Agrobisnis

Jadi Eksportir Buah Pengusaha Ahmad Abdul Hadi

Profil Pengusaha Ahamad Abdul Hadi

pengusaha eksportir mangga

Membayangkan jadi eksportir buah pasti terlihat susah. Tetapi Ahmad Abdul Hadi berhasil menjadi pengusaha. Ia bisa mengekspor buah padahal pendidikannya cuma Pesantren. Hidup menjadi seorang petani biasa, sungguh tidak ada bayangan untuk mengekspor dari luar negeri.

Kedua orang tuanya hanyalah pemilik kebun mangga. Bayangan untuk mengekspor buah telah ada di benak Hadi. Pengusaha muda kelahiran Cirebon, 7 Oktober 1984, yang menanam buah mangga jenis gedong gincu. Pertanyaannya apakah dia bisa mengekspor buah mangga yang telah ditanam itu.
Pertanyaan yang membutuhkan jawaban melalui pelajaran dan pengalaman. Ia termasuk orang yang suka menantang. Hadi tidak tau sama sekali proses regulasi ekspor. Dia tidak pula tahu apakah ini akan terjual. Belum soal legalitas usaha, dokumen, prosedur pengiriman, dan tetek bengek teknisnya.
Ia membayangkan siapa yang akan membeli. Bagaiman dia bisa mengirim buah- buah tersebut tanpa membusuk. Sembari Hadi mengawasi mangga- mangga yang dikumpulkan. Benaknya terus berpikir untuk bisa ekspor. Dia mantap mengapa buah berkualitas ini tidak cuma dijual lokal.

Transformasi Pengusaha

Pemuda lulusan Gontor tahun 2004, yang pernah bekerja sebagai guru. Saban lulus siswa diwajibkan untuk mengajar adik kelasnya. Begitu pula Hadi yang mengajar tetapi tidak menjadi guru tetap. Dia kemudian kembali ke desa, yang mana ada kebun 1 hektar milik keluarga untuk diurus.

Hadi sempat berkuliah Jurusan Ekonomi di 2005. Selesai pada 2010, dia menikah dan melanjutkan mengelola kebun buah. Pandangannya yang luas membawa tekat untuk mengekspor. Dia mengelola kebun mangga gedong gincu menjadi naik kelas.

Keinginan itu didukung sang ayah, H. Sukaya, tetapi bagaimana car Hadi memulai bisnis ini. Dia mengenang mencari segala sesuatu soal ekspor dari internet. Dia lanta coba- coba menawarkan buah ini ke orang Singapura. Hadi pun mencoba beberapa kali mengirim buah mangga ke luar negeri.

Melalui internet Hadi mengirim beberapa foto lewat email. Dia sendiri yang memotret untuk dijual ke orang- orang. Ada pembeli asal Singapura yang setuju untuk membeli mangga. Hadi lalu berangkat ke Singapura, dibawanya beberapa sampel buah, tetapi terpaksa ditahan di Bandara Changi.

Pengusaha Ahmad Hadi tidak melengkapi berkas- berkas ekspor. Penampilannya juga tak nampak meyakinkan sebagai eksportir. Dari sanalah, dia baru tau bahwa semua produk pertanian harus punya sertifikat. Singkat cerita, Hadi berhasil menemui sang pembeli, hingga kesepakatan mengirim terjadi.

Semenjak itulah maka lahir nama CV. Sumber Buah, dengan produk andalan buang mangga gedong gincu. Hadi melabeli buahnya SAE dan berhasil mengirim pertama kali. Ia tak akan pernah lupa akan hari itu. Selain sebagai hari pertama ekspor, itu juga bertepatan dengan tanggal kelahiran sang ibu.

Hadi mengekspor 17,5 ton buah ke pembeli asal Singapura. Beruntung pembeli tersebut memberikan pembelajaran soal ekspor. Pembeli itu mengajarkan soal mengurus dokumen dan  packing produk. Ini menjadi bekal Hadi untuk mengekspor sampai ke China.

Cita- Cita Ekspor ke Luar Negeri

Bila pengusaha lain memilih untuk menentukan masa depan sendiri. Maka Hadi memilih melanjutkan bisnis keluarga. Tetapi pandanganya tetap luas seluas mereka yang di sana. Bahwa pengusaha muda harus terus berinovasi. Hadi memanfaatkan pengetahuannya di bidang ekonomi untuk berbisnis.

Ada gudang besar melekat denga rumah Sukarya di Desa Kedung Duwo, Kedawung. Ia menyulap tempat itu menjadi pabrik pengemasan kecil- kecilan. Dia juga bekerja sama dengan para peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Serpong.

Mereka telah mengecek standar mutu dari buah mangga ekspor Hadi. Penelitian dimulai dari pasca- panen sampai dikirim. Hadi sudah tau betul bagaimana mengemas buah yang baik. Walau itu masih tradisional sehingga bertahan cuma seminggu.

Ke depan, dibantu pihak peneliti, Hadi mungkin akan menerapkan teknik sortir dari Australia dan Amerika. Ini akan membuka peluang baginya untuk ekspor lebih jauh. Hadi selalu belajar untuk lebih baik soal bisnis ekspor mangga ini. Ia memastikan kualitas ekspor untuk tiap buah- buah yang telah matang.

Penyortiran sangat teliti dibantu oleh 60 orang karyawan. Tidak boleh ada yang sampai busuk ketika sampai. Untuk masalah permintaan yang meningkat, Hadi merangkul petani binaan yang membantu suplai 90 persen. Alhasil Hadi mampu memenuhi permintaa ekspor walaupun musim kemarau tiba.

Harga mangga di petani dibeli seharag Rp.16 ribu per- kg untuk gincu. Buat mangga haru manis dia membeli Rp.6 ribu per- kg. Ia telah menentukan betul harganya agar cocok diekspor. Hadi membeli dari petani dengan harga wajar, tetapi cukup buat menghasilkan keuntungan.

Ketika pesanan tiba, Hadi akan menerima telephon sendiri, dan mulai membicarakan urusan bisnis. Ia nampak layak sebagai pengusaha muda ekspor nasional. Gaya bicaranya meyakinkan untuk membeli barang dagangan. Hadi juga melengkapi dirinya dengan bahasa Inggris dan Arab yang faseh.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top