Cerita inspirasi

Bos Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo

Profil Pengusaha Kartika Wirjoatmodjo

 
Bos Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo yang orang biasa. Dia seperti kita memulai karirnya dari bawah. Dikisahkan Kartika kecil terlahir dari keluarga pekerjaan Dokter, yah, dan akhirnya paling dia akan bekerja menjadi Dokter kelak tapi tidak. Kedua orang tuanya Dokter bekerja di Rumah Sakit Surabaya.

Walaupun bekerja sebagai pekerjaan mapan, toh keduanya tidak hidup berlebihan, justru kehidupan mereka dipenuhi kesederhanaan. Mereka lebih memilih mengabdik kepada masyarakat dari sekedar komersil. Alhasil sosok Kartike lebih down to earth, yang mana kedua orang tuanya mengajarkan sosial dahulu.
Mereka mengajarkan bahwa integritas diatas. Apapaun pekerjaanya nanti Kartika harus jadi sosok itu. Hidupnya harus sederhana, membuka diri, dan berintegritas tinggi. Ketika kecil ia termasuk sosok anak pintar, ketika SMA masuk jurusan IPA, yang dilanjut kuliah jurusan Teknik pada 1991.
Tetapi ketika melihat secarik iklan masa depanya berubah. Dia tak jadi berkuliah di teknik, lantaran secarik iklan menggugah hatinya untuk berpindah. Universitas Indonesia (UI) menawarkan promosi pendaftaran di jurusan ekonomi. Iklan itu berisi kisah- kisah sukses di Jurusan Ekonomi, Universita Indonesia.

Perjuangan Direktur Bank Mandiri

Mereka menyodorkan para alumni yang jadi Menteri dan gubernur Bank Indonesia (BI). Alhasil ini mengangkat derajat jurusan ekonomi dimata Tiko. Ia terilhami oleh iklan tersebut untuk masuk ke jurusan ekonomi. Tahun 1991, dia mendaftar diterima di jurusan tersebut, yang berlokasi di Salemba, Jakarta Pusat.
Setahun kemudian tempat kuliahnya lalu pindah ke Depok, Jawa Barat. Bos Bank Mandiri Kartika Wiroatmodjo, pria kelahiran 18 Juli 1973, yang mengakui kemegahan Jurusan Ekonomi, Universitas Indonesia. Staf pengajarnya saja masih bekerja pejabat aktif, CEO BUMN, dan Direktur perusahaan swasta.
Bos Bank Mandiri ini merasakan betul dorongan untuk berpartisipasi. Perasaan Kartika tumbuh untuk ikut bekerja seperti di Pemerintahan atau BUMN. Jurusannya itu membuka pandangan lebih luas untuk berjuang. Dia melihat kesuksesan mereka itu nyata, menguatkan keputusan mengambil jurusan teknik.

Tiko memilih berkuliah di jurusan ekonomi mengejar kesuksesan. Baginya kala itu sebagai salah satu mahasiswa UI, kesuksesan itu begitu nyata di depanya seketika. Dikala berkuliah di sana, dirinya ingat betul sosok seperti Sri Mulyani, Darmin Nasution, Chatib Bashir, dan Bambang Brodjonegoro masih aktif.

Sosok- sosok fenomenal di bidang ekonomi dan keuangan itu masih berkuliah. Ia ingat betul ajaran para Dosen yang mendorongnya. Tiko ingin berkontribusi besar di bidang ekonomoi untuk negara. Ini mungkin sudah suratan takdir yang membawanya, sosok ini ke depannya masuk ke dalam dunia keuangan.

Dia bermimpi bekerja di perusahaan multinasional BUMN. Tekadnya begitu kuat hingga berkuliah dengan penuh semangat. Namun harapan itu belum lekas terwujud selepas berkuliah di Universitas Indonesia. Tiko harus melewati rangkaian jenjang karir panjang, yang pertama ialah bekerja menjadi konsultan.

Inspirasi Bos Bank Mandiri Soal Karir

Tahun 1995- 1996, awal karirnya di bidang konsultan pajak RSM AJJ, karirnya sebagai konsultan itu tidak berlangsung lama. Pada 1996, Tiko malah bekerja di perusahaan industri, ya walaupun akhirnya dia kembali berhenti dari sana.

