Agrobisnis

Kisah Pengusaha Mantan Pemulung Jadi Miliarder Porang

Profil Pengusaha Paidi Porang

harga porang miliaran

 
Namanya sontak menggemparkan jaga maya karena unik. Mantan pemulung jadi miliarder, cukup berjualan porang ke luar negeri. Alkisah seorang warga Desa Kepel, Kec. Kere, Kabupaten Madiun yang rumahnya cuma berdinding bambu dan tanahnya masih tidak berlantai.

Sejak tiga tahun terakhir kehidupannya berubah drastis. Namanya Paidi, pengusaha agrobisnis yang melejit berkat porang. Ia menanam sejenis umbi- umbian yang banyam manfaat, yang konon dapat dijadikan bahan kosmetik, bahan obat- obatan, selain bisa dimakan.

Pengusaha gondrong ini pun masa depannya berubah drastis. Ia sukses ekspor porang ke luar negeri, dan mengajak petani- petani lain. Paidi memodali mereka untuk ikutan menanam porang. Dia juga memberikan hadiah Umroh gratis, tujuannya untuk sejahtera bersama bukan cuma dirinya sendiri.

Awal mula mengenal porang dari seorang kawannya. Dia adalah teman satu panti asuhannya di Desa Klangon, Kec. Saradan, Kabupaten Madiun, kira- kira sepuluh tahun silam. Di rumahnya itu dirinya diperkenalkan dengan porang, umbi- umbian yang sudah jadi mata pencaharian desa tersebut.

Tanaman Porang Dipake Buat Apa?

Sebuah pertanyaan yang muncul juga di dalam kepala Paidi. Ternyata ini merupakan bahan baku buat bahan kosmetik. Dia belajar dari temannya tersebut dan tergoda ikutan menanam. Ia meyakinkan Paidi untuk mencari tau di internet, dari internet itu, Paidi semakin yakin ini merupakan bahan pokok dunia.

“Setelah saya cek, ternyata porang menjadi bahan makanan dan kosmetik yang dibutuhkan perusahaan besar di dunia,” ucapnya kepada Kontan.

Tetapi tidak mudah dia harus menyelesaikan beberapa masalah. Tanaman porang ini baiknya ditanam dibawah tanaman lain. Keadaan tanah yang berbukit- bukit menyusahkan rencananya. Alhasil dia harus memutar otak untuk mengakalinya, padahal di tempat lain porang ditanam dibawah pohon jati.

Kembali ke internet, tepatnya dari Google, mantan pemulung ini menemukan cara menanam porang di tanah terbuka. Semuanya ia satukan dalam artikel bernama revolusi tanam baru porang. Ia lihat betul dibandingkan menanam dibawah pohon, hasil penelitiannya menghasilkan jumlah panen yang lebih.

Jika umumnya satu hektar menghasilkan tujuh sampai sembilang ton. Dengan revolusi porangnya bisa menghasilkan 70 ton.

Kalau menanam konvensional dibawah pohon lainnya, hanya menghasilkan panen yang lama. Maka dengan caranya bisa mempercepat 2 bulan atau 20 tahun. Pola menanam konvensional hanya mampu berbuah setelah tiga bulan, dengan caranya hanya membutuhkan enam bulan paling cepat.

Google merubah banyak kehidupan masyarakat kampungnya. Pengusaha ini sukses mengembangkan pola tanam baru untuk porang, cuma berbekal Google. Karena dia mendapatkan ilmunya secara gratis dari internet. Seolah Paidi memiliki kewajiban untuk membagikannya, melalui channel Youtube dia berbagi.

Petani Modern 4.0

“Saya buat tutorial di akun infoasalan dan paidiporang,” ungkapnya.

Tujuannya adalah mengajarkan para petani untuk sama- sama sukses. Ia ingin menarik lebih banyak petani porang lewat sosmed. Dia menjelaskan bahwa porang mudah ditanam dan gampang dijual. Tidak hanya itu, Paidi meyebutkan omzetnya yang mencapai miliaran rupiah, dan ini menggiurkan.

“Sudah diatas satu miliaran,” jelas Paidi, bukannya sombong tetapi mencoba mengajak petani lain, kalau sama- sama untung kan menyenangkan.

Selain mengajak petani di kampungnya untuk menjadi kaya raya. Dia juga ingin mengajak petani di kampungnya untuk berangkat Umroh. Bagi petani yang tidak mampu membeli bibit, Paidi memberi bibit gratis cuma- cuma seberat 30 kg.

Ia memberika syarat untuk petani agar semakin bersemangat. Paidi memberikan waktu 2 tahun, dan membantu intensif untuk menanam dan mengelola. Kalau dihitung dari 30 kg saja petani sudah bisa mendapat Rp.75 juta. Uang panenenya itulah yang digunakan untuk memberangkatkan Umroh suami istri.

Dengan bantuan 30 kg bibit, Paidi sudah memberangkatkan 15 petani berserta keluarganya untuk pergi ke Tanah Suci. Harapannya ialah dia mampu mengangkat ekonomi masyarakat, agar tidak ada lagi orang miskin, hasilnya ialah dua tahun terakhir 85% masyarakat kampungnya menanam porang.

Dulu masyarakat kampung Paidi menanam cengkeh dan durian. Dari jumlah panen saja tidak sampai sebanyak porang. Berkat teknik baru mantan pemulung ini, dari jumlah panen melimpah dan harga pun tinggi. Tahun ini desanya telah menjual sampai Rp.4 miliar, yang punya lahan 1 hektar untung 110 juta.

Untuk membantu petani terhindar dari tengkulak, pihak Kepala Desa Kepel memberikan solusi lewat Bumdes. Badan Usaha Milik Daerah (Bumdes) ini diharapkan menjadi jembatan petani menjual. Ia menambahkan berkat dana desa, masyarakat yang petani terbebas dari tengkulak dan untung terus.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top