Olahraga

Yulianti (1980-…): Ratu Senam Indonesia

BERBICARA olahraga senam di Lampung dan Indonesia, tentu tidak bisa lepas dari nama Yulianti. Perempuan yang kini berusia 28 tahun ini adalah pengoleksi sebelas keping emas Pekan Olahraga Nasional (PON) selama kariernya sebagai atlet senam nomor ritmik.

Pada PON terakhir yang diikutinya, PON XVI 2004 di Sumatera Selatan, Yulianti menyumbang empat medali emas untuk kontingen Lampung. Sejak debutnya untuk PON di Jakarta pada 1993, Yulianti tidak pernah berhenti meraup medali hingga pensiun pada 2004. Pada PON XIII 1993, Yulianti di nomor senam ritmik membawa pulang satu medali perak dan tiga perunggu.

Pada PON XIV 1996, pencapaian wanita kelahiran 26 Juni 1980 ini meningkat dengan meraup tiga emas dan dua perak. Empat tahun kemudian di Surabaya, penampilan Yulianti makin sempurna.

Total empat emas diraihnya dari senam ritmik perseorangan dan beregu. Prestasi yang sama dicatatnya pada PON XVI 2004 di Palembang. Palembang menjadi gelanggang terakhirnya di ajang olahraga kelenturan tubuh ini. Batas usia 25 tahun sebagai seorang pesenam memaksanya mundur di puncak karier.

Sebagai ratu senam nasional, Yulianti tentu berkesempatan membela Indonesia di tingkat internasional seperti SEA Games. Yulianti pertama kali tampil di pesta olahraga Asia Tenggara itu di Chiangmai, Thailand, pada 1995, dengan raihan satu perunggu. Dua tahun berikutnya di Jakarta menjadi puncak prestasi Yulianti untuk Indonesia. Perempuan satu-satunya dari empat bersaudara ini menyabet satu emas dan satu perak.
Yulianti sempat absen pada SEA Games 1999 dan tampil kembali di Kuala Lumpur 2001 dengan raihan dua perak. Terakhir, Yulianti tampil di SEA Games Vietnam 2003, juga dengan hasil dua perak.

Dengan semua pencapaian itu, Yulianti menjadi salah satu simbol keperkasaan olahraga Lampung di tingkat nasional. Kebetulan, senam menjadi cabang olahraga di mana Lampung secara nasional sangat diperhitungkan selain angkat besi dan berat.

Awalnya, Yulianti sama sekali tidak pernah bercita-cita menjadi seorang atlet atau pesenam. Perkenalan Yulianti dengan senam bisa disebut sebuah kebetulan. Tetapi, pada akhirnya Yulianti meyakini senam menjadi jalan hidupnya.

Perkenalan Yulianti dengan senam dimulai ketika Pengurus Daerah (Pengda) Persatuan Senam Seluruh Indonesia (Persani) Lampung melakukan talent scouting pada 1990. Saat itu, Yulianati masih duduk di kelas V SDN 4 Kampung Sawah Lama, Tanjungkarang.

Talenta dan fisik Yulianti tampak menonjol dibanding dengan rekan-rekannya. Ia berhasil mengalahkan teman-temannya dan menjadi satu-satunya siswa yang lolos mengikuti pelatihan Pengda Persani Lampung. Sejak itulah Yulianti berlatih intensif di sanggar senam Finarida yang diasuh pelatih Farida Abubakar. Farida Abubakar adalah tokoh senam nasional asal Lampung yang memiliki komitmen mengembangkan olahraga ini di tanah Sang Bumi Ruwa Jurai.

Disiplin dan kemauan keras adalah syarat mutlak untuk menjadi yang terbaik dalam olahraga, tidak terkecuali senam. Selama berlatih di Sanggar Finarida, Yulianti pun harus menjalani program latihan yang ketat. Ia harus terbangun bersamaan kokok ayam bersahutan di pagi hari karena harus mulai berlatih pukul 05.00. Sesi latihan pagi diselesaikannya pukul 06.30. Sore harinya, sepulang sekolah, Yulianti kembali berlatih dengan durasi yang sama.