Berselang dua tahun, di 1998, bos Bank Mandiir ini awalnya bekerja sebagai konsultan keuangan dan auditor di perusahaan PricewaterhouseCooper (PWC). Di PWC menurutnya di Kontan, hanya sampai tahun 1999, lalu dirinya bekerja sebagai konsultan senior The Boston Consulting Group pada 2000 -an.

Ini membentuk skill profesional sosok Kartika Wirjoatmodjo ke depan. Ingat, awal 1998, Indonesia terkena krisis moneter dan ekonomi. Ini semakin meyakinkan publik akan kemampuan manajemen dari Tiko. Dari bekerja sebagai analisa penyaluran kredit PWC, ditugaskan sebagai restrukturisasi kredit.

Ada banyak perusahaan yang membutuhkan skillnya di restrukturisasi. Ia mengatakan pengalaman di dunia korporasi berbeda. Tiko tak menemukan semua itu ketika berkuliah fakultas ekonomi. Bahkan ia ingat betul, di kuliah diajari analisa dan kemampuan jasa keuangan, bukannya bekerja menutup bank.

Untuk meningkatkan kemampuan di bidang perbankan, Tiko tak segan melanjutkan kuliah bahkan sampai ke luar negeri. Kartika melanjutkan kuliah di Belnda, pada 1999, mengambil gelar master di bidang Master of Business Administration di Eramus University, Rotterdam, Belanda.

Bekerja di Boston Consultan, dia sempat ditarik menjadi konsultan Bank Mandiri selama 2,5 tahun, dan akhirnya bergabung dengan Bank Mandiri 2003. Di bank plat merah inilah karirnya merangkak justru dari nol. Usianya belum genap 30 tahun, dia diangkat jadi Kepala Departemen untuk proyek training.

Ketika bekerja di Bank Mandiri, karirnya melesat dengan prinsip profesional, jadi cara pandangnya berkembang luas. Baginya ia harus mampu mengembangkan interpersonal skill dulu, membangun yang namanya kerja sama dengan orang lain. “Membangun kepercayaan orang lain itu tidak mudah,” tuturnya.

Karir Bank Mandiri Menanjak 

Dia termasuk orang yang cepat belajar dan mudah adaptasi. Alhasil pekerjaannya di Bank Mandiri lebih cepat selesai, begitu pula karirnya yang menanjak terhitung cepat. Dia menyebutkan pekerjaan yang dijalankan meliputi internal dan eksternal. Tahun 2005, Tiko diusia 32 tahun sudah diangkat jadi Senior Vice President.

Tiko termasuk pejabat BUMN termuda dalam jenjang karir tinggi. Biasanya bankir usianya antara 45- 50 tahun, kalau sekarang sih dia termasuk yang senior. Jika pegawai sepantarannya sudah masuk pensiun maka Kartika tidak. Dia bahkan dipercaya untuk membantu BUMN ini mengurusi anak usaha.

Karirnya masuk ke PT. Mandiri Sekuritas, diangkat sebagai Managing Director pada 2008 silam. Ia lalu diangkat menjadi CEO PT. Indonesia Infrastructure Finance (IIF), yang mana tengah menghadapi masalah komplek, oleh Menteri Keuangan kala itu Agus Martowardojo.

Ia mampu meyakinkan Bank Dunia, ADB, dan badan internasional lainnya. Tiko dikenal mampu mengurusi dari urusan legal sampai keuangan. Tidak mudah baginya untuk menegosiasi hutang luar negeri milik negara, tetapi dia termasuk pekerja keras, profesional, dan tidak ada yang sia- sia untuk itu.

Karirnya kemudian masuk ke lingkungan baru yakni pengawasan. Di LPS, Tiko menjabat sebagai Kepala Eksekutif, yang ditunjuk oleh Chatib Basri untuk membenahi Bank Mutiara (eks- Century). Sekali lagi, dia berhasil menangani masalah, yakni sukses menjual Bank Mutiara itu ke Bank J Trust Indonesia.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top