Profil Pengusaha M. Rusyad Isnandi
Ia hanya bekerja menjadi tenaga pemasaran. Tugasnya mengirimkan bahan- bahan pokok ke pasar. Selepas gempa Yogya, warga Dusun Wiyoro, Baturetno, Banguntapan, Bantul, ini akhirnya memutuskan membuksa usaha sendiri. Muhammad Rusyad Isnandi tidak pernah menyangka ide gila itu berhasil. Berkat itulah ia bisa menghasilkan Rp.400.000 per- hari.
Prosesnya rumit
Pemasaran sendiri dilakukan oleh tim marketing. Isnadi memberikan untung sampai 10 persen harga jual. Ia juga menambahkan uang bensin Rp.2.500 per- hari, ditambah uang oli setiap bulan. “Tingginya permintaan membuat kami kwalahan memasok ke pasar- pasar tradisional,” jelasnya. Tenaga pemasaran sudah punya pelanggan tetap masing- masing.
“…yang sebagian besar berupa rumah makan,” aku Isnadi.
Proses pembuatan tempe mentega terbilang rumit. Pertama- tama, kedelai direndam dulu kemudian direbus. Hasil rebusan kedelai digiling memakai mesin khusus. Selepas itu, ia kembali merendam kedelai itu, selama semalam suntuk, dicuci, kemudian direbus kembali.
Proses terakhira merupakan proses peragian. Nah, disinilah mentega dimasukan, untuk peragian jika tidak pas maka akan busuk. Pria yang cuma lulusan SMA ini menjelaskan lebih lanjut. Ketika musim panas dimana matahari begitu terik maka pemberian ragi dikurangi. Sebaliknya disaat masuk musim hujan, maka ya ragi diperbanyak.
“Kalau sudah busuk, tempenya harus dibuang karena tidak bisa dijual lagi,” ujarnya. Bahan baku sendiri dari kedelai impor yang harganya lebih murah, dimana ia cuma mengeluarkan biaya Rp.4.800 per- kilogram.
Bahan baku utama tempe mentega memakai kedelai impor. Alasannya, kedelai lokal kurang bagus, lebih bagus kalau dipakai tahu. Harga juga lebih murah yakni Rp.4.800 per- kilogram. Untuk kedelai lokal harga mencapai Rp.5.500 per- kilogram. Kapistas sendiri masih naik- turun mengikuti ketersediaan karyawan di tempatnya.
Misal, pada hari raya seperti Lebaran, kapasitas menurun 50 persen karena karyawan mudik. Para perajin tempe akan pulang ke kampung. Kebanyakan mereka adalah warga Pekalongan, Jawa Tengah. Stok tempe maka akan menurun drastis disaat musim libur. “Sebenarnya saya bisa saja menambah produksi sampai 100 persen, tetapi kapasitas mesin dan tenaga yang ada tidak mencukupi,” katanya.
Sukses tempe mentega membawa berkah. Dia bisa membangun rumah sendiri, membeli mobil, dan punya pabrik sendiri. Ia berharap sangat usahanya ini bisa sampai ke anaknya. “Saya mulai terapkan pemahaman supaya anak tidak terpaku menjadi pegawai,” terang Isnadi. Menjadi pengsuha harus dibangun semenjak masih kecil lewat keuletan dan kerajinan.
“…hasilnya jauh lebih menguntungkan,” katanya. Sikap serta pandangan ini tidak lah salah sama sekali. Ia paham Indonesia membutuhkan lebih banyak pengusaha muda. Menjadi wirausahawan berarti membantu orang lain, mambuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.