Pengembangan diri

Viral Roti Eneng Kisah Pengusaha Capek Jadi Karyawan

Profil Pengusaha Sarah Diana Oktavia

pemilik roti eneng

 
Pengusaha capek jadi karyawan. Kisah dibalik viral Roti Eneng memberikan kita gambaran karyawan. Pemiliknya bukanlah orang biasa karena sudah pernah berkecimpung lama. Kisah pengusaha capek jadi pegawai mengurusi orang. 

 
Dia bercerita setiap hari, dirinya harus mengurusi brand- brand milik orang lain. Pengusaha ini Sarah Diana Oktavia, 32 tahun, bercerita bermula bekerja sebagai pegawai. Dirinya dulu bekerja copywriting buat agensi. Dia juga berperan sebagai senior agensi. 
 

Nasib Karyawan

 
Urusannya mengelola klien agar brandnya dikenal luas. Diana juga sempat ditugasi sebagai host acara petualangan di salah satu televisi. Diana merasa lelah padahal pengalaman banyak. Mengapa tidak membangun brand buat sendiri. Bukanlah soal materi melainkan legacy.

Siapa sangka Roti Eneng menghasilkan Rp.40 juta perhari. Angka ini besar tetapi penuh perjuangan sejak 2014 silam. Curhatnya kepada CNN Indonesia, mengaku sudah bosan bekerja di bidang industri kreatif, dan ingin segera lepas.
 

 “Biasalah kerja di agensi kan lembur melulu dan capek,” selorohnya. Dia capek ngurusi brand orang lain. Ide bisnis datang berkat usaha rumahan mili ibu dan kakak.
Ia mencari ide mau berbisnis apa nanti. Hingga Diana melihat kakak dan ibunya berjualan roti. Disini ia menggali roti apa disuka. “Aku suka dessert, makanya aku coba belajar membuat selai,” ingatnya awal mula Roti Eneng.

Bertahap dia mulai memanggang roti dibawa ke kantor. Belum bukan  usaha sendiri apalagi memilih resign kerja. Akibat rajin membawa roti kemudian dicicipi teman- teman sekantor. Bertahap mereka meyakinkan Dianan membuka usaha ini.

Diana nekat disewanya satu tempat di Pasar Santa. Harga sewa murah lantas berdirilah bisnis roti sederhana ini. Nama Roti Enang diambil dari panggilan orang Sunda ke wanita. Dia sendiri kan orang Sunda, dan nama ini dirasa mudah diingat dan dilafalkan.

Dia sendiri lantas memindahkan kafe ke rumah. Mengapa demikian karena mencari perasaan homey dan nyaman. Pengusaha sukses ini menciptakan suasana melalui taman depan rumah. Disini orang bisa berkunjung ke taman selepas makan.

Mereka bisa mengobrol sembari menikmati pemandangan hijau. Kayak orang- orang berada di Kota Bandung. Namun berjualan di Pasar Santa bukan tidak berhasil. Disana dia merasa lebih dekat ya mungkin karena melayani langsung.

Waktu usaha masih kecil, kan orang datang tidak cuma buat makan roti tetapi ngobrol. Pengunjung tak jarang datang bertanya tips bisnis. Kalau udah besar begini tidak ada kesempatan buat Diana. Ia akan sibuk, dan tentu banyak pengunjung dan dilayani karyawan.

Awal dia tidak langsung membuka usaha sendiri. Dia mengajak suami bekerja 3- 4 jam seminggu. Ia menjelaskan ini karena masih kerja. Keduanya masih terikat pekerjaan dengan dua perusahaan. Dari sana dia menyadari orang antri sampai 30 menit, dan roti pasti habis terjual walau cuma sebentar.

Tidak bisa dibayangkan omzet awal sampai 10- 20 juta sehari. Omzet mungkin tambah bila sudah tiba weekend atau liburan. Walau dia mengantungi omzet besar tetapi untungnya tidak begitu. Hanya 50% dari omzet dikantongi menjadi untung.

Bahan mahal ditaksir menjadi masalah utama bisa begitu. Diana mengakui semua bahan berkualitas tinggi. Dari produk butter dan olahan susu lain dipakai terbaik. Walau mahal Diana tidak menaikan harga meskipun butter naik lima kali. “Jadi keuntungan tiap tahun semakin sedikit,” jelasnya.

Keuntungan diperoleh melalui varian produk roti panggang, makanan, dan minuman. Pervarian menu untungnya 20% saja. Begitu keuntungan masuk langsung disalurkan ke karyawan. Tidak mengejar keuntungan besar, melainkan mensejahterakan karyawan.

Ada bonus dan gaji sudah layak bagi mereka. Pengusaha baiknya memanusiakan karyawan karena itu tujuan berwirausaha. Maka usaha akan berkembang baik sekaligus berkah dikantong. Kalau tempat kerja enak, maka Diana percaya karyawan pasti akan mendoakan.

Agar Viral Usaha

 
Ada 13 karyawan, dua perempuan, dan sisanya laki- laki. Kebanyakan mereka karyawan loyal sejak bisnis Roti Eneng berdiri. Bahkan ada chef yang sudah kerja sebelum pindah ke rumah. Meskipun dia mendapati keuntungan naik 30% pertahun, atau lebih rendah dari harapan 50%, tidak mengapa.
 
Diana pun tidak memilih ikut- ikutan trend. Ia mencoba membangun jalur sendiri. Mereka sudah jadi penggagas minuman choco sea salt dan marie regal. Andalan Roti Enang terdapat pada selai buatan sendiri, susah ditiru mulai dari Cheese Butter, Early Grey, dan Marie Regal.

Bicara mengenai waralaba Diana masihh ragu. Mempertahankan kualitas dirasa masih susah. Takut bila kulitas yang telah dibangun lama jatuh.

“Aku enggak cuma karena oh pengen buru- buru ekspansi dan punya banyak uang,” Diana berkata.

Ia melihat sendiri banyak bisnis tidak bertahan. Bisa tumbuh cepat meledak tetapi tidak bertahan. Dia hanya ingin buka dua tempat saja. Satu tempat lagi yang proper, beda, tapi unik. Usaha yang bisa nanti bertahan panjang.

Ia menuturkan di Kemang sudah ada teman. Dia mengambil selai dari Diana tetapi buka sendiri. Itu tetap diberi nama Roti Eneng. Total 40 variasi menu panggang dan pasta, kalau minuman ada kopi dan non- kopi. Olesan selain masih dibuat homemade. Harga ditawarkan antara Rp.20 ribu- Rp.40 ribu.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top