Ayahanda Yulianti, Nuriyanto, sempat ragu dengan pilihan yang diambil putri satu-satunya ini. Sebab, sang ayah yang kini sudah menghadap Sang Khalik, beranggapan seorang anak perempuan haruslah selalu di rumah, dekat dengan orang tua. Namun, keraguan Nuriyanto seketika gugur dengan prestasi demi prestasi yang ditorehkan putrinya.

Sejak berlatih di bawah arahan Farida Abubakar, bakat Yulianti makin terasah. Namun, sebagai atlet junior dengan pengalaman bertanding minim, Yulianti masih dipandang remeh dalam pentas senam nasional. Paradigma itu langsung berubah saat Yulianti mengikuti Kejuaraan Nasional pada 1992 yang menjadi kualifikasi PON XIII 1993. Saat itu, Yulianti membuat khalayak terhenyak dengan meraih satu emas dan satu perunggu. Sayang, pada ajang sesungguhnya, PON XIII, ia hanya mendulang satu perak dan tiga perunggu.
Yulianti sangat menyelami dan mencintai senam ritmik. Olahraga ini menjadi ajang aktualitas diri baginya. Setiap tampil, Yulianti juga selalu fokus dan melupakan semua persoalan. Dengan demikian, Ia selalu bisa memberikan penampilan yang maksimal.

Sebagai manusia biasa, Yulianti bukan sosok yang sempurna. Dalam sebuah kesempatan, Ia pernah mogok bertanding karena hanya menjadi cadangan dalam nomor beregu. Lewat bujukan pelatih, Yulianti akhirnya mau menerima.

Sebagai seorang atlet yang setiap hari selalu bergelut dengan latihan dan latihan, Yulianti juga sering merasa jenuh dan ingin mundur. Beruntung, ia memiliki ayah yang terus-menerus memberikan dukungan walaupun awalnya sempat keberatan atas pilihan Yulianti menjadi atlet. “Dari senam kamu bisa hidup,” tutur Yulianti mengenang nasihat almarhum ayahnya.

Nasihat sang ayah terbukti. Dari senam inilah Yulianti akhirnya menemukan jalan hidup sesungguhnya. Atas prestasinya mengharumkan nama Lampung, pemerintah daerah memberinya pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan kini ia bertugas di Dinas Pertambangan Provinsi Lampung. Dari hasil keringatnya pula Yulianti telah memiliki rumah yang ia tinggal bersama suami dan putra tercinta.

Meskipun kini berkarier di birokrat, Yulianti tidak serta-merta melupakan olahraga senam. Kini, Ia menjadi salah satu kepanjangan tangan Farida Abubakar dengan melatih pesenam-pesenam muda agar matang dan bisa melanjutkan prestasi yang pernah ditorehnya. n

BIODATA

Nama: Yulianti

Lahir: Tanjungkarang, 26 Juni 1980

Pendidikan: – SDN 4 Kampung Sawah Lama
– SMP Ragunan Jakarta
– SMA Ragunan Jakarta
– Sarjana Manajemen UBL

Ayah: Nuriyanto (alm.)
Ibu: Siti Samila (alm.)
Saudara: – Rudi Prayitno
– Ferry Yanto
– Juli Yanto
Anak: Fatiha Alita Akbar (1 tahun 10 bulan)
Pekerjaan: PNS Dinas Pertambangan Provinsi Lampung

Prestasi: – PON XIII 1993, Jakarta, 1 perak 3 prunggu
– Seagcon Junior 1993, Thailand, 1 perunggu
– Seagcon 1995, Jakarta, 2 perak 2 perunggu
– SEA Games Chiangmai, 1995, 1 perunggu
– PON XIV 1996, Jakarta, 3 emas 2 perak
– SEA Games 1997, Jakarta, 1 emas 1 perak
– ASEAN School 1998, Malaysia, 2 emas 2 perak
– PON XV 2000, Surabaya, 4 emas
– Seagcon 2000, Medan, 2 emas 2 perak 2 perunggu
– SEA Games 2001, Kuala Lumpur, 2 perak
– SEA Games 2003, Hanoi, 2 perak
– PON XVI 2004, Palembang, 4 emas

Sumber:
Heri Wardoyo dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 417-420.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top