Cerita inspirasi

Pengusaha Warnet Gue Salman Aziz Alsfadi

Profil Pengusaha Salman Aziz Alsfadi

 
Cukup bermodal berusaha dan kreatifitas, bukan uang. Pengusaha warnet ini bernama Salman Aziz Alsfadi. Bisnis tanpa modal dibuktikan oleh pria bernama Aziz  Bermula dari jualan nasi goreng hingga buku foto kopian, bisnis Salman pun mulai berkembang ke mana- mana.

Seolah ia menemukan feeling -nya, aneka bisnis kemudian dilakoni tanpa beban. Sebut saja bisnis penyewaan komputer, toko foto, laundry, dan bahkan usaha salon. Modal Aziz bukan sekedar uang, melainkan kejelian dan kemampuan untuk membaca peluang.

Tak percaya? Berikut cerita sang pengusaha muda yang kreatif dimanapun. Ini kisah pemuda yang berhasil memangkan Wirausaha Muda Mandiri 2007.

Bisnis Pertama

Begini kisahnya, suatu hari di tahun 2003, dia sebagai siswa SMU Insan Cendekia sekolah berasrama (boarding school) di Serpong, Salman dan kawan- kawannya tak jarang merasa bosan. Mereka jenuh akan menu makanan di asrama. Ingin rasanya ia mengajak teman- teman menyantap menu lain.

Mau mencoba makanan lain tetapi tidak bisa, di sana tidak ada kantin yang menjual jajanan untuk mereka. Semuanya telah tersedia tetapi monoton lauknya itu- itu saja. Keadaan inilah justru yang mulai menggelitik naluri bisnis Salman.

la menanyakan siapa saja yang ingin membeli makanan di luar asrama, lalu bersama dua rekannya, mereka  naik sepeda 3 km mencari tukang nasi goreng. Salman mencari yang murah dan enak, dan menjualnya lagi kepada pemesan tadi. Usaha yang tidak membutuhkan modal cukup sekali saat itu saja.

Tentu untungnya sedikit tapi tetap dilakukan karena passion. Pengusaha muda Aziz membeli nasi goreng di luar kemudian dijual untuk mereka yang di asrama. Wajah Salman lalu menerawang ketika cerita ini dibuat, namun bibirnya menyungging senyum.

“Saya mengingat peristiwa itu seolah seperti baru kemarin,” katanya.

Salman terobsesi menjadi wirausahawan muda sukses. Itu semua gara- gara buku entrepreneurship, ketika masih duduk di bangku SMU, bapaknya membelikan dia buku berjudul Rich Dad Poor Dad, karya fenomenal dari Robert T. Kiyosaki.

Ia mengaku menemukan pilihan hidup yang sangat menarik karena buku itu; pilihan untuk menjadi pengusaha.

“Sebagai manusia saya tidak ingin untuk mengikuti arah arus yang ditetapkan sejumlah orang. Saya ingin menciptakan arus itu sendiri,” ujarnya.

Tamat berasrama, pria kelahiran 11 Februari 1986 ini, tak lantas langsung berbisnis, ia memilih berkuliah terlebih dahulu di Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) UL. Aziz melihat buku- buku di Fasilkom yang be­gitu besar dan tebal, serta jumlah mahasiswanya yang mencapai ratusan.

Hingga muncul gagasan untuk berjualan foto kopian buku. Dia ingin berbisnis buku foto kopian ini ia membagikan selem­bar kertas kepada teman-temannya sesama mahsiswa. Isinya, “Bagi yang ingin pesan buku foto kopian silakan tulis di sini.” begitu singkat.

Karena jumlah mahasiswa Fasilkom tiap angkatannya cukup besar. Maka jumlah mahasiswa yang memesan buku foto kopian ini cukup ba­nyak. Uang muka pesanan dijadikan modal Salman, tak perlu uang untuk membeli buku aslinya, kemudian tinggal difoto kopi saja.

Mudah kan? Pembayaran kepada tukang foto kopi akan dilaku­kan secara mencicil, seiring dengan pelunasan biaya buku foto kopian, Aziz mampu mengatur laju uang modal. Memang sedikit repot sih tapi nyatanya hasilnya itu lumayan.

“Sebagai manusia saya tidak ingin mengikuti arah arus yang ditetapkan sejumlah orang. Saya ingin menciptakan arus itu sendiri.” kata Salman.

Pengusaha Muda Mandiri

Salman tak pernah berhenti mencari peluang usaha baru. Dia tiba- tiba melihat kesempatan lain lagi, mahasiswa Fasikom membutuhkan komputer, jadilah ide bisnis baru muncul. Mahasiswa kala itu membutuhkan adanya komputer untuk mengerjakan berbagai tugas kuliah.

Kala itu, di tahun 2004, belum ada toko komputer yang menjual komputer murah bermerek. Yang ada hanyalah komputer rakitan, dan itu pun dijual di glodok. Lebih repot lagi karena pembeli harus beli secara tunai dan itu memberatkan mahasiswa.

Di semester 2 itulah bisnis komputernya mulai dijalankan. Dia lalu menjual komputer rakitan murah sendiri yang dibelinya di pasar Glodok. Kemudian dibuatkan selebaran- selebaran foto kopian yang disebar hingga ke kampus UI, halte- halte bis, dan fakultas- fakultas di lingkungan UI.

