkunci dalam sistem. Mereka tidak mau membuka karena jika itu mereka lakukan berarti efek domino akan terjadi.

Banyak kasus di negeri ini yang sulit diungkap karena kondisi saling mengunci. Akibatnya setiap persoalan harus diurai dengan sangat perlahan, kadang seperti putus asa kita menantinya, tapi itulah harga bayar yang harus kita beli dari keadaan ini.

Kejadian tersebut tidak hanya di tingkat pusat. Masih ingat dalam batin kita beberapa kasus yang pernah mengemuka, tapi entah ke mana rimbanya. Beberapa bulan lalu, dana sertifikasi guru yang dipakai oleh beberapa pejabat di tingkat kabupaten, sudah dinaikkan pada tingkat penyidikan, tapi entah ke mana juntrungnya. Berhentinya teman-teman Mas Dar mewartakan, seolah berhenti pula semua itu ditelan bumi.

Demikian juga adanya sinyalemen pada pengusulan kenaikan pangkat guru yang diduga menggunakan berkas palsu, dan dilakukan oleh oknum yang mengerti tentang tata cara pembuatan daftar angka kredit. Ternyata juga tidak pernah terungkap ke permukaan karena sekali lagi pola kerjanya menggunakan penyanderaan.

Harga penyusunan sampai pengusulan untuk golongan empat sebesar Rp16 juta yang ditawarkan kepada guru, ternyata info itu menguap begitu saja tanpa bekas. Menyengat baunya, tapi tidak tampak rupanya.

Pada waktu diskusi terbatas di tingkat pusat, ada teman yang mengemukakan ide, guna memangkas seluruh pola penyanderaan, perlu dilakukan pemutihan. Ditentukan dari hari ?H? jam ?00? mulai saat itu hukum dilakukan, sementara yang sebelum itu semua diberi pengampunan.

Ide ini langsung membelah peserta diskusi pada dua kutub, yaitu pro dan kontra. Hal ini biasa dalam alam demokrasi, hanya perlu dipertimbangkan secara moral apakah langkah itu etis. Tetapi juga kita harus melakukan tindakan konkret untuk melepaskan bangsa ini dari persoalan-persoalan yang menggurita menjerat bangsa. Dengan kata lain, diperlukan keberanian memulai dari titik nol.

Tugas sekarang kepada Mas Dar dan teman-teman, mencari jarum yang jatuh di tumpukkan jerami bangsa ini para pemimpin bangsa masa lalu yang nyaris terlupakan, untuk dimintai petuah, berdasar pada pengalaman masa lampau mereka guna mencari solusi terbaik bagi persoalan bangsa.

Kemampuan untuk menemukenali persoalan secara arif dan dekat dengan rakyat, adalah impian kebanyakan banyak orang di negeri ini kepada pemimpinnya. Mata dhohir rakyat bisa ditipu, tetapi mata batin mereka tidak bisa didustai.

Pemilihan bupati di Kabupaten Lampung Utara, Pemilihan Gubernur Jawa Tengah, adalah bagian contoh kecil, incumbent bukan jaminan untuk memenangkan suatu pertarungan. Rakyat mulai cerdas membedakan pemimpin yang prorakyat dengan yang tidak berpihak padanya.

Pembelajaran mahal ini seyogianya menjadi catatan kaki bagi semua, karena kepemimpinan berikut tidak mau menanggung dosa birokrasi sebelumnya. Untuk itu, mari kita membantu Mas Dar dan teman-teman dalam mencermati gerak zaman untuk menemukan pemimpin masa depan yang lebih baik, serta membongkar sejarah untuk ditata ulang dijadikan referensi suri teladan dalam bertindak dan berperilaku. n

Sudjarwo, Guru besar dan Direktur Pascasarjana Unila

Sumber: Nuansa, Lampung Post, Jumat, 6 Desember 2013


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top