Profil Pengusaha Kartika Wirjoatmodjo
Bos Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo yang orang biasa. Dia seperti kita memulai karirnya dari bawah. Dikisahkan Kartika kecil terlahir dari keluarga pekerjaan Dokter, yah, dan akhirnya paling dia akan bekerja menjadi Dokter kelak tapi tidak. Kedua orang tuanya Dokter bekerja di Rumah Sakit Surabaya.
Perjuangan Direktur Bank Mandiri
Tiko memilih berkuliah di jurusan ekonomi mengejar kesuksesan. Baginya kala itu sebagai salah satu mahasiswa UI, kesuksesan itu begitu nyata di depanya seketika. Dikala berkuliah di sana, dirinya ingat betul sosok seperti Sri Mulyani, Darmin Nasution, Chatib Bashir, dan Bambang Brodjonegoro masih aktif.
Sosok- sosok fenomenal di bidang ekonomi dan keuangan itu masih berkuliah. Ia ingat betul ajaran para Dosen yang mendorongnya. Tiko ingin berkontribusi besar di bidang ekonomoi untuk negara. Ini mungkin sudah suratan takdir yang membawanya, sosok ini ke depannya masuk ke dalam dunia keuangan.
Dia bermimpi bekerja di perusahaan multinasional BUMN. Tekadnya begitu kuat hingga berkuliah dengan penuh semangat. Namun harapan itu belum lekas terwujud selepas berkuliah di Universitas Indonesia. Tiko harus melewati rangkaian jenjang karir panjang, yang pertama ialah bekerja menjadi konsultan.
Inspirasi Bos Bank Mandiri Soal Karir
Tahun 1995- 1996, awal karirnya di bidang konsultan pajak RSM AJJ, karirnya sebagai konsultan itu tidak berlangsung lama. Pada 1996, Tiko malah bekerja di perusahaan industri, ya walaupun akhirnya dia kembali berhenti dari sana.
Berselang dua tahun, di 1998, bos Bank Mandiir ini awalnya bekerja sebagai konsultan keuangan dan auditor di perusahaan PricewaterhouseCooper (PWC). Di PWC menurutnya di Kontan, hanya sampai tahun 1999, lalu dirinya bekerja sebagai konsultan senior The Boston Consulting Group pada 2000 -an.
Ini membentuk skill profesional sosok Kartika Wirjoatmodjo ke depan. Ingat, awal 1998, Indonesia terkena krisis moneter dan ekonomi. Ini semakin meyakinkan publik akan kemampuan manajemen dari Tiko. Dari bekerja sebagai analisa penyaluran kredit PWC, ditugaskan sebagai restrukturisasi kredit.
Ada banyak perusahaan yang membutuhkan skillnya di restrukturisasi. Ia mengatakan pengalaman di dunia korporasi berbeda. Tiko tak menemukan semua itu ketika berkuliah fakultas ekonomi. Bahkan ia ingat betul, di kuliah diajari analisa dan kemampuan jasa keuangan, bukannya bekerja menutup bank.
Untuk meningkatkan kemampuan di bidang perbankan, Tiko tak segan melanjutkan kuliah bahkan sampai ke luar negeri. Kartika melanjutkan kuliah di Belnda, pada 1999, mengambil gelar master di bidang Master of Business Administration di Eramus University, Rotterdam, Belanda.
Bekerja di Boston Consultan, dia sempat ditarik menjadi konsultan Bank Mandiri selama 2,5 tahun, dan akhirnya bergabung dengan Bank Mandiri 2003. Di bank plat merah inilah karirnya merangkak justru dari nol. Usianya belum genap 30 tahun, dia diangkat jadi Kepala Departemen untuk proyek training.
Ketika bekerja di Bank Mandiri, karirnya melesat dengan prinsip profesional, jadi cara pandangnya berkembang luas. Baginya ia harus mampu mengembangkan interpersonal skill dulu, membangun yang namanya kerja sama dengan orang lain. “Membangun kepercayaan orang lain itu tidak mudah,” tuturnya.
Karir Bank Mandiri Menanjak
Dia termasuk orang yang cepat belajar dan mudah adaptasi. Alhasil pekerjaannya di Bank Mandiri lebih cepat selesai, begitu pula karirnya yang menanjak terhitung cepat. Dia menyebutkan pekerjaan yang dijalankan meliputi internal dan eksternal. Tahun 2005, Tiko diusia 32 tahun sudah diangkat jadi Senior Vice President.
Tiko termasuk pejabat BUMN termuda dalam jenjang karir tinggi. Biasanya bankir usianya antara 45- 50 tahun, kalau sekarang sih dia termasuk yang senior. Jika pegawai sepantarannya sudah masuk pensiun maka Kartika tidak. Dia bahkan dipercaya untuk membantu BUMN ini mengurusi anak usaha.
Karirnya masuk ke PT. Mandiri Sekuritas, diangkat sebagai Managing Director pada 2008 silam. Ia lalu diangkat menjadi CEO PT. Indonesia Infrastructure Finance (IIF), yang mana tengah menghadapi masalah komplek, oleh Menteri Keuangan kala itu Agus Martowardojo.
Ia mampu meyakinkan Bank Dunia, ADB, dan badan internasional lainnya. Tiko dikenal mampu mengurusi dari urusan legal sampai keuangan. Tidak mudah baginya untuk menegosiasi hutang luar negeri milik negara, tetapi dia termasuk pekerja keras, profesional, dan tidak ada yang sia- sia untuk itu.
Karirnya kemudian masuk ke lingkungan baru yakni pengawasan. Di LPS, Tiko menjabat sebagai Kepala Eksekutif, yang ditunjuk oleh Chatib Basri untuk membenahi Bank Mutiara (eks- Century). Sekali lagi, dia berhasil menangani masalah, yakni sukses menjual Bank Mutiara itu ke Bank J Trust Indonesia.
![](https://biografi.aopok.com/wp-content/uploads/2024/09/Aokpok_Logo.png)
Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.