Isi foto kopia tersebut bunyinya “jual komputer murah”. “Sebelumnya, hampir setiap Minggu saya berkeliling Glodok mencari toko yang menjual komputer dengan harga paling murah,” kenangnya.

Ketika pesanan itu datang ia tinggal menelpon toko lalu menyampaikan spesifikasi yang dibutuhkan agar segera dirakit, lalu diambilnya ke Glodok. Keunggulan seorang Salman untuk merubah masalah menjadi kesempatan memang benar adanya.

Di jaman sekarang internet sangatlah dibutuhkan, dan jadilah ini kesempatan baik baginya. Sukses berbisnis komputer Salman tertarik bisnis internet.Tepatnya dia lalu membuka warung internet. Ia mengajukan proposal agar satu ruangan di asrama dijadikan warnet, dan usulan itu diterima.

Nah, masalahnya kini ada pada permodalan dan modal membuka warnet tidaklah sedikit. Biayanya sekitar Rp.34 juta, uang tersebut didapat dari pinjaman 19 juta dan sisanya Salman sendiri, yang menyisakan tanggung sekitar 19 juta lagi. Maka dia harus memutar otak untuk mendapatka sisanya.

“Tetapi waktu itu saya hanya punya 9 juta dari hasil usaha yang dulu. Yang 10 juta belum tahu harus dari mana,” kenang pengusaha warnet ini. Dia kemudian menyampaikan rencana bisnis itu kepada orang tuanya.

Gayung pun bersambut, untunglah orangtuanya sangat mendukung pola berfikir Salman yang ingin wirausaha. Sukses membuka warnet meberi efek ganda kepada Aziz. Apa itu? Yang pertama, dia mendapatkan uang yang dibutuhkannya untuk modal untuk kedepan.

Kedua memotivasinya untuk berusaha habis- habisan. Tentu dengan maksud menutup modal yang dipinjam; dia harus sukses begitulah kiranya. Ya hutang Aziz masih menumpuk walau bisnis warnet masih jalan. Tetapi itu tidak masalah karena keuntungan mengalir stabil. Dia cuma butuh eksta penghasilan.

“Kalau saya gagal saya akan kelaparan, maka saya tak boleh gagal,” tegas Salman.

Warnet ini kemudian diberi nama Warnet Gue. Berharap pelanggan merasa memiliki dan terus mengunjunginya. Pelanggan warnet Aziz tentulah mahasiswa di sekitar kampus. Pengusaha muda Salman terus melakukan promosi luar biasa diluar kampus. d

Dia meletakkan berbagai brosur di halte bus dan fakultas lain. Tujuannya agar warnet tersebut tidak hanya digunakan mahasiswa sekitar saja. Sukses di asrama di universitas UI, ia melebarkan sayap ke luar wilayah kampus, dan terbayarlah hutang- hutang Aziz.

Menghadapi Persaingan Bisnis

Aziz membuka dua gerai baru Warnet Gue di 2006. Dia membuka gerai di dua di sekitar stasiun Universitas Pancasila. Rupanya ini tak disukai pesaingnya, ada usaha terntu untuk menjegal bisnis Salman. Inilah resiko menjadi pengusaha tetapi kamu harus yakin untuk tetap berusaha.

Mereka tidak suka ketika Salman menjual servis printing 300 per- lembar sedangkan mereka menjual 400 per lembar. “Saya menolak mengikuti kemauan mereka untuk menaikkan harga,” ungkap Aziz kepada pewarta. Ini lalu dianggap perlawanan dengan mayoritas usaha sejenis.

Ternyata penolakan ini berbuntut panjang loh. Di malam hari, warnetnya selalu didatangi 10 preman berclurit. Saat itu kebetulan Salman tak ada ditempat. Tapi setelah mendengar hal itu ia langsung bergegas kesana. Ternyata para preman sudah raib, Salman langsung mengadukan hal ini ke pak RT.

Seketika itu pak RT mengumpulkan seluruh pengusaha warnet untuk berdiskusi. Para pesaingnya menuntut Salman menyamakan harga atau rusuh. Akhirnya, Salman menurut juga, “Saya sekarang percaya orang bisa bunuh- bunuhan gara- gara uang seratus perak,” katanya.

Warnet cabang kedua ini tak berjalan mulus. Berbagai teror dan percobaan perampokan juga kerap terjadi. Hingga Aziz terpaksa menutup gerai kedua ini. Namun hal ini tak membuat Salman jera. Ia terus melebarkan sayapnya dengan membuka cabang- cabang lain.

Warnet Gue tersebar sampai ke Serpong, Pamulang, Ciputat dan lain- lain, yang kesemuanya masih wilayah Tangerang. Dalam waktu dekat, Aziz akan merambah ke desain web, servis computer dan akan membuat pelatihan ilmu teknologi informasi. 

Baginya berbisnis itu layaknya berpetualang di laut lepas. Bayangkan kamu tengah mencari- cari harta karun ditengah bahaya dan ketidak pastian. Itu membuat diirnya selalu ingin coba-coba dan bereksperimen kapan saja.

Banyak diantara percobaan itu gagal dan tidak dilanjutkan, namun itu tak masalah. Namun kini, pengusaha warnet Aziz telah menemukan bisnis inti, yaitu ada bisnis di bidang teknologi informasi. Ia telah memiliki visis dan misi ke depan, baginya optimisme akan masa depan telah di depan mata.

Sumber: wirasmada.blogspot.com

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top